Friday, October 23, 2015

Cerita tentang Namaku


Mungkin ini akan menjadi postingan paling narsis karena di sini saya akan membahas sebuah nama. Nama saya sendiri, Dewi Wening Sawitri. Banyak orang bilang, “apa lah arti sebuah nama”, tapi menurut saya, terkadang dalam nama itu sendiri terkandung sebuah makna. Apalagi nama yang diberikan orang tua kepada kita. Pasti memiliki arti dan maksud tertentu seperti doa dan harapan yang ditujukan untuk si buah hati.

Apa yang bisa anda tangkap apabila mendengar sebuah nama Dewi Wening Sawitri untuk pertama kalinya? Saya tidak pernah menanyakan langsung pertanyaan tersebut kepada orang-orang di sekitar saya, namun dari obrolan yang pernah saya lakukan dengan mereka, dapat disimpulkan bahwa yang paling mencolok dari nama saya adalah unsur-unsur jawa yang kental di sana. Tanpa saya beri tahu, mereka sudah tahu bahwa saya atau paling tidak orang tua saya berasal dari tanah jawa, jogja tepatnya. Setelah besar, saya tidak heran mengapa orang tua saya memilih nama itu untuk saya. Mereka adalah orang yang masih sangat menghargai tanah asalnya, terutama kebudayaan jawa, sehingga nama yang diberikan untuk saya dan saudara-saudara saya adalah nama yang berbau khas jawani.

Karena menurut saya setiap nama memiliki makna, saya sempat menanyakan arti atau maksud yang sesungguhnya kenapa ayah saya memilihkan nama tersebut sebagai nama bayinya yang kedua. Berikut adalah penjelasan yang diberikan ayah saya : Dewi berarti perempuan (ini cukup jelas saya rasa). Wening diambil dari nama tengah ayah saya, yang berarti bening. Sawitri adalah nama salah satu tokoh pewayangan (ayah saya adalah seorang  seniman jawa) sering juga dikenal dengan Savitri.
          
Dari kisah yang pernah saya baca, dikisahkan Savitri adalah seorang putri dari suatu kerajaan di India. Karena teramat sangat anggun, para lelaki justru enggan meminangnya. Suatu hari ayahnya atau Raja dari kerajaan itu khawatir kalau anaknya tidak segera menemui jodohnya. Sang raja yang mulai sakit-sakitan khawatir kalau tidak akan ada penerus tahtanya kalau putrinya tidak segera menikah. Sang Putri pun berdoa kepada para dewa dan mendapat wahyu kalau suaminya bernama satyavan. Sayangnya, satyavan diramalkan berumur pendek dan hanya akan hidup setahun lagi. Dengan ikhlas, Savitri menikah dan hidup bahagia dengan suaminya. Ia selalu bertapa dan berdoa kepada dewa agar suaminya diberi umur yang panjang. Sampai-sampai ia tidak mau beranjak dari pertapaanya. Suatu ketika, ia mendapat firasat kalau satyavan akan meninggal hari itu, saat ia sedang berburu. Savitri  pun mengikuti suaminya berburu dan saat dewa kematian dating mengambil nyawa suaminya, Savitri mengikuti sang dewa kematian hingga kakinya sakit dan sebenarnya tak sanggupp untuk berjalan lagi. Namun, ia tidak menyerah dan karean kesetiaannya, sang dewa kematian mengembalikan nyawa suaminya. (ki nartosabdho)

Mungkin orang tua saya berharap agar saya dapat menjadi orang yang setia, yang memiliki dedikasi yang tinggi untuk orang-orang di sekitarnya. Saya pun berharap demikian. Menjadi seseoranr yang mau berkorban untuk orang yang disayanginya adalah hal yang mulia.

Dari penjelasan tadi, dapat disimpulkan bahwa namaku, Dewi Wening Sawitri berarti seorang wanita yang berhati bening dan setia. Lalu, bagaimana dengan nama anda? Arti apa yang ada di dalamnya?

