Saturday, November 14, 2015

Hanging Out with Ken #2: Piknik!


Hari Sabtu kemarin, untuk pertama kalinya kami mengajak Ken piknik di Taman Suropati. Begitu ada yang mencetuskan ide piknik di salah satu grup WA, saya langsung bersemangat. Entah udah berapa tahun yang lalu piknik-piknik asyik gitu. Kayaknya sekitar 4 tahun yang lalu deh sama temen komunitas di kampus saya, ke Kebun Raya Bogor. Lama pisaaan kan. Makanya, saya sumringah banget waktu diajak piknik, hihih norak. Biarin. Maklum deh, jaman single dulu senengnya main ke Taman Suropati sambil ngerandom. Sekarang alhamdulillaah bisa ajak anak dan suami plus orang-orang kesayangan waktu di kampus dulu. Sekalian lah biar nggak jadi ibu-ibu kurang piknik, heheh.

Sebenernya yang bikin saya excited saat itu adalah bisa ketemu sama genggong ceriwis yang menamakan dirinya "Merem Melek". Plis, nggak usah nanya maksud namanya apa, karena saya juga nggak ngertiii kenapa namanya itu. Isinya dua kelompok tugas mata kuliah jaman kuliah dulu, hahah. Iya, di kampus saya kan isinya tugas kelompok semua ya. Biasanya, kalau ada tugas kelompok ya bareng-bareng mereka-mereka ini. Sepuluh orang dengan karakteristik, passion, dan kesibukan yang berbeda-beda ini akhirnya bisa kumpul-kumpul lagi setelah terakhir kumpul sesudah saya lahiran. Meskipun nggak lengkap, tapi seperti biasa, tetep seruuu pake banget!

Kumpul sama "The Merem Melek" hampir selalu pake rempong. H-1 grup WA masih ngebahas barang bawaan. Lucu sendiri bacanyaa... Keesokan harinya, Rami, salah satu anggota yang terkenal totalitas dan integritasnya, datang ke Suropati paling awal sambil bawa-bawa balon dan keranjang buah :""D Demi untuk memeriahkan piknik perdana kami. Buat makanan bawa masing-masing, ada yang bawa nasi uduk, snack-snack, dan nugget. Yang paling penting buat piknik adalah alas duduk! Untung aja Non Cantik Alisha rela bawa-bawa banner segede gaban bekas acara kantornya buat kita duduk-duduk di taman--yang berujung pada diliatin orang-orang yang lagi olahraga di sekitar taman. Saking niat dan rempongnya set up buat piknik, ada mbak-mbak yang keheranan gitu liat kita, sampe merhatiin gak udah-udah. Malu sih, tapi yasudah lah namanya juga taman. Masa gak boleh piknik di taman, penjaga tamannya aja adem ayem liat kita rerempongan. Yang penting nggak merugikan orang lain, kan.

Kami pun menghabiskan waktu di pagi itu sambil foto-foto, berbagi kabar, makan, dan KETAWA. Iya, ketemu The MM ini selalu bikin senam muka. Ah, I always love spending time together with them. Pengalaman pertama bawa Ken piknik. Meskipun agak rempong bagian mau nyusuin ya, karena di tempat terbuka gitu. Untung aja sempet minta tolong Fiza bawain payung super gede buat mayungin Ken kalau dia ditidurin dan ujung-ujungnya kepake buat tempat "ngumpet" saat menyusui. Bagaimanapun itu aurat ya bu, mesti hati-hati walaupun lagi nyusuin anak juga ya. Selain itu, Ken masih anteng-anteng aja sih digendong sana-sini sama bou, tante, encing, uncle, om-nya (Bhahaha iya panggilannya beda-beda, berdasarkan suku masing-masing). Malahan sempet bobo begitu digendong pake carrier. Anak pintar ya, Ken! :*


Langsung aja lah lihat keseruannya lewat foto-foto kita yang hits sampe rada malu diliatin orang-orang, apalagi pas rombongan yoga dah bubar dan sesi foto ala-ala persahabatan-yang-angle-nya-dari-tas-semetara-kita-tidur-melingkar. Usai foto ala-ala itu, kita semua sepakat bubar dari taman dong dan pulang ke rumah masing-masing. Moga ada waktu kayak gini lagi, guys! Eh iya, enjoy...


















