Saturday, April 25, 2015

Filosofi Kopi


Rabu (15/04/15) minggu kemarin, saya mengajak suami saya menonton "Filosofi Kopi" usai pulang kantor. Sebenarnya sih, saya ngga terlalu penasaran dengan film ini. Ini juga bukan film yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Hal yang membuat saya tertarik dengan film ini adalah film ini diambil dari salah satu karya penulis favorit saya, Dewi Lestari. Meskipun Mbak Dee adalah penulis favorit saya, sejujurnya saya belum pernah membaca karyanya yang satu ini. Maka, sambil mengusir kesuntukkan, saya pun memutuskan untuk mengisim whatsapp ke suami saya sore itu dan menawarkannya untuk nonton film ini. 

Film ini bercerita tentang dua orang sahabat yang merintis usaha kedai kopi di Jakarta. Jody berperan sebagai investor sekaligus manager operasional dan Ben yang berperan sebagai salah seorang barista di kedai itu. Mereka berdua bagaikan dua kutub bumi yang berbeda cara berpikirnya, namun saling melengkapi. Ben yang begitu terobsesi dengan kopi percaya kalau dengan menyediakan kopi terbaik adalah cara yang paling tepat untuk mendatangkan tamu ke kedainya. Sementara itu, Jody berpikir untuk membuat kedai kopinya bertahan, ia harus melakukan efisiensi anggaran termasuk dalam pembelian bahan baku kopi, dan memilih menginvestasikan uangnya untuk menambah fasilitas kedainya dengan wifi, yang menurutnya membuat banyak orang lebih tertarik. Keduanya begitu berbeda, tetapi saling bergantung satu sama lain. Perdebatan diantara keduanya tidak dapat dielakkan hingga takdir mempertemukan mereka untuk menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan mereka selama ini. Konflik yang menurut saya begitu pas dimunculkan dalam cerita ini. Sebuah tantangan yang mampu menghilangkan dahaga mereka apabila mereka dapat menuntaskannya dengan baik.

Dalam perjalanan mencari jawaban yang tersembunyi dalam secangkir kopi tiwus, yang kata El adalah kopi terenak yang pernah diminumnya, mereka akhirnya menemukan lebih dari apa yang mereka cari. Film ini mengajarkan saya tentang cinta yang sederhana, yang seringnya tidak kita duga dan sadari. Seperti Pak Seno yang selalu merawat kebun kopinya dengan tulus, tanpa tetek bengek teori ini itu untuk menghasilkan kopi yang enak untuk dinikmati,

   
Mungkin kita harus lebih sadar ya, kalau hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang-orang disekitar kita bisa jadi adalah cara mereka menunjukkan perhatian dan kasih sayang mereka. Atau hal-hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain bisa jadi bikin orang lain itu senang. Hihih, itu sih salah satu insight yang aku dapat dari film ini.

Semoga bisa terus sadar deh sama pesan ini. Apalagi sekarang kan lagi siap-siap menyambut anggota baru kerajaan. Jadi, mari buang segala kepusingan, kekhawatiran, dan kegundahan dalam diri. Keep thinking positive!

- SW -

Thursday, April 23, 2015

Istri Paruh Waktu


Akhir-akhir ini, saya dan suami sering membicarakan tentang rencana kami ke depan, terutama setelah anak pertama kami lahir (Insya Allah sekitar bulan Agustus nanti). Ya, pembicaraan itu tidak jauh-jauh dari soal karir. Iya, kami memang sudah sepakat kalau nanti buah hati kami lahir, saya akan mendedikasikan diri saya sepenuhnya untuk mengurus dan membesarkan anak kami. Artinya, saya harus siap berhenti mengejar karir, walaupun sebenarnya banyak hal lain yang mungkin bisa saya explore ketika saya benar-benar memilih untuk berhenti bekerja penuh waktu. Tidak munafik, banyak hal yang saya khawatirkan saat ini, waktu saya memikirkan tentang kesanggupan saya untuk meninggalkan pekerjaan. Meskipun, sebenarnya saya berpikir kalau duduk di belakang meja dan bekerja 8 jam dalam sehari bukan lah hal yang saat ini saya inginkan. Pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah saya sanggup berdiam diri di rumah, apa yang bisa saya lakukan untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan, kegiatan apa yang bisa saya lakukan untuk menyeimbangkan kewajiban saya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak saya kelak. Iya, saya masih menata dan mencari jawabannya sambil terus berpikir dan meyakinkan diri. 