Salam,
- SW -


Monday, October 19, 2015

Tentang Satu Tahun yang Lalu, Kini, dan Nanti


Di semester-semester akhir kuliah, saya pernah iseng menjawab ketika ditanya bapak saya soal target menikah. Waktu itu, setengah bercanda, saya menjawab pasti, "insya Allah umur 23 tahun, pak." Alasannya sesederhana saya nggak mau terjebak dalam hubungan yang berlarut-larut, dalam ketidakpastian. Jadi, saya pikir usia 23 tahun adalah usia yang pas untuk menikah, walaupun saya sendiri tidak ngoyo soal hal itu. Secara waktu itu jodoh saya siapa masih diawang-awang, belum ketemu--bahkan bayang-bayangnya pun belum ada (maksudnya saya nggak pacaran atau dekat dengan siapa-siapa), jadi yah kalau Allah berkehendak saja lah, maka pernikahan di usia itu bisa terjadi.

Rupanya apa yang kita katakan benar adalah doa, semesta mengamini perkataan saya. Kejadian demi kejadian yang mengarahkan saya menuju pertemuan dengan orang yang menjadi suami saya kelak pun saya alami. Laki-laki itu ternyata dekat dengan saya, ia menimba ilmu di tempat yang sama dengan saya. Kala itu, kami tidak pernah benar-benar dekat, tidak pernah banyak bicara atau saling sapa. Tidak pernah tahu isi hati masing-masing dan tidak pernah menyangka bahwa masing-masing dari kami merasakan getaran yang sama saat kesempatan mempertemukan kami berdua. Hingga waktunya tiba, kami baru mengetahui dengan pasti isi hati kami masing-masing yang selanjutnya berujung pada sebuah komitmen, yaitu: menikah.

Diambil saat dalam perjalanan menuju BKOW, tempat kami menikah di hari pernikahan kami. Ada kalimat tauhid di sana. Sama seperti yang tertulis di dalam mahar yang diberikannya untuk saya. 

Tepat setahun yang lalu, di usia saya yang ke-23. Laki-laki itu meminang saya dan semenjak saat itu, dia menjadi orang yang paling saya kagumi--melebihi kekaguman saya padanya waktu jaman kuliah dulu. Saya tidak pernah berhenti bersyukur karena Allah telah mengirimkannya untuk saya, sebab saya selalu ingat perkataannya untuk membuat saya bahagia, dan bagaimana ia mewujudkannya untuk saya dengan cara-cara yang sederhana yang justru membuat saya jatuh cinta lagi  kepadanya, setiap harinya. Tidak, saya tidak berlebihan hanya saja saya memang bukan orang yang romantis. Berkata-kata dan bertindak langsung secara romantis, bukan gaya saya... hehehe. Maka dari itu, saya tuliskan semua disini saja. Saya jadi ingat, dulu laki-laki itu pernah meminta maaf karena merasa dirinya tidak romantis, lalu ia meminta didoakan agar ia bisa belajar lebih romantis lagi. Tapi siapa sangka, ternyata ia lebih romantis dari yang ia kira. Seperti ketika setiap pagi, sebelum berangkat bekerja ia selalu melebarkan kedua tangannya untuk memeluk dan mencium istrinya, seperti sesederhana menyiapkan makanan kesukaan saya untuk menghibur saya, atau menjadi dirinya apa adanya yang bisa membuat saya tertawa sekaligus geleng-geleng kepala, tidak pernah malu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan banyak hal lainnya. Tanpa ia sadari, ia adalah mahluk paling romantis yang pernah saya kenal. Ah, kayaknya postingan ini sudah berubah jadi surat cinta yang panjang... jangan iri ya, heheh.

