Friday, June 30, 2017

Mencari Kado Lebaran untuk Ken

Ken pakai baju lebaran tahun lalu

Lebaran tahun ini tak ada baju baru. Ken pakai baju koko yang persis ia gunakan di lebaran tahun lalu. Saya dan suami memakai baju lama yang kami bawa dari Indonesia. Bukannya tidak mau beli baju baru. Kami mengurungkan niat membeli baju karena satu dan lain hal. Padahal, H-2 lebaran, suami mengajak saya keluar khusus untuk beli baju baru. Katanya, mumpung lagi summer/mid-year sale, diskon besar-besaran di hampir seluruh pertokoan di UK. Sungguh tawaran yang menggiurkan.

Maka, siang itu pun kami keluar rumah, menuju cabot circus (ini nama mall yang ada di Bristol). Hari itu Broadmead ramai sekali. Sepengelihatan saya, lebih dari banyak keluarga muslim yang berjalan-jalan di area perbelanjaan itu sambil menenteng-nenteng tas belanjaan.Tahu dari mana? Tentu saja dari para perempuannya yang mengenakan hijab dan gamis. Dalam hati saya, ini pasti niatnya sama deh kayak saya, beli baju lebaran, hahaha #sotoy. Saya dan suami pun sempat masuk ke beberapa toko, namun berakhir dengan tangan hampa. Untuk urusan beli baju, kami punya kebiasaan yang sama, yaitu sayang mengeluarkan uang untuk beli baju, apalagi kalau nggak naksir-naksir amat. 

Intermezzo. Mungkin pola pikir ini akan berubah kalau suatu hari nanti uang kami semakin banyak, sampai nol-nya nggak ada limitnya. Karena saya anaknya suka kebanyakan mikir, apa-apa dipikirin. Saya jadi kepikiran, kalau suatu saat nanti saya tajir melintir, bisa nggak ya saya tetap ada pada pola pikir seperti sekarang. Beli barang nggak perlu mikirin brand, yang penting fungsinya terpenuhi. Beli tas nggak perlu mikirin gengsi, yang penting suka modelnya. Beli sepatu nggak perlu yang ada tanda ceklis atau garis tiganya (paham kan maksud saya, heheh) yang penting nyaman di kaki. Mungkin bisa aja sih, tapi pasti sedikit banyak lifestyle ikut terbawa ya. Secara mau ngeluarin uang udah nggak mikir sisa tabungan lagi. Makanya suka salute kalau ada orang berada yang bisa hidup sederhana. Tapi, kalaupun nggak, ya nggak ada masalah juga selama nggak merugikan orang lain. Tuh kan Wening mah gitu, kayak gini aja dipikirin :'D

Oke, balik lagi ke cerita. Kami pun menutuskan pergi ke grocery untuk belanja mingguan dan mencari kado lebaran buat Ken, untuk dibawa ke acara open house keesokan harinya. Syaratnya, harga kadonya tidak kurang dari £5. Mampir lah kami ke TK Maxx, salah satu toko dengan konsep yang menarik karena barang-barang yang ada di toko ini adalah barang-barang reject atau sisaan season sebelumnya dari toko aslinya. Harganya jauh lebih miring, jauh! Kami mampir ke sini dengan harapan bisa dapat mainan bagus dengan harga ya bersahabat. 

Ken yang Pengertian
Ada cerita yang bikin saya terharu saat itu. Selayaknya anak kecil yang lihat mainan yang berjejer di depannya, Ken pun nggak sabar untuk turun dari strollernya dan mengambil mainan-mainan itu. Kebetulan letaknya amat sangat terjangkau buat anak-anak. Kelihatan banget gimana excited-nya Ken, terutama waktu lihat mainan yang bentuknya mobil. Duh, ingin rasanya awak membelikannya untuk Ken, sayang sekali harganya tidak masuk budget kami. 

Maaf ya nak. Ken harus belajar kalau nggak semua yang Ken mau itu bisa langsung terpenuhi. Ken bisa dapat apa pun yang Ken mau, tapi nggak semua hal bisa didapatkan dengan mudah, termasuk mainan ini. 

Ini adalah salah satu prinsip yang kami ajarkan kepada Ken. Ya, diajarkan sedini ini dan caranya bisa diterapkan dalam segala situasi, biasanya pakai strategi positive reinforcement. Contohnya sesederhana; Ken boleh nonton video, kalau mau makan. Ken boleh mimik, kalau sudah berdoa. Ken boleh main spidol, kalau Ken sudah berhenti menangis, and so on.

Back to the story. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi sudah hampir maghrib, ayahnya Ken yang sedang puasa sudah kecapekan setengah hari keliling toko. Ken masih sibuk mau mengambil mainan sambil berkata, "Ken mau ini. Ken mau pegang yang itu... yang truk. Ken bawa ini ajah..." 

Ayah mendekati Ken dan berkata, "Ken beli mainannya tidak sekarang ya. Kita pulang dulu, nanti baru ayah carikan mainan lainnya. Ayah udah capek nih Ken, lagi puasa." 

Di luar ekspektasi saya, Ken ternyata menurut tanpa ada perlawanan dan mengembalikan mainannya ke etalase. Ken berjalan menjauhi tempat mainan tadi, sambil sesekali menengok ke belakang dan berkata sambil melambaikan tangan, "bye-bye, mobil..." Masya Allah... Saya lihatnya bangga sekaligus terharu, sungguuuuh :'') Ini kayak lagi lihat adegan seseorang yang harus meninggalkan kekasihnya dengan berat hati, macam di film-film.

Tempo hari juga begitu, waktu Ken mau beli hotweels di Poundland, ibu melarang dan bilang, "kan Ken baru dapat mobil baru dari Tante Ririn. Bagus mobilnya." Lalu, dia berhenti meminta. Memang benar ya, anak itu jangan dianggap tidak mengerti. Mereka menyimak dan menyaksikan apa yang ada di sekitar mereka. Buktinya ada kan anak yang tiba-tiba bisa buka lockscreen hape, atau tiba-tiba tahu banyak kata padahal nggak pernah sengaja dikenalkan, merke hanya sesekali mendengar percakapan orang di sekitarnya. Mungkin benar adanya, salah satu cara terbaik melarang anak adalah  dengan menjelaskan alasannya kepada si anak. 

Kalau ibu-ibu ada pengalaman serupa kah atau ada trik lain menghadapi kemauan anak?

Kado lebaran untuk Ken: First Matching Game (Usia 2+ tahun)
Keesokan harinya saya izin keluar rumah beli kado untuk Ken. Suami tidak ikut karena sedang berpuasa dan memilih untuk bersama Ken di rumah. Lumayan, bisa me-time sebentar. Sebenarnya, saya sudah ada incaran. Sudah lama saya ingin membelikan Ken Puzzle sederhana, 2 pieces. Kami memang sempat menemukannya di TK Maxx kemarin, tapi urung membelikan karena temanya "animals" dimana, Ken kurang tertarik. Kalau saja ada yang temanya kendaraan, pasti sudah kami bawa pulang.

Yey! Akhirnya dapat mainan yang dimau dengan tema kendaraan.

Tadinya ingin cepat saja di TK Maxx mencari mainan, tapi untung jiwa emak-emak saya keluar. Jadi, entah berapa kali saya tawaf di toys section sampai akhirnya menemukan mainan yang diinginkan dengan tema "Things That Go"! What a lucky day! Iya, karena di TK Maxx itu barangnya biasanya satu jenis cuma ada satu, jadi telat sedikit bisa jadi saya nggak ketemu sama puzzle ini. Niatnya membelikan mainan yang bisa sambil belajar. Saya udah penasaran banget dengan puzzle ini sebenarnya. Permainan sederhana yang banyak manfaatnya, sekaligus ingin melihat kemampuan Ken. Jadi ibu-ibu, ini bisa jadi pilihan bermain dengan anak ya 👌.

Saya bahas sedikit, hal apa saja yang bisa dipelajari dari mainan ini:
1. Melatih abstract thinking anak dengan membayangkan bagian dari suatu benda
2. Melatih konsentrasi anak saat memasangkan bagian puzzle satu dengan lainnya
3. Meningkatkan kemampuan bahasa melalui interaksi dengan orang tua
4. Melatih koordinasi tangan dan mata (kadang badan juga, kalau anaknya heboh gerak sana-sini)

Saat diberikan, awalnya Ken belum terlalu tertarik, tapi lama-lama akhirnya dia mau juga memainkannya. Ternyata, dia langsung bisa mengerjakan puzzlenya, meskipun terlihat masih belum terlalu tertarik menyelesaikan semuanya. Saya perhatikan, dia akan semangat mengerjakan puzzlenya kalau ibu ikut aktif menyemangati dan bercerita atau bernyanyi tentang gambar yang ada di puzzle. Alhamdulillaah...dapat tema puzzle yang "Things that go" jadi Ken mudah tertarik. Puzzle pertama yang selalu ia buat yang gambarnya balon udara, seperti biasa sambil bersenandung :)



Ada yang lagi ciyus. Ngepasinnya itu lho tantangan tersendiri.