Love is in the air <3
*Photo credit: Fiza
*Video credit: Dody

- SW -

Monday, November 9, 2015

Ken Belajar Pakai Clodi


Gambar: Google
Berawal dari join ke grup mamah-mamah psiko dan Mahmud Abas--kepanjangan dari "Mamah Muda Anak Baru Satu", dimana kedua grup tersebut tengah memperbincangkan tentang clodi, saya pun jadi ikutan penasaran sama istilah satu itu. Apa itu clodi atau cloth diaper atau popok kain biasa? Sebagai seorang ibu muda, saya termasuk telat banget, banget tahu tentang teknologi satu ini. Untuk yang belum familiar, clodi ini beda dengan popok kain konvensional berbahan selembar katun, tapi lebih mirip popok sekali pakai yang bisa menyerap pipis berkali-kali tanpa takut bocor untuk beberapa lama. Nih penampakannya...

Gambar: Google
Jadi, meskipun popok kain, bunda tidak perlu khawatir harus menggantinya setiap kali ia pipis--kecuali kalo poop, langsung diganti ya dan sebaiknya diganti maksimal 4 jam sekali. Sebenarnya beberapa kali mengunjungi online shop, sempat melihat berbagai merek clodi ini sih dan kok motifnya lucu-lucu, ya... Pas lihat harganya hmm... nggak lucu sama sekali. Sangatlah wajar kalo saat itu saya mengurungkan niat untuk membeli clodi, wong saat itu yang saya lihat satu clodi harganya 250 ribuan. Iya, itu untuk satu clodi, mendingan buat beli pospak (popok sekali pakai) bisa dapat 4 pax, belum lagi kalo diskon bisa lebih banyak lagi. Saat itu pun yang saya pikirkan menggunakan clodi akan mencekik leher kantong dan domper suami  saya.  Maka, saya urungkan niat saya untuk membelinya.

Lebih Hemat dibanding Pakai Pospak
Setelah ngobrol banyak dengan grup Mamah2 Psiko dan Mahmud Abas baru tahu ternyata, merek clodi itu banyak, tinggal pilih mau yang buatan lokal atau yang premium import. Yang lokal, dengan harga terjangkau kualitasnya nggak kalah dengan yang import. Jadi, kalau mau hemat, bisa banget beli yang merek lokal. Harga terjangkau dan kalau dikalkulasi jangka panjang bisa menghemat berkali-kali lipat dibanding pakai pospak sampai toilet training, dan masih bisa diwariskan ke adiknya (ciee.. dah ngomongin adik aja, padahal Ken baru mau 3 bulan) dengan perawatan dan penyimpanan yang tepat

Tapi, nyesel juga sih baru mulai beralih ke clodi sekitar sebulanan yang lalu, jadinya kalau niat menggunakan clodi full-time, jadi kejar tayang padahal clodi baru dicicil sedikit. Di awal memang akan terasa menguras kantong, apa lagi kalo beli langsung banyak...beuh! Investasi di awal sih. Makanya, bunda kalau niat anaknya menggunakan clodi nanti semenjak hamil cicil beli clodi biar nggak gitu berasa pengeluarannya. Lumayan lah sebulan beli 1-2 clodi gitu.

Sampai sekarang Ken baru punya 12 clodi dan harus langsung dicuci untuk dipakai di hari berikutnya. Kalau malam dan pergi-pergi, Ken masih menggunakan pospak karena selain alasan lebih praktis, kami sudah terlanjur setok, jadi ya dihabiskan dulu sembari mencicil beli clodi lagi biar bisa full pake clodi (doain emaknya istiqomah ya, terutama cuci clodinya... heheh).


Saking semangatnya beralih ke clodi, saya jadi kalap belanja clodi. Di bulan awal beli 10 clodi, 3 diantaranya dapat gratisan—kompensasi dari overdue pengiriman barang online shop (Hihih… ada aja ya rezeki). Bulan selanjutnya saya harus menahan diri dulu untuk membeli clodi maksimal 2 buah per bulan dan clodi resmi masuk wishlist prioritas saya sekarang ;D

Lebih Ramah Lingkungan
Alasan lain yang bikin saya tertarik untuk beralih dari pospak ke clodi adalah simply untuk mengurangi perasaan bersalah saya karena menghasilkan gunungan sampah pospak semenjak Ken lahir, Apalagi newborn kan yang setiap abis nenen pasti pup, sehari bisa menyampah kurang lebih 8 pospak kotor. Ternyata, ini juga menjadi alasan utami ayahnya Ken ketika saya berdiskusi soal beralih ke clodi yang pada akhirnya mendukung ide saya. Bapak saya bahkan sempat bertanya apa ada alternative lain selain menggunakan pospak untuk bayi, sedih melihat banyaknya sampah popok kotor di rumah.

Melihat pospak kotor itu saya jadi berpikir, kemana perginya ya popok-popok kotor itu padahal ini baru saya, belum ada berjuta-juta bayi lain yang menggunakan pospak. Jadi, menurut saya cukup bijak kalau kami mulai beralih ke clodi yang bisa dipakai berkali-kali dan pun kalau harus dibuang karena tidak layak pakai, jumlahnya tidak akan sebanyak pospak kotor. Ini juga yang bikin saya semangat cuci clodi setiap hari.