Perjalanan satu tahun ini, seperti layaknya mengemut permen kapas... eh, tiba-tiba habis. Tiba-tiba sudah setahun perjalanan yang begitu manis, namun tetap dinamis ini telah berjalan. Banyak teman-teman saya yang belum menikah kepo bertanya nikah itu enak atau nggak. Saya selalu menjawab dengan tegas, "enak!" Beneran enak banget, gimana nggak... setiap hari bisa ketemu sama orang yang disayang, bisa dengan bebas merayakan cinta, bercanda bareng, ditambah lagi dinafkahi suami, heheh. Ada nggak enaknya nggak? Jangan sedih... Ada. Tentu lah yang namanya menikah, kita akan mengalami berbagai perubahan, buat saya terutama dalam hal mengambil keputusan. Setelah menikah, apa-apa mesti memikirikan dampaknya, bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk pasangan dan anak. Nggak boleh lagi egois dan sedikit banyak harus mau berkorban. Mau makan Indomie goreng aja sekarang mesti minta izin suami. Eh, tapi tetap senang-senang aja lho walau begitu, mungkin karena kita melakukannya karena cinta ya, asyik~

Belum genap satu tahun, perayaan cinta itu kini semakin lengkap dengan hadirnya buah hati kami, Ken. Alhamdulillaah... Kami boleh jadi masih sering dianggap masih kecil oleh orang tua kami, atau orang lain. Eh, ini tiba-tiba perut mbelendung dan lahir lah seorang anak laki-laki ber-DNA kami berdua. Pertanyaan yang selalu muncul sebelum ia lahir, bisa emang mengurus anak? Siap jadi orang tua dan jadi panutan anak? Jawabannya ya harus siap, meskipun saya tahu kapasitas kami mungkin masih jauh, jauuuh dari apa yang disebut dengan orang tua yang baik. Sampai saat ini, kami masih belajar menjadi orang tua--baru 2 bulan jadi orang tua. Yah, bukan kah katanya menjadi orang tua adalah pelajaran yang terus-menerus. Jadi, harusnya sih mengurus anak itu nggak ada bosennya ya, apalagi anak bayi yang kalau kita ngedip dikit aja tahu-tahu sudah gede. Kehadiran Ken membuat perjalanan satu tahun ini bahkan terasa lebih cepat.

Kata orang, satu tahun pernikahan itu masih manis. Buat saya sangat manis, rasanya seperti masih pengantin baru (cieee...), walau sekarang sering dengan diiringi backsound tangisan dan cooing-nya Ken, hihih. "Masih"... betapa kata itu terkadang membuat saya bergidik. Ah, tapi hidup kan berjalan seperti roda, kadang di atas dan kadang di bawah, siapapun menyadarinya. Ya, saya memang tidak tahu bagaimana lagi kisah perayaan cinta kami, yang saya tahu saya bahagia... sebahagia itu hingga saya begitu takut kehilangan. Saya hanya bisa berdoa semoga kami bisa menjalani pernikahan ini dengan belajar, beribadah, dan berusaha menjadi lebih baik. Beruntung, suami saya adalah orang yang selalu mendukung dan membimbing saya.

Di hari ini, setelah tahu kalau ia menganggap menikah adalah kesuksesan terbesarnya, saya ingin mengucapkan selamat kepada suami saya tercinta.

"Selamat ya, sayang... Kita sudah melewati satu tahun pernikahan ini dengan saling melengkapi. mengasihi dan menyayangi yang tiada henti. Semoga kedepannya kita bisa jadi lebih baik lagi sebagai individu, pasangan hidup, sekaligus orang tua. Maafkan aku yang masih banyak kekurangannya. Jangan bosan-bosan mengingatkan dan membimbing aku, ya. Impian terbesarku adalah bisa berkumpul lagi bersama dengan kamu di syurga nanti. Aamiin..." 

Untuk mengenang setahun yang lalu, dengarkan lah Nama Tuhan dan suara lantangmu yang membuatku tersenyum haru hingga kini...