Sekian dulu sharing ceritanya. Silakan diambil yang baik-baiknya, yang buruk mah ditinggalin aja. 

Have a good quality time with our children!

Cheers!
Sawitri Wening

Thursday, June 29, 2017

Lebaran di Bristol


Foto Keluarga Wajib dilakukan saat Lebaran
Tadi pagi, sambil menemani Ken sarapan, saya menonton acara berita di Kompas TV lewat layar laptop. Intermezzo sedikit. Selama di sini kami tidak ada TV, jadi kalau lagi mau nonton ya hanya bisa streaming website TV online atau nonton video di Youtube. Alasannya, pertama, bayar iuran tv di sini lumayan mahal. Kedua, sayang uangnya untuk beli TV, padahal cuma tinggal setahun di sini. Jadi, kami cukup memuaskan diri dengan laptop mungil kami saja. Lagipula, sebenarnya kami juga nggak terlalu doyan nonton acara TV. Lebih suka nonton film :'D

Menonton siaran berita pagi ini bikin saya makin kangen dengan Jakarta. Sekarang sudah mulai ramai arus balik ya? Ah, terbayang deh beberapa hari yang lalu gimana lengangnya Jakarta dan ramainya keluarga yang berkumpul di rumahnya masing-masing. Belum lagi hari-hari silaturahim ke tempat saudara-saudara yang selalu ditunggu (mmm... atau malah dihindari?). Beda sekali dengan suasana lebaran yang kami alami tahun ini di Bristol. Akhirnya merasakan jadi warga minoritas, dimana orang-orang di sekitar kita bahkan mungkin nggak tahu kalau saat itu kami sedang ada perayaan Idul Fitri. Tidak ada hiasan ataupun ucapan selamat yang bertemakan "Idul Fitri" di jalan-jalan atau di pusat pertokoan, berbeda sekali dengan perayaan natal, paskah, dan halloween yang ramai dan meriah. Meskipun begitu, Idul Fitri kali ini, tetap meriah di hati kami. Setelah beberapa kejadian yang menimpa beberapa tempat di Inggris akhir-akhir ini, saya bersyukur, perayaan Idul Fitri kami di sini berjalan dengan damai dan tetap menyenangkan.


Cerita di Pagi Lebaran
Kami bangun pukul lima pagi itu setelah tidur sebentar usai subuh. Saat ini, subuh di Inggris jatuh pada pukul 3 pagi. Sholat Ied di mesjid dekat rumah kami dijadwalkan mulai pada pukul setengah tujuh pagi. Kebetulan hari itu saya sedang berhalangan sholat, jadi saya sudah mempersiapkan diri untuk tidak ikut ke mesjid, dan menggunakan waktunya untuk memasak makanan lebaran kecil-kecilan a la saya. Memang sih, katanya ada anjuran meski sedang berhalangan, ada baiknya perempuan dan anak-anak datang ke mesjid saat sedang lebaran. Tapi, saya mengurungkan niat untuk ikut, mengingat pengalaman sholat idul adha di mesjid dekat rumah tempo hari. Jangan membayangkan mesjidnya besar dan luas seperti banyak mesjid di Indonesia. Mesjid Ash-Sahaba, dekat rumah kami, lumayan minimalis dan kalau sedang hari raya seperti ini jamaahnya bisa membludak. Idul Adha tempo hari, saya hanya bisa berdiri nyempil saking penuhnya. Makanya, dari pada saya menuh-menuhin tempat dan akhirnya mengambil jatah orang yang mau sholat, saya pun memilih untuk tinggal di rumah.

Ayah memutuskan untuk mengajak Ken ikut serta. Keputusan yang lumayan berani, heheh. Meskipun sudah terbiasa ikut ayahnya ke mesjid, tapi sholat ied itu kan biasanya memakan waktu yang cukup lama kalau dibandingkan dengan sholat fardu biasanya. Alasan ayah mengajak Ken, pertama karena Ken belakangan mulai mengurangi kebiasaanya lari-lari sendirian dan mau menempel ayahnya saat melihat orang asing. Kedua, supaya ibunya bisa leluasa masak untuk makan kami pagi itu. 

Masakan Sederhana di Hari Lebaran. No Ketupat, No Worries.

Alhamdulillaah, masakan beres sebelum ayah pulang. Rencananya kami mau makan bersama di tempat Mbak Gendis, salah satu tetangga di flat kami. Tidak lama kemudian, ayah dan Ken pulang ke rumah. Wajah ayah senyam-senyum saat masuk pintu rumah, dalam hati saya berpikir pasti ada sesuatu nih. 

Pertanyaan pertama yang saya lontarkan ke ayah pun adalah "Gimana tadi Ken di mesjid? Aman?" Ayah senyum-senyum lagi, lalu menjawab "Anak ini tadi matiin sound system di mesjid pas lagi sholat" 

Saya sempat melongok, lalu tertawa terbahak-bahak. Nggak kebayang pusingnya ayah waktu tahu Ken matiin sound system di mesjid.  Maaf ya ayah... "Terus gimana?"

"Akhirnya ada orang yang biasa jadi imam mesjid batalin sholatnya buat nyalai lagi sound system-nya" Ya Allah Keeeeen.... nggak tahu mesti bilang apa lagi :'). Yang pasti ini akan jadi cerita yang seru untuk diceritakan ke Ken kalau dia sudah besar nanti. Kamu pernah bikin heboh di mesjid bristol, Keeeen.... 


Berkumpul dengan Keluarga Indonesia di Bristol
Senangnya bisa kumpul bareng tetangga di tempatnya Mbak Gendis yang masak makanan enak. Ayam balado, tauco, dan opornya, enaaaak banget. Makasih ya Mba Gendis dan Mas Aav. Seperti biasa, tetangga kalau udah kumpul ngobrolin  apa aja ngalor-ngidul. Ada yang sambil nyuapin anak, ada yang sambil ngejar-ngejar anak, ada yang sambil main sama anak. Setelah Ken, Aisyah, dan Abang sukses ngacak-acak mainannya Ameera dan kami semua kenyang, kami pun pamit pulang. Hehehe, SMP banget yaaa... Soalnya jam 11 nanti kami ada rencana pergi bareng ke tempat salah satu orang Indonesia yang sudah lama ada di Bristol, namanya Bu Nuning. 

Sampai di flat kami, Ken ternyata mengantuk dan seperti biasa, kalau udah sambil menyusui gitu saya biasanya ikut ketiduran. Ayahnya Ken juga ketiduran dong. Alhasil, kami gagal jalan bareng ke tempatnya Bu Nuning karena baru bangun jam 12 siang. Akhirnya kami pergi ke tempat Bu Nuning dengan Mbak Nunuy dan Mas Huda (tetangga di flat kami juga yang ketiduran setelah pulang dari rumah Mbak Gendis :'D). 

Perjalanan ke tempat Bu Nuning cukup panjang, sekitar satu jam dengan bus. Alhamdulillaah, sesampainya di sana acara open house belum selesai. Sehingga kami masih bisa bertukar sapa dengan teman dan rekan Indonesia lainnya sekaligus masih bisa menikmati hidangan khas lebaran yang enak-enak. Meskipun nggak ketemu sama ketupat, tapi di sini kami ketemu dengan lontong~

Selama acara, Ken asyik bermain di mini playground yang sudah disiapkan untuk anak-anak. Saya juga sudah menyiapkan kado lebaran untuk Ken yang seharusnya diberikan saat acara, tapi karena kami telat, baru saya berikan saat sudah kembali sampai rumah.





Alhamdulillaah... Meskipun jauh dari rumah, kami masih bisa merasakan hangatnya perayaan idul fitri di negeri orang. Special thanks buat Arief yang udah mau ditodong buat foto keluarga kami dan foto-foto dengan teman-teman lainnya.

Nggak berasa, sekarang sudah mau memasuki bulan Juli. Artinya tinggal dua bulan lagi kami insya Allah akan pulang ke Indonesia. Nggak sabar merasakan hangatnya kumpul bareng keluarga. Baper juga ya lihat foto-foto silaturahim a la lebaran berseliweran di social media, apalagi dengar kabar kalau ibu sakit. Duh, pingin lari ke Heathrow lalu terbang ke Soetta. 

See you soon, Indonesia! Doakan semunya lancar ya di sini!

Cheers!
Sawitri Wening

Sunday, June 25, 2017

Weekly Note: Belajar dari Ramadhan

Hobi baru bikin poster kayak gini di Textgram


Bulan Ramadhan kali ini rasanya banyak memberi pelajaran berharga untuk saya. Banyak hal yang terjadi dalam minggu-minggu di bulan Ramadhan ini yang membuat saya berpikir, merenung, dan istighfar. Semua yang saya alami dan rasakan di bulan Ramadhan ini berujung pada sebuah pertanyaan: sebenarnya apa sih yang sedang saya cari? 