Lalu, tanpa sengaja saya menemukan film pendek ini. Duh, langsung bercucuran air mata saya, menyadari kalau saya masih jauh, jauh sekali dari kategori istri yang baik. Bahkan, judul film pendek ini membuat saya merasa tertampar. Semoga kita bisa menjadi lebih baik lagi setiap harinya dan semoga kita senantiasa diingatkan untuk kembali berusaha dan jangan takut kepada selain kepada-Nya.

Tentang Pasangan yang (Belum) 'Sempurna'
Di acara kumpul-kumpul bareng kemarin, ada seorang teman yang baru saja menikah. Jadilah pembicaraan kita diawali dengan hal-hal seputar pernikahan dan nasihat-nasihat untuk pengantin baru. Seorang teman bercerita tentang begitu banyak pengalaman orang-orang yang berproses menjadi pasangan hidup yang baik. Bagaimana setiap kita pasti akan menemukan kelemahan dan kekurangan pasangan kita masing-masing. Bahwa ketika kita memilih untuk menikah, jangan heran kalau kita menemukan banyak celah dalam diri kita dan pasangan kita, sebab menjadi suami dan istri yang baik adalah suatu pembelajaran. Kalau kata teman saya, "banyak dari kita berpikir kalau orang yang akan menjadi pasangan hidup kita kelak adalah orang yang sudah 'jadi' sehingga kita berekspektasi pasangan kita adalah pasangan yang sempurna. Padahal, pernikahan itu sendiri sesungguhnya adalah wahana untuk masing-masing kita memperbaiki diri."

Beliau juga menambahkan, oleh karena itu ada baiknya ketika hendak menikah, baiknya kita juga meniatkan untuk menyempurnakan diri dan agama kita. Jadi, kita bisa lebih menerima ketika kita menemukan hal-hal di luar ekspektasi kita sebelum menikah, Insya Allah ya, kita semua sedang sama-sama menuju ke arah yang lebih baik. Jadi jangan sedih ya (ini ceritanya lagi selftalk) karena kita sedang belajar.


**
Suamiku, 
Tidak lah kapal berlayar tanpa angin
Tidak lah bunga berbuah tanpa serbuk sari
Tidak pula manusia bernafas tanpa udara

Bantu lah aku menjadi baik bagimu
yang menggenggam, mendekap, dan memelukmu
di setiap langkah yang terseret-seret
yang menyambut, membelai, dan meluruhkan lelahmu
di ujung jalan kau pulang

Suamiku,
Bantu aku menjadi baik bagimu dan anak-anak kita kelak.
Bantu aku menjadi lebih baik di mata-Nya.

I Love You, Suamiku :*
- SW -

Wednesday, April 22, 2015

22nd Week: What to Expect

Memasuki minggu kedua ini, berat badan saya semakin bertambah, begitu juga dengan berat badan bayi yang ada di kandungan saya. Perut mulai terasa gatal, punggung berasa pegal-pegal dan suhu tubuh saya pun meningkat, akibatnya kalau malam, saya sering merasa kegerahan. Hihih, sebenarnya hal seperti ini udah ada dalam ekspektasi saya sebelumnya. Jadi, ngga terlalu kaget. Selain itu, si dedek juga lebih aktif. Saya sudah bisa merasakan tendangannya bahkan kalau ia mulai berputar-putar di dalam perut. Heheh, lucu deh rasanya. 