Untuk Adipati Karna-ku dari Dewi Surtikanti-mu,
"Jangan pernah bosan ya merayakan cinta bersamaku, selamanya."


Jakarta, 19 Oktober 2015
- SW -

Monday, October 12, 2015

Hanging Out with Ken #1: Diaper Bag Raid, Hospital, and Mall

Mumpung Ken lagi bobo, saya mau share sedikit ah. Pertama kali mengajak Ken keluar rumah (untuk pergi jauh, maksudnya) adalah pada saat bayi kecil kami ini menginjak usia kurang lebih satu bulan. Kemana lagi kalau bukan ke rumah sakit untuk imunisasi. Awalnya kami galau mau vaksin dimana. Setelah dipikir-pikir dan tanya sana-sini, akhirnya kami memutuskan untuk ke RS Awal Bros di Bekasi karena niatnya setelah dari sana, kami mau main ke tempat Datuk dan Mbauti-nya Ken di Jatibening. 

Percaya nggak, saya dan suami deg-degan banget lho waktu mau pertama kali keluar bertiga sama Ken. Jelas karena belum ada pengalaman membawa bayi sekecil itu ke tempat yang agak jauh dari rumah. Biasanya kemana-mana naik motor, boncengan berdua sama suami sekarang mesti gendong bayi dan tentu nggak bisa naik motor. Mungkin ada ya orang tua yang santai aja bawa bayinya naik motor karena berbagai alasan, tapi kalau saya nggak tega. Jadi kami pun memutuskan ke rumah sakit dengan menggunakan taksi. 

Perlengkapan "Perang"
Meskipun deg-degan, persiapannya sih nggak ribet-ribet. Beruntunglah Ken karena mendapatkan kado-kado yang sangat berguna untuk orangtuanya dirinya, salah satunya adalah diaper bag yang bentuknya ransel, Jadi bisa dibawa sama ayahnya yang emang ogah ribet nenteng-nenteng tas. Ibunya juga bisa nitip barang bawaan di tas itu supaya bisa fokus gendong Ken ke taksi. 

gambar: google

Berikut ini yang saya siapkan untuk "jalan-jalan" perdana Ken. Oiya, saya tulis juga merek perlengkapan yang saya pakai karena siapa tahu berguna buat ibu-ibu yang lagi cari referensi produk. Saya sendiri merasa terbantu dengan info tersebut--pengaruh kebanyakan blogwalking emak-emak. Nanti kapan-kapan review deh :

1. Changing mat/perlak yang sudah satu paket dengan diaper bag. Perlak ini sangat berguna sebagai alas ketika Ken mengganti popok agar tetap bersih. (Allerhand)

2. Baju ganti (1-2 set) untuk jaga-jaga kalau terkena gumoh atau pup yang rembes dari popok, atau kalau Ken berkeringat banyak. 

3. Popok sekali pakai biasanya saya bawa 4 buah untuk jaga-jaga, walaupun kenyataannya hanya dipakai dua buah saja. (Pampers New Born)

4. Tissue basah yang digunakan saat Ken ganti popok. (Mamy Poko Non Alcohol)

5. Diaper Rash Cream yang dioleskan di pantat dan lipatan paha Ken saat ganti popok, fungsinya untuk mencegah munculnya ruam. (Konicare Diaper Rash Cream/Cussons baby cream)

6. Hand Sanitizer yang selalu sedia di tas untuk membersihkan tangan sebelum memegang Ken. Semenjak ada Ken, hand sanitizer selalu tersedia di kamar saya dan sangat berguna terutama kalau ada teman yang menengok Ken dan mau menggendong Ken. (Dettol)

7. Cologne untuk dipercikkan ke baju Ken sedikit agar tetap segar. (Cussons baby soft touch)

8. Telon cream. Saya biasanya mengoleskan telon ke dada dan perut Ken saat mengganti popoknya agar ia tetap hangat. Untuk bepergian, saya prefer menggunakan telon yang berbentuk krim dibandingkan minyak karena lebih praktis dan tidak gampang tumpah, selain itu saya suka sekali dengan wangi telon cream yang digunakan Ken. (Bebe Roosie Telon Cream)

9. Selimut untuk membawa Ken ke Taksi dan sebagai alas stroller

10. Bedongan untuk jaga-jaga kalau Ken butuh kehangatan lebih biasanya sih hanya saya gulung melilit dari dadanya Ken sehingga ia tetap hangat--bukan digunakan untuk membedong.