Ini bukan pertama kalinya pertanyaan itu muncul dalam diri saya dan saya yakin begitu juga dengan kamu yang sedang merasakan hal yang sama. Sebab, ya, bukan kah manusia adalah mahluk yang sering luput? Manusia itu tempatnya salah dan saya merasa beruntung masih diberi nikmat merasakan kegalauan semacam ini. Kenapa? Karena tandanya hati nurani kita belum mati. Ia masih bergetar di saat ada yang 'salah' dalam diri kita.

Kamu pernah tidak mengalami momen dimana kita merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup kita, tapi kita sendiri tidak tahu pasti apa jawabannya (berat ya bahasannya...). Ketika kita mulai melakukan self-reflection dan mengevaluasi diri kita sendiri. Lalu, muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini: apakah yang saya lakukan ini benar? Mengapa saya terus melakukan ini, padahal tidak ada manfaatnya? Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? Apa sebenarnya keinginan yang sangat ingin saya capai? Apakah yang sudah saya lakukan menyakiti hati orang lain?... dan masih banyak lagi segudang pertanyaan yang menohok mental dan batin diri sendiri. Mungkin itu yang terjadi pada diri saya belakangan ini, setelah melewati hari-hari di bulan Ramadhan tahun ini yang penuh dengan ujian, baik itu yang berbentuk kenikmatan ataupun musibah. 

Di Ramadhan tahun ini, saya ingin membuat catatan tentang pelajaran apa yang saya dapatkan.

Teringat perkataan seseorang, kalau ujian yang sebenarnya perlu diwaspadai itu adalah ujian berbulu nikmat. Rasanya saja kita sedang diberi nikmat, padahal sebenarnya kita sedang diuji. Itu yang saya alami di minggu-minggu awal Ramadhan kemarin. Ketika saya mulai merasakan punya dunia baru yang bikin hati saya melonjak gembira dan mata berbinar-binar. Lalu mulai berbangga hati dan berpikir, jangan-jangan ini passion saya. Ternyata, belakangan saya baru menyadari kalau kewajiban utama saya malah terbengkalai. Sedih saat menyadari hal itu dan ingin rasanya kembali belajar menentukan prioritas dan manajemen waktu saya, yang bisa dibilang, masih buruk. Jadi, untuk yang sedang galau juga seperti saya, coba tengok lagi, apakah ada hal yang lebih penting yang kita tinggalkan atau lupa kita lakukan. Pelajaran pertama di Ramadhan ini, prioritas pertamamu adalah kewajiban utamamu.

Lalu, saya mulai dipertemukan dengan orang-orang yang menginspirasi saya. Mulai belajar dari mereka tentang bagaimana menjadi seorang istri, ibu, dan individu yang lebih baik lagi. Sebuah sekolah yang sebelumnya tidak pernah terbayang akan ada di dunia ini, ketika social media belum mendarah daging di keseharian kita. Di sini saya merasa pertanyaan-pertanyaan itu dipupuk. Saya diminta untuk merenung dan merenung. Selanjutnya dituangkan ke dalam target diri yang lagi-lagi jadi pengingat tentang seberapa konsisten kita dalam menjalani sesuatu. Membuat target pencapaian diri bisa jadi hal yang menantang, tapi menjalaninya buat saya adalah hal yang lebih sulit. Sedih juga karena banyak targetan diri saya di Ramadhan ini yang tidak tercapai. Kalau dipikir-pikir hall ini terjadi karena, salah satunya, alokasi waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Pelajaran kedua di Ramadhan ini, yang terpenting dari target diri adalah menjalaninya.

Terakhir, di penghujung Ramadhan ini, saya mendapatkan cobaan berupa kesulitan yang menguji kesabaran saya. Pernah nggak berada di momen "kok ada aja ya masalahnya" sehingga urusan kita sulit sekali diselesaikannya. Kejadian ini bikin saya merenung dan bertanya-tanya dalam diri saya. Apa yang sudah saya lakukan sampai urusan saya ini seperti dipersulit. Saya juga jadi ingat perkataan"mudahkan lah urusan orang lain, kalau urusanmu ingin dipermudah" yang lagi-lagi bikin saya berpikir tentang kesalahan yang mungkin saya lakukan ke diri saya ataupun ke orang lain. Kejadian ini bikin saya sadar kalau ada saatnya kita jatuh. Ya, rasanya sudah lama sekali tidak merasakan perasaan persis seperti yang saya rasakan kemarin, Sedih, gelisah, marah, kecewa, semuanya jadi satu. Kejadian ini seperti menawan pikiran saya. Saya jadi tidak fokus mengerjakan pekerjaan rumah dan sulit tidur. Sampai saat ini, masalahnya belum selesai dan semoga bisa segera diselesaikan setelah liburan lebaran. Mohon doanya ya. Pelajaran ketiga di Ramadhan ini, ternyata yang paling nikmat dari semuanya adalah ketenangan hati.

Ya, hal terakhir bikin saya sadar kalau yang saya butuhkan itu pada akhirnya adalah ketenangan hati. Buat apa kita punya banyak harta, prestasi, dan pujian dari orang lain kalau hati kita tidak tenang. Saya belajar untuk berusaha, namun sekaligus pasrah karena semuanya ada yang mengatur. Seberapa pun besarnya usaha kita, jangan pernah lupa untuk memasrahkan akhirnya pada yang Maha Berkuasa.

Di akhir tulisan ini, saya juga belajar bahwa hal pertama yang bisa kita lakukan untuk berubah adalah menyadari dan mengakui kesalahan kita sendiri. Dan menulis itu selalu melegakan untuk saya.

Mohon maaf untuk segala salah baik yang disengaja ataupun tidak. Semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan.

Ditulis di Bristol pada 1 Syawal 1438 H
saat Ken dan Ayah sudah terlelap.

Salam,
Sawitri Wening

Saturday, June 24, 2017

Pelayanan Kesehatan dan Vaksin di UK


Sebelum berangkat ke UK, salah satu hal yang harus dipikirkan adalah mengenai penanganan masalah kesehatan begitu kita sampai di negara tujuan. Namanya manusia, kita kan nggak pernah tahu ya akan dikasih sehat terus sama gusti Allah atau akan dikasih cobaan sakit. Jadi, memang mesti prepare banget untuk hal ini, apalagi mau pindak ke lingkungan serba baru yang segala sesuatunya asing buat kita. Kalau pindah ke UK, yang paling berasa adalah perubahan suhu dan kelembaban udara yang lumayan signifikan bedanya kalau dibandingkan dengan Indonesia, khususnya Jakarta. Bulan-bulan pertama di UK, siap-siap dengan serangan masuk angin dan ingusan. Minimal itu yang terjadi di keluarga kami yang tiba di UK pada bulan September saat sedang autumn. 

Obat-Obatan
Hal pertama yang kami pikirkan adalah membawa obat-obatan yang mungkin akan sulit ditemui di UK alias tidak dijual bebas. Walaupun sebenarnya bukan tipe orang yang gampang minum obat, kekhawatiran ini bikin kami antisipasi untuk beli segambreng obat-obatan warung untuk stok selama setahun di UK. Beberapa info dari teman, di UK itu cukup sulit mendapatkan obat warung. Jadi, kami pun membawa cukup banyak obat-obatan seperti paracetamol, obat diare, obat flu, dsb. Begitu sampai UK, ternyata cukup mudah kok mendapatkannya apalagi paracetamol banyak banget dan gampang sekali ditemukan dimanapun. Saran saya, nggak perlu bawa banyak-banyak untuk obat-obatan yang saya sebutkan di atas. Tapi, bawalah stok yang cukup untuk obat herbal seperti Tolak Angin, Minyak Kayu Putih, Minyak Telon (bagi yang punya baby), koyo dan Minyak pijat. Karena percayalah, Tolak Angin dan Minyak-minyakan itu adalah barang langka di UK. Saya sendiri baru ketemu yang jual saat sedang ada Festival Indonesia dan itupun harganya udah jauh lebih mahal dibandingkan kalau beli di Indonesia. Padahal ini penting sekali buat warga garis khatulistiwa, seperti kami ini, yang baru pindah ke negara Eropa yang sehari-hari dingin dan berangin sampai menusuk tulang. Minimal untuk pencegahan dan menjaga tubuh tetap hangat. 

