Thursday, December 11, 2014

My Funny Husband #1

Suatu siang, di kontrakan.

Saya : *keluar kamar dari tidur siang dengan langkah gontai*

Suami: *melihat saya sambil tersenyum, lalu tiba-tiba nyanyi...* "Saint Seiya... nanananana
.. Saint Seiya."

Saya: *duduk bersandar di tembok, sambil melihat pak suami keheranan*

Suami: "Saint Seiya... nananana.." *masih nyanyi lagu Saint Seiya sambil senyum-senyum melihat saya.

Saya: "Kenapa sih kamu??"

Suami: "Coba ngaca deh.. kamu mirip Saint Seiya."

Saya: "Huakakakak... Kirain kenapa." *Langsung ngaca dan emang mirip Saint Seiya T,T

**

Suatu malam, di kontrakan. Kami berdua sedang serius baca buku yg di beli di book fair.

Suami: "Aaaa.. Aku lupaa!"

Saya: "He? Kenapaaaa?" *panik*

Suami: "Lupa, hari ini belum main BF" *Langsung ambil hape*

Saya: -___-'

**

Suatu malam, di kontrakan.

Suami: "Sayang, hape kamu mana?"

Saya: "Mau ngapain?"

Suami: "Mau pinjem dong."

Saya: "Mau telepon?"

Suami: *menggeleng* "Hari ini kan belom main Farm Heroes Saga"

Saya: -____-'

**

Begini nih kelakuan suami yang bikin kangen. Meski kadang nyebelin, tapi lucuuuu... Heheh..

Wednesday, December 10, 2014

Rumah Kontrakan & Kehidupan Baru

Semenjak menikah, kami memutuskan untuk tinggal mandiri di rumah kontrakan mini di bilangan Depok. Alhamdulillaah, cuma sepuluh menit jalan kaki dari kantor saya dan satu jam perjalanan naik motor ke kantor suami.

Sudah kira-kira sebulan lebih kami tinggal di rumah ini. Meskipun kecil, sangat cukuplah buat kami berdua. Ruang tamu, satu kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang lumayan bersih, serta tetangga ramah yang masih satu kantor dengan saya, jadi alasan kami untuk mau pindah kesini. Bener-bener Allah kasih kami rezeki di waktu yang tepat.

Semenjak pindah ke sini, kami berdua belajar untuk mandiri. Saya yang ngga pernah masak di rumah, yang apa-apa udah tau beres sekarang mesti belajar masak sendiri. Heheh, awalnya sih keki ya karena ngga biasa masak. Untung rumah dan kantor dekat tukang sayur yang buka dari pagi sampe sore. Jadi, biasanya abis pulang kantor, langsung ke tukang sayur. Dengan modal gugling, percaya diri, dan dukungan suami, surprisingly sayur mayur mentah itu bisa saya ubah jadi makanan siap saji. Meski baru tumis-tumis dan sayur bening aja sih. Saya merasa beruntuuuung banget punya suami yang ngga nuntut macem-macem. Yang tetep bisa bilang masakan saya enak, padahal jelas-jelas keasinan :''D. Namanya juga belajar ya, bu.. Pelan-pelan mesti di dukung. Buat para calon suami, mesti dicatet tuh.. Kalo ngga, bisa merusak mood belajar masak. Buat para calon istri dan istri yang baru belajar masak, jangan gampang puas. Keep learning for better cook ;)

Untuk urusan beres-beres rumah, suami juga mau bekerja sama. Kami juga biasanya bagi-bagi tugas dan saling mendukung. Saya kebagian masak, nyapu, dan cuci baju. Heheh.. Sedangkan suami kebagian ngepel, cuci piring, dan jemur pakaian. Kebetulan dia ngga terlaly suka nyapu dan saya ngga terlalu suka jemur baju. Pokoknya saling melengkapi satu sama lain, deh. Heheh...

Sebelum menikah, banyak orang bilang siap-siap dengan berbagai perubahan. Termasuk kebiasaan pasangan kita masing-masing. Alhamdulillaah, sampai saat ini kami masih bisa menerima (dan tetep harus bisa menerima dong, ya) kebiasaan yang mungkin ngga disangka-sangka sebelum menikah.

Sekian cerita kali ini.. Lanjut ke postingan selanjutnya ya :)

Cheers!

Wednesday, December 3, 2014

A New Journey



Perjalanan itu dimulai sejak 19 Oktober 2014...


Tuesday, October 7, 2014

Back to Work

It's early morning of October 8th 2014. 01:44 AM exactly.

What am just doing is trying to finish up two things, one for personal matter and the other for work.
I missed doing something or lets say writing up in this time, because i realized that i was a night person who being more productive up 11 PM. But, thanks to the work routine which giving back my biological clocks into normal again. Because of my energy already exhausted in the morning till evening, there's no reason for me to wake up in the night to catch up the deadline. The working hours have to be enough for me.

So, what are you doing now? - Somebody should shout out this question.