11. Wet bag/kantung plastik untuk membuang popok basah

12. ASIP & Cup Feeder untuk jaga-jaga kalau tidak menemukan nursery room. Tapi, kalau perginya ke RS sih insya Allah ada ya. Ini untuk case misal ke mall atau tempat umum lainnya. Oiya, saat ini Ken belum kena botol sama sekali. Kami mengupayakan hal itu. Dulu saat masih berusia 1-7 hari. ketika Ken belum sempurna latch-on-nya sebenarnya Ken sangat pintar minum dengan menggunakan cup feeder. Sekarang, karena sudah jagu nyusu, jadi butuh energi ekstra karena kalau sudah tersedak dan semakin rewel, ASIP-nya malah disembur atau tidak mau ditelan. Tapi, karena saya stay at home, hal ini tidak terlalu membuat kami bermasalah. 

13. Stroller untuk membawa Ken yang tertidur, jadi tidak perlu menggendong-gendong. Kalau ia sedang rewel dan minta digendong, ya kami gendong. (Joie Sma Baggi)

14. Mainan rattle kalau ini sebenernya disesuaikan dengan usia anaknya sih. Mainan ini biasanya saya pakai kalau sedang mengajak Ken berbicara. Lumayan lah membantu saya mengarang bebas dan menarik perhatian Ken, sehingga akan sedikit rewelnya. 


Perjalanan dimulai...

Ketika Ken lapar
Alhamdulillaah... Ken selalu anteng kalau diajak jalan. Pertama kali keluar rumah, anak ini udah dibawa ibu dan ayah makan di Burger King. Sebelum ke RS, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu dan kebetulan restoran yang searah dan tidak terlalu ramai adalah Burger King di Raden Inten. Waktu ibu dan ayahnya makan burger, dia anteng aja bobo di stroller. Sepanjang perjalanan di taksi juga cuma tidur. Bangun-bangun pas kami udah selesai makan dan ayahnya sedang mencari taksi yang lama banget datengnya. Sepertinya Ken bangun karena haus sih... Jadi saya gendong aja biar anteng dan sabar-sabar menyusui di taksi aja. Melanjutkan perjalanan, di taksi Ken asyik minum dan waktu dia udah selesai, tiba-tiba udah sampe. arena udah kenyang, Ken anteng lagi ditidurin di stroller. Kami pun mesam-mesem liat Ken begitu kooperatif. Tahu saja ayah ibunya masih kaku bawa-bawa bayi. Waktu antre menunggu giliran DSA, Ken sempat nangis lagi karena lapar dan minta diganti popoknya. Untung lah disana ada nursery room, jadi saya dengan tenang duduk di sana sambil sesekali mengobrol dengan ibu lain yang juga sedang menyusui bayinya.