NHS (National Health Service)
Kalau di Indonesia ada BPJS, di UK ada yang namanya NHS. Konsultasi dan berobat di UK itu mostly gratis, kecuali dental treatment kalau nggak salah ya. Caranya adalah dengan mendaftarkan diri ikut program NHS. Setelah menebus BRP (atau KTP kalau kita mah nyebutnya), hal pertama yang penting dilakukan adalah daftar NHS. Mirip-mirip sih kayak di Indonesia, kita daftar ke faskes 1 atau semacam puskesmasnya gitu. Pilihannya bisa dilihat di website nhs.uk dengan memasukkan kode pos alamat tinggal kita. Kalau saya, waktu itu daftarnya langsung nyamperin faskes 1-nya. Tinggal isi data diri dan akan aktif terdaftar setelah 3 hari kerja. Setelah itu, bisa langsung buat appointment untuk ketemu GP (dokter umum)/ nurse. Enak ya gratis pelayanan kesehatannya. Ngantri nggak? Sama ngantri juga. Biasanya kalau bikin appointment hari ini, dijadwalkan ketemu GP-nya 2 minggu kemudian (sabar-sabar aja. Kalau sakitnya sembuh duluan ya alhamdulillaah) kecuali kalau untuk kasus yang darurat ya. 

Kami sendiri, alhamdulillaah, belum pernah berobat ke GP kecuali untuk vaksin Ken. Eh, pernah deh sekali untuk pap smear test dan konsultasi. Hasil tes-nya dikirim via pos. Iya, di UK itu masih lho terbiasa dengan budaya kirim-kirim surat, segala tagihan dkk biasanya akan dikirim lewat pos. Jadi, yang namanya kotak pos itu hampir nggak pernah nganggur, terutama bagi yang suka belanja online.
Surat Hasil Pemeriksaan Serviks dari NHS

Pelayanan kesehatan gratis ini, juga berlaku untuk ibu hamil. Jadi, buat yang hamil dan berencana melahirkan di UK, tenang semua biayanya gratis. Sama halnya dengan di Indonesia, pengguna NHS ini secara default akan ditangani oleh bidan. Jadi sejak awal akan didorong untuk melahirkan secara normal (bisa dengan metode water-birth juga). Asyiknya, setelah melahirkan, ibu akan mendapat kunjungan dari bidan sampai beberapa minggu. Gunanya untuk memantau kesehatan fisik dan mental ibu dan anak pasca melahirkan, bahkan disediakan semacan kelas parenting gitu. Iya yang perlu digarisbawahi dan bikin saya happy begitu tahu, kesehatan mental ibu juga ikut dipantau. Ditanya bagaimana perasaannya setelah melahirkan, merasa kesepian atau kelelahan, dsb. Mengingat baby blues syndrome adalah fenomena yang umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, rasanya jadi penting banget ya karena nggak sedikit yang akhirnya berujung jadi trauma dan depresi yang berkelanjutan. 

Catch-up Vaksin di UK
Vaksin pertama yang saya berikan untuk Ken saat di UK adalah vaksin influenza. Berbeda dengan di Indonesia, vaksin ini jadi salah satu vaksin wajib yang diberikan ke anak-anak ataupun orang dewasa, terutama ketika mulai masuk musim dingin. Benar memang, terasa bedanya di diri Ken. Yang biasanya kalau flu hanya sampai sekitar seminggu, lalu sembuh. Di awal musim dingin, Ken meler terus sampai kurang lebih sebulan atau dua bulan. Pileknya hilang timbul gitu, jadi hari ini hilang 3 hari kemudian pilek lagi. 

Memang, ada perbedaan antara jadwal imunisasi di Indonesia dengan di UK. Seperti kalau di Indonesia Hepatitis B itu wajib, kalau di UK, itu adalah vaksin pilihan. Lengkapnya silakan lihat link di sini. Kalau kita sudah mendaftarkan anak kita di faskes terdekat, biasanya mereka akan mengirim notifikasi terkait jadwal pemberian vaksin, bisa melalui sms, telepon, email, ataupun surat. Jadi, kita nggak kelewatan memberikan vaksin. Tapi, info dari salah satu nurse di faskes tempat kami mendaftar, ternyata NHS juga masih berbenah terutama dalam hal administratif. Jadi, ada ajalah pasien yang missed tidak terdata dan akhirnya nggak dapat notifikasi, kayak nasibnya Ken. Alhasil, saya harus datang ke faskes/klinik untuk bikin appointmet lagi kalau mau vaksin.

Berhubung akhir-akhir ini lagi ramai lagi soal vaksin di Indonesia, jadi teringat lah ibu pelupa ini kalau Ken belum catch-up beberapa vaksin, yaitu Hib, DPT ulangan, dan MMR. DPT ulangan ternyata Ken tidak bisa dapat karena di jadwal vaksin di UK, DPT ulangan itu diberikan pada anak usia 3 tahun, berbeda dengan yang ada di Indonesia. Yes, semua vaksin tersebut gratis. Meskipun begitu, awalnya kami sempat galau memberikan vaksin MMR kepada Ken karena dari website NHS ini, disebutkan kalau MMR, Children Nasal Flu, dan Shingles Vaccination adalah jenis vaksin yang mengandung gelatin babi. Sebagai orang muslim, tentu saja kami sempat ragu akan mengambil vaksin ini atau tidak. Tapi, setelah membaca tulisan dari Mbak Dewi dan Mbak Grace serta sharing dengan Mbak Woro (Makasih, mbaak... :)) dan mencari tahu lebih lanjut  mengenai fatwa dan anjuran dari ulama baik di Indonesia ataupun di Eropa tentang vaksin, akhirnya kami memutuskan untuk memberikan vaksin MMR juga kepada Ken. Ini sebenarnya pilihan sih ya dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Pastikan saja kita sadar akan konsekuensi itu. Terkait dengan fatwa mengenai vaksin tadi, silakan cek lini ini dan ini sebagai bahan pertimbangan ;)


Oke, sekian dulu sharingnya... Semoga bermanfaat :)

Salam,
Sawitri Wening

Friday, June 16, 2017

#NHW5: Learning How to Learn


Tulisan ini adalah hasil dari refleksi diri penulis dan didedikasikan untuk memenuhi nice homework Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #4

Kayaknya bejodoh banget antara apa yang lagi saya pikirikan belakangan dengan materi kuliah di pertemuan kelima kali ini. Sama-sama membahas tentang kurikulum untuk home education (HE)/home schooling (HS). Saya sendiri masih sangat awam dengan istilah itu. Iya, memang sudah sering mendengarnya, tetapi tentang bagaimana persisnya penerapan Home Education saya masih belum paham. Sekilas, melakukan pembelajaran di rumah dengan menggunakan kurikulu ini menarik hati saya, supaya kegiatan yang saya lakukan dengan Ken itu ada tujuannya yaitu untuk belajar, tentu saja sambil bermain. Selama ini, ya memang sambil bermain saya menyelipkan nilai-nilai dan pengetahuan kepada Ken, tapi karena nggak ada pedomannya terkadang suka merasa bosan dan kehabisan ide sendiri. Jadilah saya browsing-browsing soal kurikulum home education/home schooling untuk anak-anak pre-school. Besoknya, di kelas matrikulasi, ternyata malah dibahas tentang Learning How to Learn dan tugasnya kali ini adalah: merancang sendiri bagaimana caranya membuat desain/strategi belajar.

Bismillaah…

Dari hasil penelusuran saya, setidaknya ada beberapa sumber yang berhasil saya kumpulkan untuk selanjutnya menjadi bahan saya membuat design belajar ala saya. Kali ini saya akan mencoba untuk membuat desain pembelajaran atau kurikulum untuk anak saya yang sebentar lagi berusia 2 tahun. Berikut adalah poin-poin yang akan menjadi acuan saya dalam membuat desain belajar nanti:

Menentukan Komponen dalam Desain Belajar 

Berikut adalah komponen yang terdapat dalam membuat desain belajar anak sederhana ala saya, berdasalkan hasil browsing dan pengalaman sebelumnya.  
1. Mata Ajar: Nama ranah atau subjek pelajaran yang ingin dikuasai
2. Usia: Menunjukkan untuk anak usia berapa kurikulum ditujukan 
3. Tujuan: Menjelaskan tentang hasil akhir yang diharapkan 
4. Alat/Bahan Ajar: alat-alat atau media ajar yang digunakan. Misal: buku, video, kertas, gunting, dsb.
5. Aktivitas/Strategi Belajar: menjelaskan tentang bagaimana cara/langkah-langkah belajar. 
6. Indikator Keberhasilan: menjelaskan tentang tingkah laku yang diharapkan muncul dari hasil belajar.

Selanjutnya, dalam membuat desain belajar untuk anak. Saya juga akan memasukkan kedua poin di bawah ini, yaitu menentukan mata ajar berdasarkan 7 fitrah yang terdapat dalam Fitrah Based Education yang dikemukakan oleh Ust, Harry Santosa. Yang kedua adalah ceklis perkembangan anak untuk membantu membuat indikator keberhasilan belajar anak. 