Well, actually i had an extended weekend after Idul Adha. My workplace just set up the policy about holiday at hari tasyrik which is cool for me. And I'm very grateful at this policy, not because of i have more the day-offs, but it allowed me to manage some preparations. Yes, i've been very excited doing the preparation since the very serious and sacred thing is gonna happen (Insya Allah). Sooo, as the consequence, i have to dedicate a little night to finish up my work, since tomorrow i have to go back to work.

Alhamdulillaah, I've done it already. Gotta go to bed because i have to catch the train by 6 AM.
Yes, since i moved to a new company (or in my case, it is actually a private school), i have to leave home thaaaat early everyday, which is good for me.

By the way, i decided to start over the #100happydays project on my tumblr. Hope i can be consistent to complete the challenge. Yosh!


Good night! May Allah blesses us with a good sleep and healthy body.

Sawitri Wening

Monday, July 14, 2014

14th of July, 2014

It's been a while. I took a moment to sharpen up my senses. Hearing sounds of a train that i rode. Smelling sweet fragrance of an old white lady at my left side. Capturing with my eyes those worried, happy, sleepy faces and many other expressions of the passangers. Swallow my bitter saliva into the dry throat. Tapping down my thumbs on the quite-wide-phone-screen.

I've missed a thing in my life. 

The feeling when the words coming out of the head. I just want to write again with my own way.

On the train to Tebet,

Monday, July 14th 2014

*
Hidup terasa amat berbeda, entah sejak kapan. Saya baru menyadari bahwa saya tengah memutar haluan kapal ini agak jauh dari semula. Ketika pemandangan yang ada di sekitar saya seolah berubah tiba-tiba. Saya rasa saya sedang melalui jalan lain, ke tujuan yang sama. Semoga saja masih tujuan yang sama.
Saya berpindah dari pekerjaan lama ke pekerjaan baru yang sedikit banyak mengubah hidup saya. Sedikit banyak mengubah pandangan-pandangan saya akan sesuatu. Saya mencoba hal baru yang pernah sedikit saya intip di masa kuliah dulu. Seperti bayi yang baru bisa berjalan. Sama saja, saya masih tertatih. Meskipun entah sudah berapa kali keluhan itu muncul, saya yakin ada yang bisa dipelajari. Pasti ada.

Kesuksesan dan kenyamanan bukan sesuatu yang didapatkan secara instan. Begitu kata mereka. Saya tersenyum kecil. Menyadari kalau definisi sukses di kepala saya kini telah berubah, jauh berubah. Tidak ada yang salah. Saya hanya sedang dibuat takjub. Hati ini terbolak-balik, terombang-ambing bagai sepotong gabus di tengah lautan ganas. Kita bisa saja berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Kejenuhan dan kejutan adalah suatu keniscayaan. Maka, bagaimana pun kerasnya kita berusaha mewujudkan rencana-rencana perjalanan kita. Sungguh, sungguh sebuah kapal tak akan bisa sampai pada dermaga tanpa izin-Nya.
Saya belum pernah merasakan ini sebelumnya. Ketika harapan tidak lagi sekadar batu loncatan setinggi manusia atau setinggi gunung tertinggi di muka bumi ini sekalipun. Cukup jauhkah saya mengambil ancang-ancang? Saat itu angin laut berembus, menggoyang air yang tenang dan membuat kapal yang gagah berlayar itu terombang-ambing. Sambil meyakini, saya mundur selangkah demi selangkah...

Hidup ini terasa begitu berbeda. Ketika bulan-bulan berganti tanpa ada rasa sepi. Setidaknya, tidak sesepi sebelumnya. "Adakah sepi berhijrah dari satu hati ke hati lainnya?" Pikir saya, sesekali. Namun, tanpa ada sepi, tanpa ada sunyi, suara tak akan berarti.

Ah, iya hidup ini begitu terasa berbeda akhir-akhir ini. Tapi, itu yang membuat saya sadar kalau saya hidup dan terkadang, ingin bisa terus hidup. Diizinkan hidup lebih lama lagi. Mungkin sampai rambut ini memutih. Saya ingin bersandar di pundak manusia berambut putih lainnya, dengan rasa aman hingga tak ragu untuk lelap tertidur di sana.

Sambil mengarungi lautan luas, saya memasang layar kapal. Dermaga yang sama masih menunggu di sana. Semoga sampai dengan selamat.

Tuesday, April 22, 2014

Suatu Hari

Aku ingin duduk
dihadapanmu, sambil menunduk
memandangi barisan kata-kata yang terus bertambah
sambil kau memandangiku sesekali
sambil aku memandangimu sesekali
yang keduanya ditutup dengan senyuman

Lantai kayu berlapis parket
Dinding bata bercat putih
Gantungan mungil warna-warni
Suara detak jam dinding
dan derap langkah kaki kecil

Aku ingin duduk di hadapanmu
sambil tersenyum
hingga senja kita tiba.

Matraman, 23 April 2014
Sawitri Wening

Monday, March 31, 2014

Kesetiaan Istri Nabi Ayyub As.