Karena saya sudah tidak lagi mual-mual seperti 3-4 bulan pertama, dr. Mira Myrnawati, SpOG. meresepkan suplemen tambahan zat besi untuk saya. Fungsinya sebagai penambah darah karena katanya ibu hamil membutuhkan volume darah yang lebih banyak dari orang yang tidak hamil karena kita harus berbagi dengan bayi yang sedang berkembang dalam tubuh kita. Oleh karena itu, umumnya level hb pada ibu hamil lebih rendah. Untuk mengurangi risiko kurang darah saat melahirkan nanti, maka asupan zat besi sudah harus dikonsumsi oleh ibu hamil sejak dini. Nama obat yang diresepkan dokter bernama feritrin. Saat kontrol sebelumnya, dokter pernah menanyakan apakah saya masih mual atau tidak, kalau sudah tidak mual baru beliau berani meresepkan obat tersebut karena ternyata efek samping dari suplemen tersebut adalah mual. Biasanya, saya mengonsumsi suplemen hamil folamil genio dan cal 95 secara bersamaan, setelah makan malam. Saya disarankan untuk meminum feritrin secara terpisah dari dua suplemen tersebut, maka saya meminumnya setelah sarapan. Ternyata, setelah meminum feritrin, saya langsung merasa mual dan pusing. Efek sampingnya suplemen tersebut masih terasa di tubuh saya. Untuk menyiasatinya, saya pun mengubah pola minum obatnya. Sementara folamil genio dan cal 95/calplex saya minum pada pagi/siang hari, feritrin saya makan menjelang tidur untuk menghindari rasa mual. Alhamdulillaah, cara ini ampuh ternyata buat saya, jadi nggak perlu minta diresepin suplemen lain dan nggak buang-buang uang. Hehehe...

Selama kehamilan ini, saya banyak mendapat informasi mengenai kehamilan dari forum-forum ibu hamil dan tanya sana-sini, terutama kepada orang yang sudah berpengalaman. Ternyata memang penting lho cari tahu soal kehamilan dari berbagai sumber. Tidak terkecuali hal-hal apa saja yang biasanya dihadapi oleh ibu hamil di setiap usia kehamilannya. Seorang teman yang berpengalaman dan lebih senior bilang hal itu bisa bikin kita, secara psikologis, lebih siap dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi selama hamil. Jadi, kalau mood tiba-tiba aneh, sakit punggung yang nggak udah-udah, atau timbul perasaan limbung yang ngga jelas alasannya, kita sudah tahu kalau hal-hal itu wajar dirasakan ibu hamil pada usia-usia kandungan tertentu. Saya juga meng-install aplikasi kehamilan di hp, namanya "Baby Bump" dan "Baby Center". Suami saya juga saya minta install di hapenya, harapannya sih biar dia aware dengan kondisi saya dan bayinya. Jadi, dia udah bisa siap-siap sebelumnya kalau di bulan kelima ini saya akan sering ngeluh kelaparan karena pada usia kandungan ini, nafsu makan ibu hamil umumnya meningkat drastis. Selain itu, aplikasi ini lucu lho karena disertai visualisasi perkembangan bayi di dalam perut kita. 

Saya juga sempat ikutan seminar yang membahas mengenai "Manajemen ASI dan Tanda-Tanda Persalinan" dari RSIA Tambak. Acaranya informatif sekali dan sangat bermanfaat untuk persiapan saya pasca melahirkan nanti. Insya Allah  akan aku bahas di postingan selanjutnya ya :)

Ok, deh. Sekian dulu cerita kali ini. Mohon doanya untuk kesehatan dan kelancaran selama hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan nanti,

Salam sayang dari calon ibu yang perut gendutnya mulai nampak ini, 

- SW -

Friday, April 3, 2015

Thy Will be Done

Thy Will be Done
Diego Christian @ 2015
Gramedia Pustaka Utama - 2015
216 hlm.

Adela Priscila Hutagalung telah bernazar kepada ayahnya. Ia memutuskan melakukan hal itu untuk menyenangkan hari ayahnya yang sedang sakit serius. Perempuan yang sering kali merasa gaya hidupnya berbeda dari anggota keluarganya, semenjak saat itu, seperti menemukan jalur yang selama ini hilang dalam hidupnya. Pertemuan dengan seseorang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Meskipun begitu, perjalanan Adela untuk menuju hidup yang baru tidak berjalan dengan mulus begitu saja. Kesempatan yang didapatkannya untuk meraih mimpi yang selama ini diidam-idamkannya membawanya pada kisah lain. Kisah itu membuat ia harus berpura-pura, bahkan mengkhianati apa yang telah ditetapkannya. Hingga keadaan sendiri yang membuatnya sadar untuk kembali ke jalan yang telah ia pilih. Kisah ini mengisahkan tentang naik turunnya kehidupan dan bagaimana kita bisa konsisten menjalani suatu pilihan hidup.