Fitrah Based Education sebagai Mata Ajar

Pertama kali mendengar istilah ini di kelas Matrikulasi dan setelah mencaritahu, ternyata sistem atau cara pembelajaran yang kami dapatkan di kelas IIP ini kurang lebih mengambil dari sistem pendidikan berbasis fitrah ini. Pendidikan ini menitikberatkan pada potensi atau fitrah yang ada di dalam diri manusia yang telah diberikan Allah swt, sejak kita lahir ke dunia. Sehingga semua itu, apabila kita pupuk dan rawat dengan baik, nantinya akan tumbuh, berkembang, dan berbuah hal yang baik pula. Dari sumber yang saya baca mengenai Fitrah Based Education ini, terdapat 7 fitrah yang penting untuk dikembangkan untuk anak usia 0-7 tahun, yaitu:
1. Fitrah Iman 
2. Fitrah Bahasa & Estetika (Bahasa & Seni)
3. Fitrah Seksualitas 
4. Fitrah Fisik & Indera (Motorik & sensorik)
5. Fitrah Bakat & Kepemimpinan (Belajar bertanggung jawab)
6. Fitrah Sosial & Kehidupan 
7. Fitrah Belajar & Bernalar (Kognitif)
Tujuh hal diatas akan dijadikan sebagai mata ajar yang akan diasah dalam proses belajar anak.


Mengetahui Tahap Perkembangan Usia Anak untuk menentukan Indikator Keberhasilan

Menurut saya, ketika kita hendak mendesain suatu sistem pembelajaran. Hal yang harus diperhatikan adalah kemampuan atau perkembangan anak/orang tersebut. Sehingga, kita dapat menentukan dengan lebih jelas tujuan dari pembelajaran tersebut sesuai dengan kemampuan usia perkembangannya. Selain itu, dengan mengetahui tahap perkembangannya tersebut, nantinya kita dapat menentukan indikator tingkah laku apa yang diharapkan muncul pada anak/peserta didik. Hal ini juga berguna untuk menentukan bahan evaluasi.

Contoh dari ceklis tahap perkembangan ini dapat diambil dari sumber-sumber terpercaya seperti dari Diknas atau website lainnya. Berikut adalah ceklis tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun:
1. Dapat merespon perilaku keagamaan secara sederhana
2. Dapat mengekspresikan rasa sayang atau cinta kasih kepada sesama
3. Dapat berinteraksi dengan lingkungan terdekat
4. Dapat menujukkan/mengungkapkan keinginannya
5. Dapat mengekspresikan emosi yang dirasakan
6. Mulai bersikap disiplin
7. Dapat mencoret-coret
8. Dapat mengenal benda
9. dsb…

Dari sini, kita bisa melihat dengan lebih jelas, di aspek apa anak dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan tahap perkembangannya. Apakah sesuai, melebihi ekspektasi atau aspek mana yang belum dikuasai. 

Contoh Desain Belajar berdasarkan penjabaran di atas:
1. Mata Ajar: Fitrah Iman
2. Usia: 2-3 Tahun
3. Tujuan: Anak mengenal kata Bismillah dan Alhamdulillaah
4. Alat/Bahan Ajar: Video lagu anak islami, kertas warna, lem, gunting
5. Aktivitas/Strategi Belajar: 
- Menyanyikan lagu bertemakan kata "Bismillaah & Alhamdulillaah"
- Menempel kertas warna pada tulisan "Bismillaah & Alhamdulillaah"
- Bermain peran 
- Memberikan contoh dalam kegiatan sehari-hari
6. Indikator Keberhasilan: 
- Anak mampu meniru mengatakan "Bismillaah & Alhamdulillaah"
- Anak mampu inisiatif mengatakan "Bismillaah & Alhamdulillaah"
- Anak dapat mulai mengatakan Bismillah saat mulai kegiatan, misal sebelum makan
- Anak dapat mulai mengatakan Alhamdulillah saat menyudahi kegiatan, misal setelah minum


Setelah menjabarkan semua ini, saya sadar betul kalau apa yang saya tuliskan di sini masih compang-camping. Tapi, jadi belajar banyaaaaak banget dan nggak sabar mempelajari ini lebih dalam supaya bisa benar-benar membuat desain belajar yang sesuai dan ciamik untuk anak.


Sumber:
3. http://www.rumahbunda.com/

Monday, June 12, 2017

Sapih Nggak Ya?


Huaaah.. Nggak berasa sebentar lagi Ken udah mau dua tahun. Artinya, waktunya menyapih Ken pun sudah semakin dekat. Sejujurnya saya agak deg-degan memulai prosesnya nanti karena makin kesini Ken malah makin mimik banget anaknya. Saya sampai senewen sendiri karena setiap mau tidur, Ken masih kudu wajib mimik dulu dan sekarang gayanya bolak-balik minta pindah mimik kanan-kiri, "Ken mau mimik satu lagi." Beberapa menit kemudian, dia akan bilang begitu lagi sambil nyuruh ibunya pindah, "ibu suruh sebelah sini aja, Ken sebelah sini." Ya Allah, nih anak udah bisa ngatur-ngatur 😅. Kayaknya sih, kayaknya, ini karena produksi ASI saya udah nggak mumpuni lagi alias tinggal sedikit, apalagi bulan puasa kayak sekarang. Duh, badan rasanya udah kayak tinggal tulang sama kentut gini, masih harus jadi gentong susu pula. Jadi, dia semacam nggak puas gitu mimik di satu sisi, dan akhirnya bolak-balik minta pindah dan jujur, saya lelaaah karena kejadian kayak gitu bisa berlangsung sampai 1-2 jam lebih, baru dia beneran tidur *encok buk*

Ken sebenarnya kalau dalam rangka nggak tidur, dia nggak akan minta mimik lagi. Kecuali kalau lagi drama, misalnya dia kesakitan karena jatuh/kejedot atau kecapekan... Biasanya dia akan otomatis nyebut, "mimik!". Jadi, mimik itu semacam pain relief-nya dia atau untuk cari kenyamanan aja ataaaau sering kali hanya untuk ngegodain ibunya. Saya kasih nggak? Nggak. Biasanya dipuk-puk atau dipeluk dan dicium aja sebenarnya masalahnya udah beres. Kalau dia maksa, saya akan bilang "Kan kalau nggak mau bobok, nggak mimik." dan dia akan mengerti sendiri sih biasanya. Untuk saat ini, begitu kesepakatan antara saya dengan Ken.

Tapi, ada kejadian waktu datuk dan mbah utinya datang berkunjung, Ken kok jadi seriiing banget minta mimik pas lagi bangun. Waduh, pusing sendiri saya karena nggak biasa-biasanya seperti itu. Habit yang udah dibentuk sekian lama, seperti menghilang begitu saja. Mmmh.. menurut saya ini wajar sih karena anak ibaratnya 'dipaksa' menjalani rutinitas baru karena selama dapat kunjungan kan kerjaan kita adalah jalan-jalan dari satu tempat ke tempat yang lain, setiap hari. Ken pun jadi tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Kalau ini jadi liburan buat orang tuanya, buat Ken belum tentu. Akibatnya, Ken jadi cepat capek, bosan juga karena harus duduk lama di stroller, dan terakhir baru ketahuan gigi taringnya mau numbuh yang bikin dia nggak mau makan. Lengkap banget ya. Pantes aja dia rewel dan ujung-ujungnya minta mimik. Nah semenjak saat itu, saya merasa intensitas mimik Ken jadi lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Walaupun setelah kembali ke rutinitas awal, kebiasaannya juga ikut kembali meski tetap aja terasa beda. Yang tadinya nggak bangun tidur tinggal bangun, sekarang mesti didahului sama mimik dulu baru benar-benar bangun. Kalau nggak, nangis drama.

Saya masih bersyukur sih karena PR-nya tinggal gimana caranya mengurangi intesitas mimiknya Ken saat mau tidur dan saat tidur. Ini mah sleep-training aja atuh... Iya, udah pernah coba juga kok semalem, terus saya kibar-kibar bendera putih. Nggak tega pisan lah lihat anak nangis kejer sampai badannya dikaku-kakuin gitu. Pending dulu deh pending... Meskipun banyak yang bilang, emang begitu prosesnya. Ibu harus tega. Tapi, saya belum siaaap dan nggak baik juga kalau segala sesuatunya dilakukan dengan terpaksa kan. Lagian Ken belum genap dua tahun juga, jadi yasudah nanti aja lah. Iyaa ini alasaaaan 😂. 

Sekarang perasaan saya gimama? Antara mau udahan aja menyudahi profesi jadi gentong susu-nya Ken, tapi sekaligus nggak rela kehilangan waktu ndusel-ndusel Ken lagi. Biasa, ibu-ibu kan gitu suka ribet sendiri. Iya lho, saya sampai mellow sendiri karena kepikiran nanti kalau Ken udah nggak mimik, doi masih mau nggak ya peluk-pelukan sama saya lagi. Soalnya sekarang aja saya udah sering dapat penolakan kalau mau cium dan peluk dia 💔. Ken masih akan cari-cari saya lagi nggak ya kalau saya tinggal ke kamar mandi. Kan jadi galau... 