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, 'sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.'" (QS. Sâd, 38: 41)

Iblis menguji Ayyub secara bertubi-tubi. Hartanya yang banyak berupa tanah binatang, budak habis. Anaknya meninggal. Ayyub pun sakit parah. Orang-orang mengusirnya dari kampung halamannya. Tidak ada yang menemaninya, kecuali istrinya yang bernama Lia binti Ya'kub.

(Ibn Jarir At-Tabari, Tarikh At-Tabari: 109)

Sunday, March 23, 2014

Twelfth Day: Happy

Another definition of happiness that i might have found. It's when seeing your lovely one happy :-)

Cheers,

Sawitri Wening

Saturday, March 22, 2014

Eleventh Day: Happy Last Day

This writing should be posted on March 20th (Thu).

Today is my last day in Kadence. I got through most of this day with kinda blue feeling. However, i knew this day would definitely come right after i submitted the letter, so i just tried to chill out and kept working on a screener (still, by taking the overtime).

Though i can't resist the sadness, i have to be grateful as today finally came. i feel blessed when i got those surprises and whises from them. Thank to God for giving me the opportunity to know each of them.

Again, wish me luck!

Sawitri Wening

Thursday, March 20, 2014

Tenth Day: Happy Counting Down The Day

You know the feeling when you gonna leave somebody or something, right?

It's a day before my last day at Kadence.

A day with so much laughs because of people in there somehow become much much funnier--i dont know why. I even told to them, "Guys, why did u turn to be this funnier at my last days? How can i leave this place peacefully?" :D

What they say is right, you'll be realized how precious someone is when you lost them.

However, i have taken a decision.

Wish me luck!

Sawitri Wening

Tuesday, March 18, 2014

Ninth Day: A Happy Reminder

A happy day is the day when you can learn. I got a kind reminder by reading a good book, tonight :)

Hopefully we can be the best for our future husbands as well. Because of the good women are those who can please their husbands, right? :')

Have a good sleep,

Sawitri Wening


Eighth Day: Have a "Good Day"

I might never realized if source of happiness in a day could come from a compliment coffee, if only i'm not joining to this project :)

Today, my spv suddenly gave me a "good day" bottle with tiramisu flavour. This is my favorite than the other flavor (which "Good Day" only has 2 kind of flavours. Forgot what is the other one :p). I didn't ask why he gave me that coffee, but i ain't wondering why he hand over me the tiramisu one instead of the other. It caused of once i have shared, in our casual conversation, that i like "Good Day" Tiramisu so much.

I just learnt something from him. You could make someone else happy by doing a simple thing. You know what it is, only by showing that you remember what they shared to you ;)

Thanks for the tiramisu coffee, Masron! :D

Have a good night now,

Sawitri Wening

Seventh Day: Happy Sunday Movie (The Wind Rises)


This writing should be posted on the last sunday (03/16)

This sunday, me and Kak Atha went to a movie for watching "The Wind Rises". That is the title for an anime movie made by the legend, Hayao Miyazaki and produced under Ghibli Studio roof. "The Wind Rises" or "Kaze Tachinu" (title in Japanese version) becomes a very special movie since this is the last mastepiece of Miyazaki Sensei before he claimed for a retirement as an anime movie maker. For those who adore Miyazaki's works, like "Spirited Away" or "Tonari no Totoro" might have already waited this movie for a long time.

The story tells about a dedicated airplane engineer, Jiro Horikoshi. He is the real character who lived in early 1900's. Yes, this movie is dedicated to him. Jiro had obsessed with airplane since he was young. In the movie, it showed that he often dreaming of an aeronautical engineer from Italy, Caproni. He ran for his dream and successfully being promoted as a chief designer of an airplane which will be used for fighting during the war. He experienced the failure at the first trial. But then, his later designed airplane called Mitsubishi A5M or widely known as "Zero" became the success and introduced at the early of world war II.

Overall i enjoyed the movie and this time quite thoughtful seeing Miyazaki showed how dedicated Jiro was, both for his role as an engineer and  a life-partner. At the last scene, in Jiro's dream, Caproni asked to him which one he prefers, world with or without pyramids. The question emerged to confront his thought of the regret for his own invention which caused the deaths on the war.


I asked the same question to a friend on the day after i watched the movie, just for fun. We might think the existence of pyramid would not affect our current life. He said if there is no pyramids in this world, our life might be very different from now. There will be no air-scrapper building or any other innovation, especially for architecture development history. And i think he is right. Everything brings something to this world, even though they have such dark sides. Like the airplanes which Caproni and Jiro made. They might have been utilized as the tools to attack or kill people, but they still have their own beauty which is needed to make a life-scenario.

I believe everything happens for a reason. Only few could be predicted but the remaining are mystery. Jiro just done his best to be an aeronautical engineer, but destiny brought him to be an actor of a story. Life is full of mystery, hence it allows surprises come along with :)

By the way, sorry for the late post and i won't tell you any such excuses for this :)


Cheers,

Sawitri Wening

Saturday, March 15, 2014

Sixth Day: Happy Nephew


Alhamdulillaah, Sabtu ini bisa saya habiskan untuk istirahat seharian di rumah.