Di perjalanan with Ken kedua kalinya, kami sudah lebih ahli. Kali ini ke mall... Lagi-lagi anak ini cuma nemenin ayah ibunya late lunch dan kali itu cari buku. Sayangnya, nurser room di GI saat itu hanya buka s/d pukul 15:00, mepet bangeet. Ken begitu anteng sampai nama kami dipanggil dari waiting list, matanya terbuka lebar dan dia langsung menangis kelaparan. Kebetulan waktu itu saya belum membawa ASIP, jadi harus menyusui langsung. Kami pun memilih meja di pojok yang jarang dilalui orang dan dihinggapi tatapan orang-orang yang ada di sana agar saya nyaman menyusui Ken. Mungkin kebanyakan ibu-ibu sudah sedia nursing apron, tapi saya sendiri belum punya karena mengandalkan jilbab yang lumayan lebar sehingga bisa menutupi wajah Ken saat ia sedang minum. Sementara saya menyusui Ken, suami saya dengan manisnya menawarkan untuk menyuapi saya karena tahu saat itu saya udah super kelaperan karena telat makan siang. Dia pun terpaksa harus menunda makannya sampai makanan saya habis. Such a sweet one from him :) Selesai makan dan Ken kenyang, kami menuju Gramedia. Duh, cakep banget deh anak ini anteng sambil memandangi sekeliling. Mungkin dia bingung lagi ada dimana kok banyak banget orang dan banyak BANGET yang dorong-dorong stroller di mall. 

Ketika harus naik-turun lantai di mall
Nah.. nah.. mau coba naik eskalator sambil bawa stroller isi bayi aja kami deg-degan dan memilih untuk naik lift aja. Terus gimana kalo lift-nya penuh terus? Yaudah terpaksa deh naik eskalator. Urusan bawa-bawa stroller sudah ditanggung ayahnya, yang nunggu eskalator sepi baru berani bawa naik/turun stroller-nya. Kalau Ken lagi pengin digendong, saya kebagian gendong dan ayahnya bawa stroller. Tapi, pas di Kokas dari lantai berapa lupa menuju Food Society yang eskalatornya tinggi banget, saya super deg-degan waktu turun sambil gendong Ken. Alhasil, badan kaku banget karena takut tergelincir/jatuh. Kebetulan saya gendongnya pake tangan, nggak pakai carrier... Jadi nggak bisa hands-free dan pegangan di samping eskalatornya. Asli, abis itu ngga mau lewat situ lagi ah kalo bawa Ken. Mendingan sebisa mungkin naik lift deh kalau bawa bayi atau stroller. 

Waktu Sholat 
Kalau waktu sholat tiba, kami bergantian menjaga Ken, semua beres. Beda ceitanya ketika hendak maghrib di Kokas kemarin. Ayahnya sholat duluan dan mesjid di dalam mall itu antrenya luar biasa. Saya pun menjaga Ken di dekat mesjid. Ayahnya meminta saya untuk menentukan meeting point karena sambil menunggu ayahnya selesai sholat, saya mau ajak Ken ke Century untuk cari sesuatu. Saya pun menawarkan untuk bertemu di depan mesjid saja sekitar 10 menit lagi. Sesampainya di Century, Ken mulai menangis dan dia kalau nangis super kenceng. Jadi lah saya harus menggendongnya dan nggak konsen belanja. Saya tahu Ken akan kembali menangis kalau saya taruh di stroller. Tapi, mau bagaimana lagi, 10 menit sudah berlalu dan saya harus kembali ke depan mesjid agar ayahnya tidak bingung mencari saya. Saya pun buru-buru ke sana sambil Ken menangis di dalam stroller. Sebenarnya nggak harus se-drama itu sih kalau ponsel kita aktif--eh ini mau pergi ponsel pada abis batrenya. Sesampainya di sana, saya pun mengalihkan tugas menjaga Ken ke suami untuk sholat. Kasihan, Ken... dia harus "puasa" beberapa menit karena ibunya mesti ngantre sholat maghrib. Selesai sholat, ayahnya sudah ditemani dengan mbak-mbak pramuniaga Informa yang nggak tega mungkin liat bapak-bapak muda gendong bayi yang lagi nangis-nangis gitu. Eh, dengan baiknya mbak pramuniaga tadi mempersilakan saya untuk menyusui di dalam toko--nyempil di dekat display kasur-kasur. Catatannya lain kali mesti cari tempat PW dulu kali ya buat nunggu ayahna sholat biar bisa sambil nyusuin dan ponsel mesti full charged kalau dibawa pergi.

