Monday, October 16, 2017

Ken's Weaning Story


Apa kabar semuanya?! Yeay! Akhirnya kembali muncul lagi di sini setelah dua bulan lebih nggak nulis di sini. Lama juga ya 😅... Semenjak riweuh dengan segala hal-ihwal pindahan dari flat ke apartemen baru, kemudian disusul dengan persiapan kembali ke tanah air, rasanya kok energi dan pikiran ini banyak terkuras untuk hal-hal tersebut dan hal lainnya. Jadi, baru sekarang sempat update lagi. Sekarang, sudah sebulan lebih kembali ke Indonesia, kembali ke hal-hal lama yang mostly jadi terasa baru lagi buat saya. Jadi, saat ini posisinya masih dalam rangka adaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Bukan cuma saya aja yang sedang beradaptasi, tapi tentu juga suami dan yang paling banyak usahanya dalam membiasakan diri di lingkungan barunya yang sekarang adalah Ken.

Ngomong-ngomong soal adaptasi, saya mau cerita sedikit soal proses menyapih Ken. Kalau ingat postingan galau ini, rasanya bersyukur banget karena ternyata proses menyapih Ken nggak sehoror yang saya bayangkan sebelumnya. Iya, saya dan suami akhirnya memutuskan untuk menyapih Ken tepat di usianya yang ke dua tahun.


Mengurangi Waktu Menyusui
Memasuki usia 12 bulan, Ken yang awalnya 'susah makan' alhamdulillaah perlahan-lahan semakin pintar makannya. Yang semula menolak makan nasi, jadi mau. Yang tadinya, selalu melepeh-lepeh makanan, jadi semakin lancar mengunyah dan menelan makanan padat seperti layaknya orang dewasa. Walaupun kebiasaan melepeh makanan itu masih ada, tapi kalau dibandingkan pada saat Ken berusia dibawah satu tahun, kayaknya nggak ada alasan untuk nggak bersyukur. Setelah itu pun yang saya lakukan adalah mulai mengurangi intensitas menyusui Ken dan lebih banyak menawarkan makanan dan mengenalkannya dengan susu pasteurisasi (sebab di Bristol jarang sekali ada susu UHT). Hingga di usianya sekitar 14-15 bulan, Ken seringnya hanya meminta mimik atau disusui saat mau tidur DAN saat ia terbangun di tengah tidurnya. Masya Allah... Jadi, tugas saya sudah berkurang banyak, tinggal memikirkan bagaimana caranya agar Ken bisa tidur tanpa mimik dan tidak lagi mencari mimik di tengah tidurnya.

Sounding
As usual, we use this most powerful weapon to help Ken overcome with change. Kayaknya 5-6 bulan sebelum eksekusi, saya udah mulai wanti-wanti Ken kalau akan ada saatnya ia harus berhenti mimik, yaitu saat ia berulang tahun yang kedua. Kalimat yang paling sering saya gunakan adalah "Ken, nanti kalau sudah happy birthday, tiup lilin, berarti Ken sudah tidak mimik lagi ya." Selain itu, saya juga menjelaskan kalau anak yang sudah besar, sudah tidak mimik lagi dan Ken sudah besar. Begitu terus di berbagai kesempatan, dengan harapan Ken bisa lebih mudah melewati salah satu perubahan besar dalam hidupnya itu. Waktu itu saya berpikir, kalau saya jadi Ken, pasti saya akan sangat terpukul harus 'berpisah' dengan sesuatu yang selalu ada bersamanya semenjak ia lahir 💔.

Memilih cara menyapih
Karena bertekad ingin menyapih tanpa "membohongi" atau pakai cara orang-orang jaman dulu, ada satu catatan penting yang menurut saya nggak kalah penting, yaitu konsisten dan jujur dalam perkataan dan perilaku kepada anak. Oh iya, saya nggak menganggap cara yang dilakukan orang-orang jaman dulu itu, seperti mengoleskan parutan kunyit atau betadine di payudata agar terkesan sedang sakit, tidak baik karena bisa jadi itu adalah cara ibu agar anak bisa lebih legowo ketika disapih, ya kan daripada ibu dan anak stress karena drama penyapihan. Hal ini sempat juga terpikiran untuk saya lakukan, tapi setelah berdiskusi dengan suami, kami memutuskan memilih cara lain yang menurut kami lebih pas di hati, yaitu dengan memberikan pengertian kepada Ken.