Saya jadi kepikiran buat nunda menyapih Ken sampai dia menyapih diri sendiri atau istilah kerennya Weaning With Love (WWL). Kalau suami sih setuju-setuju aja, tapi saya bilang males ah nanti diomong-omongin orang lagi. Hahah, gemes ya the real problem jadi ibu itu sebenarnya bukan di mengasuh anaknya, tapi ada di ketakutan dijudge orang lain. Pengin nulis tentang ini deh kapan-kapan. Kata suami, "yailah, nggak usah lah dengerin omongan orang. Capek sendiri nanti." Iya sih, ibu saya aja udah menerapkan WWL jauh sebelum hal itu hits seperti sekarang. Ibu saya menyusui kakak saya sampai usia kakak saya 5 tahun, sampai minta berhenti sendiri dan nggak ada masalah tuh. Iya, nggak salah baca kok... sampe 5 tahun, sampe anaknya TK. Saya disapih dini karena ibu saya hamil, mungkin kalo nggak saya bakal WWL juga atau apapun itu istilahnya.

Well, sepertinya saya akan memikirkan lagi bagaimana rencana selanjutnya. Intinya mah, seperti yang udah-udah... saya akan jalani senyamannya saya dan anak saya lakukan. Buat saya, yang lebih penting sekarang adalah melakukan sleep training untuk Ken. Pelan-pelan mengurangi ketergantungannya terhadap mimik saat tidur. Kalaupun nanti dia akan menyapih diri setelah lulus sleep training, itu akan jadi bonus. Mari fokus dulu ke sleep training dulu,.... setelah lebaran atau setelah siap. Doakan saya ya!

Cheers!
Sawitri Wening

Saturday, June 10, 2017

#NHW 4 Merumuskan Milestone Pencapaian Diri

Tulisan ini adalah hasil dari refleksi diri penulis dan didedikasikan untuk memenuhi nice homework Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #4

Akhirnya sampai juga di minggu ke-4 perkuliahan IIP tentang Mendidik dengan Kekuatan Fitrah. Kali ini, saya akan melihat lagi tugas-tugas sebelumnya. Mereview dan merevisi apakah sudah sesuai dengan misi saya sebagai seorang individu, istri, ataupun ibu. Saya juga teringat alasan apa yang membuat saya mau bergabung dengan komunitas IIP yang alhamdulillaah mempertemukan saya dengan ibu-ibu hebat yang semangat mengembangkan dirinya untuk kebaikan dirinya dan anak-anaknya. Masya Allah... Rasanya setiap ada kesempatan ikut berdiskusi di 'kelas', semangat itu langsung kembali muncul meskipun hanya bertemu lewat ruang maya. Iya, saya ingin menjadi ibu yang bisa memaksimalkan peran saya mendidik anak dan juga bermanfaat bagi orang banyak. Pada tugas kali ini, saya sadar kalau posisi saya saat ini masih sangat jauh dari apa yang saya cita-citakan itu dan di sini saya diajarkan untuk lebih visioner. Menjalani hidup bukan hanya seperti daun jatuh yang pasrah dibawa aliran air, tanpa tahu kemana tujuan akhir ia bermuara. So, let's just start it now... Bismillaahirrahmaanirrahiim... 

Pertama, saya lihat dulu sebenarnya ilmu apa sih yang paling utama menurut saya yang dapat membantu saya menjalankan peran saya dalam hidup ini. Jawaban saya tetap dua hal, yaitu ikhlas dan manajemen diri yang baik. Ya, hal pertama yang harus saya miliki dalam menerima apapun amanah adalah keikhlasan. Saya percaya, ketika kita ikhlas menjalani sesuatu, hal kita kerjakan akan terasa lebih ringan dan akan membuahkan hasil yang lebih maksimal. Bayangkan apabila tidak ada keikhlasan itu, seberapa sering mulut dan hati ini akan menggerutu dan mengeluh sehingga yang tersisa hanyalah rasa lelah. Bagaimana caranya agar bisa lebih ikhlas? Dengan mengingat-ingat untuk siapa kita mengerjakan pekerjaan itu, bisa untuk kebaikan anak kita, ridho suami, dan yang paling utama (yang kadang kita luput) adalah mendapatkan ridho dari Allah swt.
Manajemen diri juga tidak kalah penting untuk mengarahkan kita ke tujuan akhir kita dan menjaga kita dari hal-hal yang mendistraksi. Ini akan berkaitan dengan tugas kedua saya, yaitu membuat targetan atau check-list kegiatan. Jadi, mari lanjut me-review tugas kedua.

Pada tugas kedua, saya sudah menuliskan tentang targetan pribadi saya. Setelah menjalaninya, ternyata saya punya catatan berkaitan dengan manajemen diri. Agar lebih efektif, upaya untuk meningkatkan manajemen diri ini ternyata membutuhkan kompromi juga dari orang-orang di sekitar kita. Sehingga ketika memulai untuk melakukan manajemen diri, sebaiknya dikomunikasikan dengan orang-orang sekitar (keluarga/suami) agar dapat mendukung jadwal kegiatan atau rencana yang sudah kita lakukan. Contohnya, dalam ceklis pribadi, saya menuliskan ingin menulis blog minimal seminggu sekali. Hal itu akan sulit dilakukan, bagi saya, apabila suami tidak memberikan saya waktu untuk me time duduk dan menulis sendiri, misalnya. Begitulah gaya saya, sangat mungkin berbeda dengan orang lain. 

Mengenai isi ceklisnya, setelah memikirkan ulang dan menjalaninya, sepertinya ada poin-poin yang harus saya tambah dan kurang. Poin tambahan yang pertama adalah menetapkan time-out waktu dengan ponsel (maksimal 10 menit/2 jam). Karena saat ini saya sedang jualan, segala hal yang berkaitan dengan urusan jualan dilakukan pada saat anak sedang tidur atau pada saat jadwal mengecek hape. Karena sungguh, godaan paling besar dalah berselancar di internet yang sebenarnya banyak tidak bermanfaatnya. Entah apa yang didapat dari menghabiskan waktu berjam-jam memandangi layar hp. Jadi, semoga committed dan konsisten. 
Sementara itu, poin yang dikurangi adalah Meluangkan waktu belajar bahasa Inggris (latihan listening, writing, speaking, reading) di sela-sela kegiatan setiap harinya. Menurut saya, indikator ini kurang spesifik sehingga agak sulit bagi saya untuk dilakukan. Mungkin saya akan mengubahnya dengan Mengerjakan soal IELTS seminggu sekali. Lagi-lagi, yuk kita katakan bismillaah...

Untuk tugas ketiga, tugas yang paling menantang menurut saya sebab pertama, saya merasa tidak maksimal mengerjakannya karena dikerjakan saat injury time sehingga saya kurang yakin apakah yang saya tuliskan di sana benar-benar sesuai dengan hati saya atau tidak. Kedua, sepertinya saya masih meraba-raba dalam menentukan potensi dan misi diri. Jadi, setelah saya memikirkan lebih lanjut, berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan potensi dan misi saya:
  • Potensi saya adalah di bidang menulis dan psikologi (terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental ibu, perkembangan anak, dan manajemen SDM). Menulis karena saya senang melakukannya dan ilmu Psikologi karena saya tertarik dan pernah mempelajarinya. Kedua hal ini secara praktis belum saya lakukan karena kesadaran kurangnya ilmu yang mumpuni. Jadi, ya... ini akan jadi KM-0 saya.
  • Potensi saya lainnya adalah saya senang sharing cerita baik itu di blog ataupun di social media. Selama ini, niat saya untuk berbagi cerita dalah untuk meluapkan rasa, menyimpan memori, dan berbagi manfaat (tips/review). Menurut saya ketiga hal tersebut sudah baik, hanya terkadang saya sadar membagi sesuatu di social media itu terkadang membangkitkan rasa sombong atau mungkin riya'. Naudzubillaah... Maka, saya niatkan sedalam-dalamnya untuk membagi hal-hal yang kiranya bermanfaat saja dan minim hal-hal buruk seperti yang saya sebutkan tadi.
  • Berkaitan dengan kedua hal di atas, maka saya simpulkan:
    • Misi Hidup: Meningkatkan awareness tentang kesehatan mental ibu (di ranah domestik maupun publik), perkembangan anak, dan manajemen SDM melalui platform tulisan (artikel ataupun cerita).
    • Bidang: kesehatan mental ibu, perkembangan anak, dan manajemen SDM
    • Peran: Author/Penulis

Nulisnya aja udah deg-degan... well, they say 'don't let small minds convince you that your dream is too big'.  *pasang ikat kepala*.