Meskipun rempong dan pulang-pulang tepar--padahal begitu doang. Tapi, seru juga sekaligus belajar bawa bayi ke tempat umum. Catatannya terpentingnya sih mesti hati-hati dan nggak boleh meleng dari bayi dan anak kita, soalnya mall rame banget dan yang bawa stroller juga banyak banget.


Cheers,

SW

Monday, October 5, 2015

Ketika Ken terkena Kolik

Saya selalu diwanti-wanti ibu kalau setiap maghrib, Ken wajib dipangku dalam kondisi apapun. Jadi, kalau dia lagi enak-enak bobo di bouncer atau di kasur, saya wajib mengangkat dan memangkunya. Katanya sih biar nggak diganggu mahluk halus. Tibalah hari dimana Ken mulai nampak tidak nyenyak saat tidur malam dan sering kentut-kentut, tapi pake nangis superkenceng. Malam berikutnya, Ken nyaris tidak tidur (nyenyak) sama sekali dan menangis. Saya bingung sendiri karena Ken tidak mau menyusu dan tangisannya semakin keras kalau saya sodori payudara saya. Nah, hubungannya sama maghrib, biasanya "serangan" menangis tiba-tiba dan terdengar seperti kesakitan itu dilakukan Ken setelah adzan maghrib berkumandang. Kebiasaan ini muncul hampir seminggu kalo ngga salah. Setiap masuk waktu maghrib saya selalu deg-degan karena Ken biasanya akan jadi rewel hingga dua jam lamanya. Ini beneran menguji kesabaran dan ketengan diri karena kalau nggak bisa panik sendiri. 

Nangisnya mirip-mirip kayak gini nih, tapi Ken kakinya ditekuk-tekuk gitu ke arah perut kayak orang ngga sabar mau lari... cuma bisa gendong dan elu-elus punggungnya aja :'(


Yang paling bikin saya sedih adalah ketika Ken haus dan menyusu, lima menit kemudian dia akan menangis seperti kesakitan. Hal ini bikin saya bingung, kenapa setiap disusui dia selalu menangis seperti itu--perasaan saya nggak makan makanan pedas. Memang katanya pencernaan bayi belum berkembang sempurna, maka ada zat-zat tertentu yang tidak bisa diterima oleh perut bayi, seperti zat yang ada dalam cabe (entah apa namanya). Selain itu, karena belum berkembangnya sistem pencernaan bayi itu pula yang membuat perut bayi mudah bergas. Makanya bayi suka kentut. 

Setelah mencari tahu via google saya curiga kalau Ken kolik.Saya pun menanyakan hal tersebut pada dr. Ayi. Benar saja, dr. Ayi juga mengatakan kalau itu bisa jadi kolik (nyeri perut) dan tidak berbahaya. Duh, saya ngga ngebayangin (dan emang nggak bisa bayangin, sih) nyerinya seperti apa sampai Ken nangis menjerit-jerit seperti itu. Ketika saya menanyakan apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi rasa sakitna (karena disusuin nggak ngaruh), dokter malah menyuruh saya memberikan air gula sebagai analgetik alami untuk mengurangi rasa nyeri. Karena Ken masih ASI eksklusif, maka saya tidak menelan bulat-bulat saran dari dokter dan mencari tahu lagi apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi rasa sakit Ken.