Ini adalah keponakan pertama saya. Namanya Raska, usianya 2 tahun 8 bulan. Keponakan saya ink senang sekali menyanyi, sudah ada beberapa lagu yang dihafalnya. Saya mencoba merekam saat dia menyanyikan lagu "Indonesia Raya" full song :D

Ini dia hasil screenshotnya. Mungkin nanti akan saya coba unggah juga videonya :)


Selamat malam!

Sawitri Wening

Friday, March 14, 2014

Fifth Day: Happy Sudden Meeting & Dinner



The guy in the picture above strongly would arrive to this blog and throw a smile when he found his face displayed on this page. So, before i begin to share a thing, i would like to say hi to him. Hi, anak bakso! :p

Today went very fine. I started my day with a proposal discussion which came up with a proposal recreation request. So, this whole day was spent to remake all of those things up till after Maghrib. The conversations about hot topics which happening in this country keep flowing in some medias i follow. How terrible the condition in Riau because of the forest burning (which is really, really is terrible), the mystery of a Malaysian boeing flight missing, until the over-reaction of people towards the announcement about a president candidate from a party. They stole my concern, till a message came to my phone...

First of all, i wanted to warn that it might be the most cheesy post i have made so far. Since it's for fulfilling the #100HappyDays project, let me just share my daily happiness :)

Actually, this is a person who mostly responsible to "make" my daily, a significant other they say. He took a bus to finally show up his (masked) face to meet me after office hours. We met up just to have a dinner and share light conversations as usual at a place nearby my office. Well, that might be a pretty short meeting, but as always, it just simply make me feel happy. Having quality time with him, no matter what, just always simply drives me happy. And I think he knew it already. 

Thanks a lot for today, Kak! Hope you get well soon :)

With respect to #PrayforRiau cause (padahal pilek :P)
Have a nice weekend,

Sawitri Wening

Thursday, March 13, 2014

Fourth Day: Happy Office Lunch Hour


I just want to say i definitely will miss this crazy happy funny team!!!

Thanks for all the giggles and the impulsive day-out at the extended lunch hour(s) :"D

Cheers,

Sawitri Wening

Wednesday, March 12, 2014

Third Day: Happy Tummy (Genki Sushi Review)


Minggu lalu, Mba Olin, salah satu teman satu tim di kantor, mengajak saya makan sushi. Dia bilang ada resoran sushi unik di Plaza Senayan, namanya Genki Sushi. Saya pun mengiyakan ajakannya karena kebetulan juga sedang ingin makan sushi. Alhasil, hari ini kami pun meniatkan untuk pulang kantor lebih awal. Sehabis pulang kerja, saya dan Mba Olin bersama dengan dua orang teman lainnya, Dini dan Glenn meluncur ke Plaza Senayan setelah maghrib dari kantor. 

Letak restoran sushi ini di seberang Foodhall, di bawah Sogo Plaza Senayan. Sejujurnya, saya sendiri ngga terlalu concern sih tentang kenapa Mba Olin milih makan di restoran sushi yang letaknya lumayan jauh dari kantor, dan harus bermacet-macet ria dulu. Jadi, saat perjalanan menuju ke sana saya nggak expect apa-apa soal restorannya. Ternyataaa, Genki Sushi ini lumayan dikenal karena konsepnya yang unik. Salah satu yang digadang-gadang adalah teknologi yang digunakan restoran ini dalam melayani pelanggannya. 

Kalau biasanya kita dikasih buku menu, sesampainya di sana, kami justru diberikan sebuah ipad. Satu meja, satu ipad yang berfungsi sebagai buku menu sekaligus "waiter". Kita tinggal pilih menu yang diinginan lalu tap confirm--jadi nggak perlu panggil waiter untuk menyampaikan pesanan-pesanan kita. Setelah konfirmasi pesanan, tidak beberapa lama kemudian, meluncurlah sebuah shuttle cart yang membawa pesanan kita yang berhenti tepat di meja kita (jadi, jangan takut pesanannya tertukar dengan pelanggan lainnya). Konsep unik ini jadi nilai positif karena pelayanan dan penyajian menu jadi lebih simple dan cepat. Tapi, karena terlalu mudah dan cepat, kalau kamu termasuk orang yang impulsif, bisa kalap :p Tap, tap, tap, confirm and Whooosh... A shuttle cart coming with your order.

Harganya juga standard untuk ukuran Sushi, sekitar Rp 12.000,- -100.000,-. Lebih murah lah kalau dibandingkan dengan Sushi Tei. Menu yang ditawarkan juga beragam. Yang pasti, yang jadi nilai plus dari restoran ini adalah kecepatan pelayanan dan kemudahan memesan menu. Suka bete kan nunggu pesanan makanan kita lama datangnya, padahal udah laper berat :D

Genki Sushi, Plaza Senayan

Glenn taking his sushi from the shuttle cart

Simple and neat sushi restaurant concept

Menu display and cart track at the table side 

Alhamdulillaah, hari ini menyenangkan! Sedang semangat bikin proposal untuk studi baru, dapet kabar baik dari (calon) klien, dan seneng tahu Kak Atha yang nampak sedang bahagia dan katanya jauh lebih fit :) Selain itu, keputusan makan sushi di akhir hari ini pas banget karena hari ini hari mengunyah sedunia buat saya. Pengaruh period, bikin pingin ngunyah terus seharian~

 Sekarang waktunya tidur! Semoga besok lebih menyenangkan lagi!