Berikut adalah ilmu-ilmu apa saja yang saya butuhkan untuk dapat mencapai misi tersebut:
1. Ilmu-ilmu seputar pendidikan dan perkembangan anak
2. Ilmu-ilmu seputar kesehatan mental ibu dan bagaimana penanganannya
3. Ilmu-ilmu seputar manajemen SDM (baik untuk organisasi dan penerapannya di rumah)
4. Ilmu-ilmu seputar berbagi manfaat dengan orang lain

Semua ilmu tersebut dibarengi dengan mempelajari ilmu agama dan membiasakan diri untuk menulis minimal seribu kata per hari atau secara bertahap. Caranya dengan menulis di note atau membaginya lewat tulisan di blog ataupun di soical media. Hal ini untuk menangkap ilmu yang didapatkan sekaligus melatih diri untuk semakin terbiasa menulis. Ilmu-ilmu tersebut juga diilhami dari pengalaman pribadi dan kasus-kasus yang ditemui ibu-ibu lain sehingga dapat lebih memahami kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari, termasuk merasakan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sendiri. Saya menargetkan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebuta dalam jangka waktu 5 tahun. 

Berikut adalah milestone untuk menguasai ilmu-ilmu tersebut, dimulai dari KM-0 di usia saya saat ini, 26 tahun.

KM0-KM1 (1 Tahun): Ilmu-ilmu seputar pendidikan dan perkembangan anak
KM2-KM4 (2 Tahun): Ilmu-ilmu seputar kesehatan mental ibu dan bagaimana penanganannya
KM4-KM5 (1 Tahun): Ilmu-ilmu seputar manajemen SDM (baik untuk organisasi & di rumah)
KM5-KM6 (1 Tahun): Ilmu-ilmu seputar berbagi manfaat dengan orang lain

Selanjtnya adalah just do it! lakukan,lakukan, lakukan, lakukan..... Itu yang terpenting ya, wiiii... 

Lagi-lagi mohon doanya supaya saya bisa walk the talk dan semua rencana yang ada di sini bukan hanya jadi pajangan semata. Aamiin-in yaaaa  :')

Salam,
Sawitri Wening

Wednesday, June 7, 2017

Review AirBnB: Akomodasi Liburan di London

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Tamu agung dari Indonesia datang ke tempat kami di UK. Siapa lagi kalau bukan datuk dan mbah uti-nya Ken. Senang sekali deh rasanya ketemu dengan wajah yang familiar dari Indonesia.Sebelumnya teman saya dari tempat kerja yang lama juga sempat berkunjung. Itu aja udah bikin kangeeen banget pengin ketemu sama orang-orang tersayang lainnya. Soalnya, entah kenapa jadi sadar kalau ternyata kita beneran jauh ya sama orang tua karena setelah 9 hari jalan-jalan bareng, ketemu setiap hari, eh tiba-tiba kok rumah jadi sepi lagi. Iya, selama ini kan meskipun nggak saling bertemu, tapi aliran informasi dan kabar berjalan dengan lancar aja. Thanks to social media and internet! Jarak jauh, menyeberang samudera dan benua, jadi nggak berasa. 

Sekarang saya mau cerita soal pengalaman pertama pakai BnB nih. Sesuai janji saya di postingan sebelumnya. Jadi, akhirnya kami dapat dong penginapan yang pas di London selama kurang lebih 5 hari. Gimana kesan pertamanya? Oh, we had a reaaaaally pleasant stay in London. Definitely will use them again later when we get travelling to... Japan. Tapi, belum tahu kapan 😝. Nggak apa lah yang penting niat dulu. (lihat juga: Pengalaman Mencari Penginapan di AirBnB & Booking.com)

Sebelum dimulai lebih lanjut ceritanya, boleh ceki-ceki dulu nih link airbnb-nya di sini. Waktu itu harganya masih £63 semalam, eh pas kita cek lagi saat check-out, harganya udah berubah jadi £110. Kayaknya sih karena udah masuk summer, musim liburan ya jadi dimahalin.

Adegan nungguin host bukain pintu di depan rumah ternyata kejadian juga sama kita, wkwk. Nungguin di depan gedung flatnya selama kurang lebih 2 jam, gak jelas. Alasannya karena macet. Iya lho, kota maju kayak London, yang sistem transportasi umumnya udah canggih, masih macet juga. Jadi, tenang warga Jakarta, you're not alone. 

Gedung flat tempat kami menginap di London (photo credit: airbnb.com)

Friendly Host
Alhamdulillaah, host kami baik dan sejak awal komunikasi kelihatan nggak ribet orangnya. Namanya Rachael. Jadi, jadwal check-in yang aslinya itu adalah pukul 6pm, Rachael mengizinkan kita untuk bisa check-in lebih awal. Seneng juga bisa check-in jam 3 - 4 pm. Mengingat koper bawaan kami yang segambreng dari Oxford pukul 10am. Sesampainya di London sekitar pukul 2pm kalo nggak salah ingat, kami langsung meluncur dari Victoria ke flat kami yang ternyata cukup jauh dari zona 1. Memakan waktu selama 1 jam sudah dengan macet untuk sampai di sana. 

Sesuai hasil komunikasi kami dengan host, kami akan bertemu sekitar pukul 3-4pm. Tapi, ternyata Rachael juga kena macet dan baru sampai flat pukul 5pm. Setelah itu, kami langsung dipersilakan untuk masuk. Meskipun sempat luntang-lantung nggak jelas di depan flat, lumayan lah tapi bisa check-in lebih awal dan begitu masuk rumahnya,... aaah sesuai ekspektasi, malah melebihi sih. Selama nungguin Rachael, kami berjalan-jalan di sekitar dock dekat dengan flat. Baguuuus banget viewnya! Sukses mengobati kekecewaan kami.

Dock view di belakang flat

Kid-Friendly House
Ternyata, flatnya lumayan luas dan nggak banyak barang. Pas banget buat yang bawa anak kecil. Ada pot2 kaleng kecil sebagai pajangan di meja langsung kami singkirkan ke tempat yang tidak terjangkau Ken. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan 😅. Flat ini punya dua kamar tidur yang cukup spacious, satu kamar mandi, dapur, dan gudang. Fasilitas lainnya ada TV dan Wifi juga. Eh, tapi fasilitas yang ditawarkan host bisa berbeda-beda ya disesuaikan dengan harga juga.

Enaknya pilih akomodasi lewat AirBnB ini adalah biasanya sudah ada dapurnya dan segala perlengkapan sudah disiapkan di sana. Mulai dari panci, piring, gelas, microwave, dan mesin cuci juga ada. Bahkan, di kulkas sudah disediakan bahan makanan yang bisa kita konsumsi sesukanya. Kami sendiri beli roti tawar, selai, dan mie instan sendiri. Kadi sewaktu-waktu kelaparan bisa langsung bikin di dapur. Kami juga sempat mencuci baju di sana beberapa kali. Sengaja memang dari awal bawa baju terbatas aja karena tahu di sana ada mesin cuci. Enak kaaan berasa di rumah sendiri ❤

Ruang Tamu

Dapur


Good Location
Sebenarnya kalau mau cari akomodasi yang jalan sebentar langsung Oxford Street atau Wesminster (Zona 1) dan punya uang yang banyak sih ini bukan pilihan tepat ya. Soalnya lumayan jauh dari center, mungkin zona 5 kali ya dekat dengan London Airport. Kalau saya sih nggak sanggup cari akomodasi di Zona 1, mahalnya udah nggak masul akal, secara London apa-apa mahal banget 😭Untungnya flat ini letaknya dekaaaaat banget sama DLR station yang bisa langsung nyambung tube atau underground(fyi, ini semacam MRT yang sedang dibangun di Jakarta saat ini). Jadi, pergi ke center tetap relatif cepat dan bebas macet. So, buat kami masalah lokasi yang jauh jadi nggak ada sama sekali karena dekat DLR tadi. Saking gampangnya, Datuk dan Mbah Uti juga bisa pulang sendiri dari Buckingham Palace ke flat, waktu berpisah dengan saya, suami dan Ken yang mau ikutan tour di Warner Bross Studio 💃. Tapi memang karena datuk dan mbah uti udah sering ngebolang di luar negeri berdua sih, jadi nggak heran.

Jadi, kesimpulannya saya senang dan puas cari akomodasi dengan fasilitas airbnb ini. Untuk pengalaman pertama oke banget lah. Nggak sabar cobain lagi, tapi kapan ya 😂

Ingat ya, kamu bisa dapat potongan harga di airbnb.com kalau sign-up dengan link ini 


Semoga reviewnya bermanfaat ya dan selamat jalan-jalan!


Cheers!
Sawitri Wening

Sunday, June 4, 2017

Ramadhan Pertama di UK & Buka Toko (Mini Giveaway!)


Ramadhan kali ini agak berbeda dengan yang pernah saya lewati sebelumnya. Ini adalah Ramadhan pertama yang saya jalani jauh dari orang tua dan jauh dari serba-serbi pertakjilan yang banyak ditemui di pinggir jalan menuju rumah. Yang paling berasa adalah... Ramadhan kali ini puasanya jauh lebih lama, yaitu selama kurang lebih 18 jam dalam sehari. Lama banget yaa... Nah, perbedaan waktu puasa ini ternyata berpengaruh banget ke perubahan waktu tidur dan aktivitas kami sekeluarga. 