Saat membaca kisah ini, kita akan banyak dipaparkan dengan ritual-ritual suatu agama yang dianut oleh tokoh utama dalam cerita ini. Buat saya yang beragama Islam, hal tersebut menjadi hal yang baru dan menambah pengetahuan tersendiri bagi saya. Bagi saya, itulah salah satu keuntungan membaca, kita dapat mengisi diri kita sendiri dengan hal-hal yang belum tentu bisa kita dapatkan bila tidak pernah menyentuh suatu bacaan atau buku. Hal lain yang membuat buku ini menarik adalah Diego sempat menceritakan bagaimana kehidupan seorang news anchor atau pekerja yang berkecimpung di dunia pertelevisian. Sayangnya, Diego tidak menuliskan bagian ini secara lebih detil, padahal menurut saya hal itu akan membuatnya semakin menarik. 

Ini adalah buku ketiga karya Diego Christian yang ketiganya sudah saya baca. Saya suka bagaimana cara Diego menulis di buku ini. Bila melihat perkembangannya, terlihat ada kemajuan menurut saya. Namun, dari segi cerita saya lebih menyukai buku Diego yang kedua, Travel in Love. Ngga tahu ya, mungkin karena saya sendiri kurang bisa menikmati genre metropop, selain itu emosi saya kurang bermain saat membaca buku ini karena menurut saya, salah satu syarat buku (khususnya fiksi) yang baik adalah yang mampu membuat pembacanya terbawa emosi yang ingin disampaikan oleh buku itu.

Namun begitu, saya akan tetap setia menunggu karya-karya Diego lainnya lho :)

-SW-

Catatan Hati Seorang Istri

Catatan Hati Seorang Istri (New)
Asma Nadia @ 2011
Asma Nadia Publishing House - 2012
312 hlm.

"Akankah abadi cinta yang telah terikat oleh tali suci, jika tak kau jaga sepenuh hati?"
- Asma Nadia

Buku ini saya dapatkan dari seorang teman kantor sebagai kado pernikahan saya, beberapa bulan yang lalu. Awalnya, saya tidak terlalu tertarik membaca buku ini karena kalau dibaca dari back cover-nya saja sudah dapat ditebak kalau buku ini menceritakan tentang kesedihan, atau lebih tepatnya menceritakan tentang masalah-masalah rumah tangga. Duh, baru menikah sudah harus baca yang seperti ini... Begitu pikir saya waktu itu. Maka, setelah sekian lama buku itu saya sisihkan dari pandangan mata, akhirnya saya menyentuh buku itu dan membacanya.

Tidak butuh waktu yang lama untuk menamatkan bunga rampai kisah prahara rumah tangga yang ada di buku karya Asma Nadia ini. Saat membaca cerita pertama, jujur saya begitu menikmatinya. Suka dengan gaya bahasa Asma Nadia yang tidak neko-neko, selain tentu saja cerita itu sendiri yang begitu menggunggah rasa kewanitaan saya. Dalam buku setebal 312 halaman ini, kita diajak untuk menyelami perasaan perempuan, khususnya para istri yang mendapati suaminya berselingkuh, berubah menjadi pribadi yang tadinya lembut menjadi kasar, berbohong, bahkan sampai ada yang menelantarkan istri. Jangan sedih dulu, meskipun mengisahkan cerita-cerita pilu pengalaman nyata para wanita yang dikecewakan oleh suaminya sendiri. Lewat buku ini, saya pribadi mendapatkan pembelajaran yang banyak. Mengetahui ada banyak perempuan yang begitu tabah dengan perlakuan suami yang bisa dikatakan kurang baik membuat saya takjub. Ternyata banyak di luar sana perempuan yang begitu tangguh hatinya, bahkan tetap setia melayani suaminya meski telah dikecewakan sebegitunya.

Saya sendiri, waktu membaca buku ini, berkali-kali menengok ke suami saya. Tidak bisa membayangkan apabila lelaki itu melakukan hal seperti yang dikisahkan dalam buku ini. Pasti sedih sekali rasanya.  Yah, lagi-lagi kita diingatkan untuk selalu berdoa meminta yang terbaik untuk kita dari Allah. Semoga kita sebagai manusia selalu diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Ambil yang baik-baik saja dan buang yang buruk-buruk :)

-SW-