Selamat malam,

Sawitri Wening

Tuesday, March 11, 2014

Second Day: Happy Grandfather





Diambil pagi ini, sebelum saya pergi ke kantor. 

Keponakan sulung saya yang berumur 2,5 tahun menolak untuk pergi ke sekolah. Ia sedang asyik dengan mainan pesawatnya. Padahal, Ibu sudah menyiapkan seragam sekolah. 

Bapak pun segera mengambil seragam itu, dan mulai menggoda keponakan saya tersebut. Dengan sedikit usaha, akhirnya keponakan saya mau mandi dan berangkat sekolah, yeay!

Di hari pensiunnya, bapak bisa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk membantu ibu mengurus dua cucu kesayangannya. Selalu ada saja cara bapak menyenangkan dan memenangkan hati kedua cucunya. Saya sering dibuay terpingkal oleh tingkah laku bapak yang lucu saat bercanda dengan keponakan saya itu.

Kata bapak, "jadi pemomong itu, kadang harus bisa juga jadi kayak anak kecil."

Terima kasih, ibu, bapak dan dua keponakanku yang bikin pagi ini jauh lebih cerah :-)

Malam,
Sawitri Wening

Pop Up: Emotion Reader Application

Sumber gambar: http://www.theverge.com/

For the first time, scientists can identify your emotions based on brain activity

The mind reading trick, done before with objects, is now plumbing the depths of human feeling


Further Reading: http://www.theverge.com/2013/6/19/4445684/brain--scan-fmri-identify-emotion

**

I came up with this random thought after reading the article above. A simply wild imagination :p


In the future, we will no longer be able to hide our emotions to other people. When google-glasses-like tools become very common (like ‘android’ at these days) and you can find an application named “emotion readers” (based on this finding) in AppStore/ PlayStore. Ah, the other fact says that this application is free, so everyone can have it on their google-glasses-like tools. As the “emotion reader” comes to be more popular, there will be so many institutions that provide a short course named “Self-Emulator: Self Emotion Regulator”. They will teach you how to manipulate your emotions, so the “emotion reader” won’t be able to read what emotion that you actually feel. 

Can you imagine if this is happened? How different our lives could be? What aspects/sectors will live or die? 

- Sawitri Wening-

Monday, March 10, 2014

Repost: Karena Cinta Tak Butuh Banyak Alasan

Cuplikan tulisan di bawah ini ditulis oleh Syarif Hidayatullah (sumber).

Ada seorang gadis yang disukai oleh seorang lelaki. Gadis itu bertanya kepada sang lelaki, “Apa alasanmu mencintaiku?” 

Lelaki itu bingung menjawabnya, dan sang gadis tidak mau menerima lelaki yang tidak mengemukakan alasan untuk mencintainya. 

“Baiklah, aku mencintaimu karena senyummu yang manis, aku mencintaimu karena matamu yang lentik, aku mencintaimu karena perilakumu yang manja” Sang gadis pun tersipu malu dan akhirnya memutuskan untuk menerima sang lelaki itu.



Suatu waktu, sebelum mereka menikah, sang gadis ini mengalami musibah yang tidak disangka-sangka. Dia mengalami kecelakaan hingga membuatnya terbaring di kasur rumah sakit.

Sang lelaki datang menghampirinya dan duduk tepat disampingnya,


“Wahai calon istriku, engkau dulu bertanya mengapa aku mencintaimu. Aku berkata padamu bahwa aku tertarik dengan senyummu yang manis, namun sekarang senyummu tak lagi manis. Aku berkata padamu bahwa aku mencintaimu karena matamu yang lentik, sekarang matamu bahkan sulit untuk terbuka walau setitik. Aku berkata padamu bahwa aku mencintaimu karena perilakumu yang manja, sekarang engkau hanya terbaring disini tak berdaya. Kini kutahu bahwa aku mencintaimu bukan karena alasan-alasan itu. Dan aku akan tetap disini menemanimu, wahai kekasihku.”



Kawan, namun ingatlah, ada suatu alasan yang lebih hebat dan surga menjadi balasannya.


Seorang sahabat pernah mengingatkanku bahwa “Cinta akan menghilang bersamaan dengan menghilangnya sebab. Maka dari itu, carilah sebab yang abadi, yang tak lekang oleh waktu. Itu adalah Allah. Sebabkan cinta karena cintamu kepada-Nya. Insya Allah cinta itu akan abadi di dunia dan akhirat.”
**

Tidak sengaja menemukan tulisan di atas, lantas tersenyum karenanya :')


Salam,
Sawitri Wening

First Day: Happy Short Conversation

Time goes like a speed of light. 

It's already second week of March and it also means two weeks left for me sitting at my small (yet enough spaced) desk in this office. Today, i realize about something, that i will definitely miss the people in my internal team. They are very lovely funny persons, each of them.