Berhubung Inggris Raya sudah mulai memasuki waktu summer, saat siang hari pun jauh lebih panjang daripada malam hari. Waktu subuh itu sekitar pukul 3 pagi dan hari baru gelap setelah pukul 9 malam. Nah, kebayang nggak tuh gimana panjangnya. Menyenangkannya, suhu udara semakin bersahabat dengan tubuh penghuni garis khatulistiwa macam kami. Serius deh, kalau buka jendela lihat matahari mentereng rasanya bahagiaaa banget. Nggak usah lagi pakai baju berlapis-lapis, nggak perlu lagi pakai coat tebal, dan tangan nggak lagi kedinginan sampai kayak disayat-sayat rasanya waktu winter. Warga asli sini pun nggak kalah bahagianya kalau ketemu matahari, biasanya taman kota akan dipenuhi warga yang asyik tidur-tiduran di rerumputan sambil berjemur dan bercengkrama. Gaya fashion mereka pun ikutan berubah, dari yang kemana-mana pakai jaket/coat, sekarang udah mulai pakai baju yang terbuka. Bahkan pernah nemu juga yang topless waktu Bristol lagi panas-panasnya (Beneran deh 27 derajat celcius aja rasanya udah gerah banget... lalu saya ngebayangin suhu Jakarta -,-). Sekarang paham banget sih kenapa suka lihat bule-bule pake pakaian minimalis kalau di Indonesia. Rasanya pasti gerah banget.

Berhubung anaknya deadliner, saya udah merasakan puasa 18 jam duluan sebelum Ramadhan datang. Iyak, buat bayar hutang puasa tahun lalu yang belum lunas. Hari pertama itu lebay banget rasanya lemes banget dan nungguin maghrib kayaknya lamaaaa banget. Tapi, alhamdulillaah ya, berkat bayar puasa mepet saya malah jadi udah kebayang dan jadi terbiasa duluan puasa 18 jam. Tapi, jangan ditiru ya, tetap lebih tenang kalau bayar puasa jauh-jauh hari kok :'). 

Puasa sambil Menyusui
Terus, sekarang masih menyusui? Masih banget terutama kalau Ken tidur, dia masih bolak-balik bangun untuk mimik. Apa rahasianya biar kuat puasa 18 jam sambil menyusui? Kalau Ramadhan tahun lalu, senjata pamungkas saya adalah jus susu korma yang enak itu lho (cek resepnya di sini) dan emang menurut pengalaman saya emang berpengaruh banget buat jaga energi selama puasa. Masih kebayang dulu setiap abis menyusui, rasanya pengin makan nasi sebakul. Tapi, sekarang ternyata nggak bisa bikin itu karena nggak punya blender, hahaha cetek banget alasannya. Jadi, strategi menjaga stamina saat berpuasa sambil menyusui a la saya adalah sebagai berikut:
- Selalu sedia kurma setiap buka dan sahur
- Makan daging merah setiap sahur
- Makan nasi saat sahur dan berbuka (terbukti, pas buka puasa pakai pizza aja besoknya lemes)
- Minum susu/jus buah/buah saat sahur
- Minum minyak ikan dan habbatusauda
- Minum air putih yang banyaaaaak saat sahur dan berbuka

Perubahan Jam Tidur
Nah, ini dia nih yang juga lumayan signifikan bedanya. Kalau biasanya paling nggak saya tidur jam 12 malam maksimal, sekarang baru bisa beneran tidur setelah subuh atau sekitar pukul 4 pagi. Biasanya bangun lagi pukul 9 pagi (itu juga karena dibangunin Ken biasanya). Soalnya waktu antara buka puasa dan sahur itu lumayan dekat. Coba deh bayangin, buka puasa jam 9:20 malam (lanjut sholat maghrib, makan malam), Isya sekitar pukul jam 11 malam (masih lanjut tarawih) dan harus sahur paling nggak jam 02:30 pagi. Kayaknya kalau abis tarawih terus tidur, alamat bakal lewat sih sahurnya.

Kebetulan rumah kami di Bristol sangat dekat dengan masjid, jalan kaki kira-kira 5-10 menit. Jadi, suami biasanya selalu menyempatkan untuk isya dan tarawih di masjid sampai kira-kira pukul 12 malam. Sementara saya biasanya baru bisa Isya saat Ken sudah tidur. Oiya, saya udah bilang belum sih kalau semenjang masuk spring, jam tidur malamnya Ken ikutan berubah. Nggak ada deh ceritanya Ken tidur dibawah jam 10 sekarang karena menurut tubuhnya, malam itu baru dimulai pukul 9 malam. Akhirnya, dia baru akan tidur paling tidak pukul setengah 12 malam. Sebenarnya ada untungnya juga sih yak arena jam tidurnya Ken kurang lebih mengikuti jam tidur kami. Tapi, waktu me-time dan berduaan sama suami jadi terbatas banget rasanya, hahahah. Karena kedua hal itu hanya bisa dilakukan saat anak tidur, iya kan buibu? Hari ini anaknya lagi tidur lebih cepat, jadi saya bisa nulas-nulis di sini deh #momsproblem ;)

Jadi, beda tempat dan beda waktu tantangan ibadahnya juga bisa berbeda ya. Alhamdulillaah masih kuat dan mampu menjalani puasa yang cukup panjang di sini. Mudah-mudahan sehat selalu dan bisa konsisten. Semoga Ken juga nggak banyak drama karena masa toddler itu ya ampun tiada hari tanpa drama ya ternyata. Pengin ketawa aja rasanya lihat tingkah polah si Ken yang makin ceriwis dan makin kepo.


Buka Toko @Bawana.ID & Mini Giveaway
Nah, karena udah masuk Ramadhan tahun ini, berarti sebentar lagi saya akan balik ke Indonesia. Insya Allah rencananya pertengahan September ini. Rasanya campur aduk, antara senang dan sedih. Senang karena akan ketemu orang-orang kesayangan lagi, ketemu nasi padang, nasi uduk, pempek, cilok, aaah…. Sedihnya karena sudah mulai nyaman tinggal di sini tapi harus meninggalkan semuanya. Rasanya setahun itu kok cepaaat sekali ya.

Dalam rangka itu pula, akhirnya saya memutuskan untuk membuka toko jasa titip dan PO barang-barang dari UK. Lumayan lah ya bisa tambah-tambah penghasilan sambil bantu teman-teman yang lagi butuh cari barang-barang dari UK. Ayo, ibu-ibu yang mau nitip barang apa aja dari UK dengan harga lebih murah bisa langsung cuuus ya kontak aku. Hahaha, ternyata postingan terselubung…

Dalam rangka syukuran buka toko di Bulan Ramadhan ini, saya mau bagi-bagi hadiah buat 4 orang beruntuuung. Hadiahnya ada buku kece dari penerbit Usborne yang judulnya “See Inside Your Body”. Ini baguuuus dan wajib banget ada di lemari buku anak-anak kita karena bikin pelajaran biologi soal anatomi tubuh manusia jadi lebih fun. Nggak usah anak-anak, emak-emak kayak saya aja senang bacanya. Bahagianya tinggal di UK itu buku anak-anak yang keren-keren harganya bisa jauh lebih murah dibandingkan harga di imported book section di toko buku Indonesia.

image from here
Hadiah keduanya ada Ted Baker Lip Balm. Iyaaa, salah satu brand incaran kalau belanja di Inggris ya Ted Baker London. Kayaknya semua orang tahu ya kalau brand ini asalnya dari London. Karena itu harga tas atau baju-bajunya bisa sangat jauh lho dari toko yang ada di Indonesia. Aku baru tahu juga ternyata mereka mengeluarkan produk body care dan parfume. 

image from here

Hadiah terakhir, 2 buah voucher belanja senilai @Rp 50.000,- di @bawana.id untuk 2 orang beruntung,

Caranya gimana?Gampaang... Langsung aja ke akun instagram @bawana.id atau klik gambar di bawah ini dan ikuti instruksi yang ada di captionnya ya.



🌷FOLLOW akun Instagram @bawana.id (Pastikan akun tidak dikunci ya)
🌷LIKE postingan ini (postingan asli @bawana.id)
🌷REPOST Postingan ini dan gunakan hashtag #pobawanaid dan #giveawaybawanaid
🌷MENTION 5 teman kamu untuk ikutan giveaway @bawana.id di komen postingan ini (postingan asli @bawana.id)


🌟Periode Giveaway 31 Mei -27 Juni 2017
🌟Pemenang akan dipilih secara acak dan bersifat mutlak.

🌟Hadiah akan dikirim pada bulan September 2017. Free Ongkir Jabodetabek!

Semoga beruntung dan selamat menjalani ibadah Ramadhan semuanyaa!!



Cheers!

Sawitri Wening