Lebih sehat untuk Kulit
Ini adalah hal lain yang membuat clodi mempunyai nilai lebih di mata saya dibandingkan pospak. Setelah dicobakan clodi, Ken jadi terhindar dari ruam. Ini karena bahan clodi lebih alami dibandingkan dengan pospak yang memang mengandung bahan kimia, sehingga meminimalisasi risiko terkena penyakit akibat zat-zat berbahaya kimiawi. Selain itu, menggunakan clodi, saya tidak perlu mengaplikasikan bedak atau rash cream ke pantat Ken karena selain tidak perlu, penggunaan keduanya bisa menurunkan performa clodi sehingga daya serap clodi akan berkurang.

Mencuci clodi juga ternyata ada tekniknya lho, kalau menggunakan deterjen sebaiknya ¼ kali dari jumlah deterjen yang biasa kita pakai (CMIIW ya..) sebab sisa deterjen yang menempel pada clodi juga dapat mengurangi performa clodi. Ken sendiri tidak menggunakan deterjen untuk mencuci clodi, tapi menggunakan laundry ball “Ecowash” yang bebas deterjen, sehingga clodi benar-benar bebas bahan kimia dan lebih sehat untuk digunakan si kecil.


Merek Clodi yang Sudah Pernah Dicoba
Sebagai pemula, belum banyak variasi merek clodi yang saya coba. Tapi, saya mau sharing sedikit deh, siap tahu membantu yang lagi cari-cari tahu soal merek clodi. Simak di bawah ini ya.

1. Babyland 
Ini adalah merek clodi pertama yang saya belikan untuk Ken. Sudah pernah dipakai malam hari dan tidak rembes ataupun bocor. Kurang suka dengan bahan inner-nya yang agak berbulu. Saya pikir Ken akan tidak nyaman memakai clodi ini, ternyata nyaman-nyaman saja tuh. Bahan outernya beda-beda ada yang agak tebal dan kaku, ada juga yang halus. So far, clodi favorit Ken ada di merek ini yang bermotif jeans karena bahan outer-nya halus sekali.
Babyland
2. GG B-Dipe
Beli clodi ini karena banyak direkomendasikan dari review emak-emak di blog. Suka dengan bahan outer-nya yang halus dan insert-nya yang besar, tebal dan dilapisi oleh fleece jadi bisa digunakan untuk clodi tipe coveria. Sayangnya, kalau sudah agak lama dipakai GG ini jadi agak pesing. Tapi, overall suka dengan cutting dan bahannya.

3. Sobi Minky
Suka dengan bahan outer-nya yang seperti bludru dan cutting-nya yang pas untuk Ken. Sayangnya, waktu Ken pupnya lagi banyak suka bocor samping meskipun sudah ada inner gusset. Tapi, untuk pemakaian secara umum masih oke sih.
Sobi Minky

4. Pempem
Modelnya simple dan motifnya lucu. Suka dengan insert-nya yang berbahan litty karena mudah dicuci dan cepat kering. Kurang suka dengan outer-nya yang agak kaku.

5. Smart Kids
Hampir sama dengan pempem, namun bahan outer-nya lebih halus dan insert-nya bukan litty. Menurut saya kurang cocok digunakan untuk malam hari atau lebih dari 3 jam.

6. Bebibum
Ini satu-satunya clodi tipe coveria yang saya punya, sisanya tipe pocket. Jarang digunakan untuk Ken karena terlalu bulky. Meskipun tipe coveria, tetapi tidak bocor digunakan saat Ken pup.


Bagaimana, bunda? Apa tertarik juga untuk beralih ke clodi seperti saya? Awalnya saya sempat urung untuk menggunakan clodi, saya pikir menggunakan clodi itu mahal, ternyata untuk jangka panjang justru lebih hemat. Saya pikir mencuci clodi itu rempong, ternyata nggak juga lho—bahan inner clodi sangat mudah dibersihkan dari kotoran pup. Saya pikir menggunakan clodi itu rempong, ternyata sama saja dengan menggunakan pospak, bedanya pospak tinggal buang kalau clodi ya dicuci. Memutuskan beralih ke clodi itu memang pilihan dan tetap ada plus minusnya, tetapi menurut saya ini pilihan yang baik. Jadi, yuk bunda ubah mindset dulu kalau menggunakan clodi itu serba repot dan #makeclothmainstream ;)


*Silakan kunjungi website ini untuk referensi lebih lengkap soal clodi: 


Cheers!

- SW -