The leader of this team is one of the best person in this company in my own view. He is very engaged with his subordinates in the team and treat us more like his friends and children. I have learnt so many things from him from our conversations. My supervisor is one of my favorite among people i have ever met. I think he was born to be a happy person because of he always smile in any situation, even in tough situation. There are four more people whose personalities and attitudes make me even wanted to think twice for really leaving this company. 

Unfortunately, i have taken a decision to go crossing the line. Well, I'm not going to write something melancholic now, though can't avoid it already goes like that :')


 Taking challenge of #100HappyDays

100happydays.com
I found this website challenges anyone to post picture of anything that make them happy in 100 days in a row. The project called "100 Happy Days". You can please check out the website to know further about this brilliant happy simple project. I consider to follow this challenge just to remind me that i have passed those happy moments to be grateful in the other days.

Let's start with the very first post!


First Happy Day: Silly Conversation with Elya

First of all, pardon me, it's not the actual picture, but a screenshot. This is might be a very simple thing that could make anyone happy. Happiness really is a simple thing. 


We are being trapped in "an empty day" where actually there is no urgent thing to do. Elya dropped me a message in my skype asking whether i have something to do or not. She is one of persons in the team that usually throw funny jokes. She likes to shout out something with tegal accent which heard so funny. So, that are above the part of conversation that successfully burst out my laughter during that dull working hours. Since we have nothing to do at that time, we decided to read Murakami's works. She just bought "Norwegian Wood" and i have "Kafka on Shore" in my pocket.

Thanks for the silly conversation which have made my day, Elya! Will surely miss you after twenty :)



Cheers,

Sawitri Wening

Thursday, February 27, 2014

A little thing about expectation

Hi,

It's been awhile since the last writing i posted. It was Jan 5th and today we're about leaving February already.

Many things happened during this time yet i dont really remember what they are :p

So, lets just start to record it on this dusty blog~

As I believe, every single thing or person is a teacher. I should've learnt so many things until now. Like today, I have another lesson learned.

I got an email from my client. He said i missed out his expectation about the final deliverable. I followed the standard in my office (which i believe already considered profesionally), thus i didn't expect that thing would be happened. So, the problem is there is a gap between my standard and his. In this case, i believe if more proper communication was built, we can avoid that complaint.

Then i remembered about something. Other people must have their own expectation to us. By looking our roles, appearances, positions, or anything, they build those expectations. They will be break if we cannot fulfill them. But, yes... we cannot always fulfill their expectations.

So, if you want to make sure a person will do what you expect, a clear explanation or a simple asking would help. They cant read our minds and so with us. Basically, proper communication is important. If only we made a call to discuss about the detail of the deliverable or share about what we think, there will be no expectation missing.

Right? ;)

Be dare to share your expectation with respect to the goodness.

Have a good friday!

- SW

Saturday, January 4, 2014

Work at Home.

Alhamdulillaah, rasanya lega sekali ya bisa menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Ya, sepanjang Sabtu ini saya habiskan di rumah untuk mengerjakan revisi report dan sedikit menyiapkan properti serta cerita yang akan digunakan oleh komunitas kami besok pagi. Bukan Sabtu yang sibuk, sebab mengerjakan pekerjaan kantor di rumah ternyata membuat saya merasa lebih rileks dan fleksibel. Kalau sudah bosan dengan pekerjaan, ya saya tinggal meninggalkan laptop sebentar, duduk-duduk di ruang tamu sambil mengobrol dengan bapak-ibu, bermain dengan keponakan, atau menonton TV sebentar. Meskipun santai, tapi pekerjaan bisa tetap selesai... Alhamdulillaah :)

Beberapa waktu lalu, kantor saya direlokasi dari gedung lama ke gedung yang baru. Masih di daerah yang sama, di bilangan Rasuna Said. Oleh karenanya, seluruh karyawan kantor saya terpaksa bekerja di rumah sejak tanggal 23-31 Desember 2013. Awalnya saya sempat bingung karena pada periode itu, ada report yang harus saya bereskan dan untuk itu biasanya saya akan berkoordinasi dengan atasan dan teman-teman dari divisi lain untuk menyelesaikannya. Ah, tentu saja hal ini membuat saya sedikit khawatir karena tanpa tatap muka, koordinasi yang biasa dilakukan pasti tidak akan berjalan dengan semestinya. Lagipula, biasanya suasana rumah tidak terlalu kondusif untuk bekerja (alasan saya aja ini, sih :p). Beruntunglah, karena kecanggihan tim IT kantor, kami pun tetap dapat mengakses server dan outlook. Komunikasi dengan rekan kerja dilakukan dengan memanfaatkan salah satu instant messenger terfavorit pasangan LDR, Skype. 