Menentukan momen perubahan
Agak bingung juga kasih nama poinnya. Intinya, kami memilih momen yang menurut kami paling tepat untuk memulai proses menyapih dan informasi ini sudah diberitahukan kepada Ken. Jadi, ketika momen itu datang, Ken akan lebih siap dengan perubahan yang akan dialaminya. Momen yang kami pilih adalah saat ulang tahun Ken. Sengaja, kami mengundang tetangga dan mengadakan pesta kecil-kecilan sekadar menjadi penanda kalau setelah ini, Ken akan disapih.

Hal selanjutnya yang kami lakukan adalah eksekusi. Sesuai ekspektasi, ternyata drama yaaa, hahahah. Tapi, alhamdulillaah dramanya hanya berlangsung selama 3 hari. Di malam ke-4 Ken berhasil tidur sendiri tanpa nangis-nangis. Masya Allah, lega rasanya. Akhirnya tugas menyusui Ken selama dua tahun berhasil diselesaikan 😭. Di sini, saya mencatat ada beberapa fase yang Ken alami saat dan pasca disapih. Ini sama sih kayak fase umum yang terjadi kalau seseorang mengalami perubahan.

1. Fase Penolakan
Fase dimana Ken mampu menangis berjam-jam karena tidak diberi mimik saat mau tidur selama 3 hari. Di hari pertama super capeeek karena saya menuruti semua permintaannya, kecuali minta mimik. Karena tidak berhasil dapat mimik, Ken akhirnya minta macam-macam, minta pipis lah, makan lah, walaupun sebenarnya dia nggak benar-benar mau melakukan itu. Alhasil, kami baru tidur jam 3 pagi. Malam kedua, saya menggunakan strategi mengabaikan tangisannya dan berlaku seperti tidak ada apa-apa, jadi selama Ken menangis, saya tetap memejamkan mata dan memintanya untuk tidur sambil memberitahu konsekuensi kalau dia menangis terus (matanya bengkak, capek, dsb.) Hasilnya, Ken menangis selama 30 menit, diam dan tertidur sendiri. Malam ketiga, Ken masih menangis sekitar 10 menit lalu tertidur.

2. Fase Melawan/Denial 
Ternyata dramanya belum berakhir, buibuuu... Hahah, tapi nggak kayak sebelumnya sih. Di fase ini, Ken seringkali menolak untuk tidur, walaupun sebenarnya dia sudah mengantuk. Beda ya sama nggak mau tidur karena nggak ngantuk. Jadi, siap-siap deh tidur siang dan malam akan mundur beberapa jam karena anaknya udah nggak bisa lagi disogok pake mimik biar tidur cepat! 😂

3. Fase menerima
Meskipun terkadang Ken masih suka menolak tidur siang, tetapi sekarang ia sudah lebih mengerti. Jam tidur siang/malam pun sudah lebih teratur dibanding ketika masih pada fase sebelumnya. Di fase sebelumnya, Ken seringkali menghipnosis dirinya sendiri dengan bilang "no mimik, yes bobo" berulang kali. Padahal nggak ada yang mencontohkan dan kata-katanya yang catchy itu dia sendiri yang memilih. Masya Allah, di situ saya melihat usaha Ken untuk membuat dirinya sendiri paham akan perubahan ini.

Catatan saya adalah ketika mau memulai proses menyapih dengan cara ini, baik ayah ataupun ibu harus ikhlas dan yakin. Sebab, kalau tidak, akan terasa sulit di fase pertama sehingga jadi nggak tega dan akhirnya menawarkan mimik lagi. Ternyata, setelah proses menyapih yang penuh drama itu, terbitlah tidur yang lebih berkualitas, bebas sakit punggung, baju tanpa kancing depan, dan anak yang lebih mandiri karena tidur tanpa harus lagi disusui 😊

Sekian dulu ceritanya, mudah-mudahan ada manfaatnya ya. Bagi yang baru akan memulai proses menyapih, semangat ya, buibuuuu :*

Thanks for helping us through the thick of weaning process, guys! (Ken's Birthday Squad)

Cheers!
Sawitri Wening