Kekhawatiran saya tadi pun luntur. Ternyata, saya merasa lebih rileks dan enjoy mengerjakan pekerjaan kantor di rumah dibandingkan di kantor :D. Yah, siapa sih yang nggak betah di rumah sendiri. Meskipun stay di rumah, tapi kan yang dikerjakan tetap pekerjaan kantor--dengan jumlah tugas dan beban yang sama. Jadi, harusnya sama saja dong. Tapi, ternyata tidak... tetap saja ada bedanya dan perbedaan yang saya rasakan ini lebih positif. Karena pengalaman ini, saya jadi berpikir, mungkin nggak ya cara kerja seperti ini bisa terus diterapkan di kantor-kantor, terutama buat para working mom. Lumayan kan, para ibu tetap bisa mengawasi anak-anaknya di rumah meskipun sambil bekerja. Atau paling tidak, para working mom bisa tidak harus masuk setiap hari ke kantor. Kalau tidak ada meeting, atau face-to-face training, misalnya. Ya, tidak perlu datang ke kantor. Tinggal selesaikan saja pekerjaannya di rumah, toh yang penting selesai dengan baik, kan :p #mimpi.

Kalau menurut saya, bukannya tidak mungkin sih ide tersebut direalisasikan. Tapi, tentu saja pasti ada kendalanya, baik itu dari segi teknis maupun etika. Biasanya, kegiatan-kegiatan di kantor itu sudah terorganisasi dan terjadwal, tapi bukan tidak mungkin akan ada saja event atau meeting dadakan dengan atasan atau klien. Contoh kendala lainnya mungkin ketika koneksi yang kita butuhkan untuk mengakses segala keperluan untuk mengambil data di server atau komunikasi sedang tidak beres, tentu akan sangat ribet kalau kita tidak berada di satu tempat yang sama. Yang mungkin paling esensial justru adalah feel yang terbangun ketika berdiskusi secara langsung dan tidak langsung tentu akan berbeda. Dengan berkomunikasi secara langsung, seseorang dapat lebih memastikan apakah lawan bicaranya dapat menangkap hal yang disampaikan secara baik atau tidak, bila dibandingkan komunikasi lewat e-mail, instant messenger, atau telepon. Kendala lainnya mungkin berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang tidak mengizinkan karyawannya membawa pulang dokumen perusahaan yang sifatnya confidential, sehingga mau tidak mau kita harus mengerjakan pekerjaan kita di rumah.



Ya, memang akan agak repot sih merealisasikan "mimpi" saya tersebut kalau melihat kendala-kendala apa saja yang mungkin muncul. Makanya, saya belum pernah mendengar ada kantor yang memiliki aturan seperti itu. Meskipun dari pengalaman yang saya alami ketika bekerja di rumah, tidak terlalu ada masalah berarti. Tapi, mungkin juga karena masa bekerja di rumah yang saya alami waktu itu bukan dalam jangka waktu yang panjang, jadi masih bisa ditangani.

Gara-gara tweet salah satu teman saya malam ini, saya jadi menyadari sesuatu. Sebenarnya kita punya hak untuk bekerja di rumah, paling tidak sehari atau dua hari dalam sebulan, yaitu cuti haid/menstruasi. Mungkin banyak yang tidak familiar dengan cuti ini karena tidak terlalu disosialisasikan atau bahkan tidak diterapkan dalam kebijakan seluruh kantor.

Pasal 81 UU No. 13/2013 tentang Ketenagakerjaan (link)

Kalau di kantor saya, cuti haid ini memang sepertinya tidak terlalu disosialisasikan dan tidak bisa disebut cuti juga karena biasanya karyawan yang tidak masuk karena haid hari pertama/kedua, tetap dihimbau untuk bekerja di rumah. Hal ini masih bisa ditoleransi karena jangka waktunya tidak terlalu lama.

Jadi, kesimpulannya kita memang harus memilih. Ada pekerjaan yang memang tidak memungkinkan kita untuk menyelesaikan tugas di rumah sepanjang waktu, tapi ada juga sebenarnya pekerjaan yang memungkinkan kita untuk stay di rumah, namun tetap dapat menghasilkan uang. Contoh simple-nya aja dengan membuka bisnis-bisnis online, atau bekerja sebagai seorang freelancer, atau bahkan membuka usaha sendiri yang memungkinkan kita untuk mengatur segalanya dari meja kerja kita di rumah.

Kalau saya sendiri sih bila sudah berkeluarga nanti, inginnya melakukan seperti pilihan yang kedua. Tetap bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah (mengurus kebutuhan keluarga), tapi juga ingin memiliki pendapatan dengan melakukan pekerjaan yang disukai. Pilihannya banyak, saya yakin. Tinggal bagaimana kita mengaturnya saja untuk bisa mencapai tujuan itu #asik. Sotoy pisan sih saya... Kayak sudah pernah menjalani saja, ya. Namanya juga kepinginan, memacu diri sendiri boleh, kan :D Meskipun begitu, saya menyadari tetap perlu ada perencanaan yang matang sih untuk mewujudkan keinginan ini.
Data dari BPS menunjukkan jumlah wanita pekerja di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 48,440 juta, meningkat dari tahun sebelumnya 47,24 juta padahal tahun 2009 baru 46,68 juta orang. (the-marketeers.com)
Semakin banyaknya jumlah perempuan yang bekerja saat ini, tentu ada faktor yang memicunya. Untuk ibu yang memutuskan untuk mengambil peran ganda, mungkin salah satu faktornya adalah membantu finansial keluarga. Menurut Bower (2001) dalam Reynolds, et al. (2003), selain faktor ekonomi, partisipasi para ibu di lapangan kerja juga dipengaruhi oleh faktor sosial, politik dan demografi. Ada juga kan yang bekerja demi untuk memenuhi gaya hidup, mengejar karir, adanya keinginan untuk mandiri, atau ada tuntutan dari luar yang membuat para perempuan terutama ibu memilih untuk bekerja juga.

Dari topik bekerja di rumah sampai ke rencana masa depan, hmmm... Nah, meskipun diantara kita mungkin baru beberapa tahun lagi masuk dunia kerja atau berkeluarga, kira-kira apa rencana kamu dalam hal pekerjaan nanti? Semoga tidak menjadi galau masa depan. Tapi, lebih baik galau sekarang kan daripada nanti :p


Have a nice weekend,
Sawitri Wening



Referensi:

Hutajulu, R. (2013). Perempuan Bekerja Meningkat, Sambal Instan Muncul. Marketeers. link

Reynolds, Tracey, Callender, Claire & Edwards, Ros (2003) Caring and Counting: The Impact of Mothers’ Employment on Family Relationships. Bristol: Policy Press.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. http://www.hukor.depkes.go.id/.

Thursday, January 2, 2014

Tumbuh.

Buat saya, tidak ada yang berbeda di pergantian tahun kali ini. Saya bahkan tidur lebih cepat di malam tahun baru kemarin, di saat orang-orang berpesta pora di Bundaran HI, menghabiskan malam dengan kembang api, atau sekadar duduk berbasa-basi. Mungkin, karena cuaca malam itu begitu mendukung untuk tidur lebih cepat, meski suara musik dangdut di daerah dekat rumah begitu memekakkan telinga.

Tidak ada yang berbeda. Meskipun begitu, tentu saja tetap ada harapan dan keinginan yang ingin dicapai di tahun ini, seperti biasanya. Ada keinginan yang telah muncul jauh sebelum pergantian tahun datang. 

Semoga Allah SWT mengizinkan harapan itu tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik, untuk diri kita masing-masing dan untuk kita O:)


Salam hangat dariku,
Sawitri Wening

Wednesday, January 1, 2014

Uncertainty

This is weird, how a simple thing could make you come up with an (complicated) insight.

If you go to a railway station in this city lately, you might be sick finding the long queue of the single trip ticket intenders. I don't know what the reason behind PT. KAI to only open limited counters for single trip tickets and let their officer shout out to persuade us buying the multi-trip ticket rather than giving up our precious time to that deathly long single-trip-ticket-line . They obviously said something like this, "Please buy the multi-trip ticket! You won't be stuck in that long queue anymore. Crossing the gateway will be much simpler with this tool." 

It simply made me think that that might be their strategy to succeed the multi-trip ticket program. What?Such a cheap way, isn't it?--It's just my bad thought by the way :p 

However, i think the offer is still reasonable. For the regular commuter-line users, this tool must be very useful. But for the occasional users like me, they will think twice to cost more money before buying this ticket, as we need to invest IDR 20K to have it. For some people, this amount might be too high, literally or just because they think they wouldn't use it anymore in the future. That's why a lot of people still willing to take a spot in that long line, wasting their time for minutes or even hours just to get those single-trip tickets. Since i rarely use CL after stepping out from college, i was in that line too. 

Until i was in rush to reach a place by CL, i decided to buy the multi-trip ticket and since there is no expiry date on it, i realized that this ticket will be useful for me as well. As an occasional user, i would take two or three trips to Depok, Bogor, or Kota by CL and i don't need to waste my time in that queue anymore. I think spending that amount of price is value for time. Just swipe in and go! What a happy commuter I was! :)

Don't you think you want to feel this kind of happiness also and help to reduce that chaos in the station? Well, that is your choice anyway... No one pays me for this statement :p


So, what is the relation between this issue and the first line of this post? 

This is absurd, but i just want to write it down. The day I bought the ticket, i lost it recklessly. I was very sad at that time because of I think could use that ticket to go home and save more money. I confidently walked alone from GI to Sudirman Station, expecting the experience crossing the gateway straightly without have to take the money out of my pocket. Yes, i considered to walk on the distance alone just to make myself allowed to use the ticket. I didn't know before that losing a train-ticket could really make me feel that sad.

But then i was thinking what makes me feel sad is not merely about losing the ticket, it's because the insight i got from that experience. It's about realizing how close we are with the uncertainty, even when we have been pretty sure that something would come. This also reminds me that when God had decided something after all the sweats, we just need to accept. I believe, even though someday we can't get what we want, we still can count all the effort and time we used to pursue a thing. 

Just keep trying and praying because of  uncertainty will never be separated from life, right?

A lesson learned, just be prepared for another surprise from God. Have faith :) 

Cheers,
Sawitri Wening