Ini beberapa hal yang saya lakukan saat Ken mulai rewel diambil dari sini:

  • Bedong bayi. Bungkus bayi Anda dalam selimut, pastikan lengan dan kakinya tidak bisa memukul dan membuatnya marah. Dia mungkin akan menangis lebih keras, tetapi bedong harus tetap melekat di tubuh bayi.
  • Memegang perut. Peluklah bayi seolah-olah Anda akan menyusui, tapi menghadap keluar. Jangan sampai bayi baru lahir tidur dengan posisi miring. Posisi miring atau tengkurap tidak baik untuk tidur.
  • Membuat suara 'shhhh'. Anda mungkin tidak tahu bahwa di dalam rahim sangat berisik. Aktivitas suara dalam rahim sering disebut white noise. Katakanlah dengan panjang dan keras sh-hhhhhh di telinga si kecil, sekeras dia menangis, untuk meniru suara mendesing cairan di dalam rahim.
  • Bergoyang. Duduk di lantai dan rentangkan kaki Anda. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap. Goyang lutut Anda dengan sangat pelan dan lembut dan kepala bayi harus bergerak sedikit. Ingat jangan percepat gerakan Anda karena sangat berbahaya jika mengguncang bayi terlalu kencang.
Selain itu, setiap mengganti popoknya saya sebisa mungkin membaluri perut, pinggang, dan punggung Ken dengan minyak telon. Untuk membantu mengeluarkan gas di perutnya, saya rutin memijat Ken setiap pagi dan malam hari dengan gerakan sederhana seperti di video ini: 


So far berpengaruh sih sama Ken. Sekarang alhamdulillah udah nggak pernah rewel kayak waktu itu lagi. Oiya, setiap abis menyusu, sebisa mungkin jangan lupa disendawakan supaya gas tidak menumpuk di perut. 

Sekian sharing-nya... semoga bermanfaat :)


- SW -

Thursday, October 1, 2015

A New Mom Short Story

My little boy just fell asleep peacefully in my arms after he took his meal from me. I keep him in my left arm while my other hand trying to type  down this story--i just can't lay him down to the bouncer cause i don't want to disturb his sleeping. And now i just need a little more effort to finish it up :D

It's 10:30 AM while i started to write. It turns to be my typical morning after i gave a birth and live as a full-time mom. Yes, it's gonna be a typical post of a new mom as well, as you guessing. I have to admit, for me, being a new mom means i had to take a little time to be carried on. A totally different role and left the old one behind, dragged my concern to the different pole. I've been through the kind of a hard time when it began, but of course i do really really enjoy every single process. I may say your little one will make you forget about the hard time, but let me share my thought about to be a new mom, who knows you getting through the same things and we become friends ;)

First days of being a breast-feeder
Thank to God because of my breast-milk flowing just enough for my baby. It already came even before he popped out. There's no problem with it until i have to come back home from hospital and my baby cried. Even we need practice to skill something, a baby also need time to latch-on perfectly and this is one of the first big task for both mother and her baby. I was sad and a bit frustrated because of my baby seemed not want to suck milk from my breast and kept crying because of i knew he was hungry. What happened? Is there something wrong with me? Those are some thoughts that came from my mind at that time. I doubled the panic remembering the doctor advised me to breastfeed as much as i can to prevent the jaundice. But how can i do that if my baby even doesn't want to be breastfed? My instinct reacted to grab the breast-pump (a gift from friends) and fed my baby with the soft-cup (with the support from my husband). What I was thinking is how to make him full and...we did it! I kept pumping for around 1 week and practice him to latch-on as well (it made my nipple sore). Day by day, my baby become more expert, thus we don't need to pump in the mid nite anymore. Yeay!

Lesson learned: It's okay if your baby doesn't latch-on perfectly in the first weeks, just yet. 


Why are you crying so much  (and so hard), Ken?
There's a time when Ken crying for hours non-stop. My breast-milk couldn't stop him and his crying was heard like he is in pain. I have no idea why he crying like that. I feel useless because of I don't know how to relieve his pain and my heart breaking when i see him crying so hard. By searching in google and a book, and by checking the symptoms, i guessed he suffered colic. To make sure, I asked directly to his doctor and i got the confirmation. The doctor advised me to give him water with sugar--even though i didn't follow her for some reasons. So, what should i do? Is there any other way to help my son? Did I consume any food which risk Ken to be gassy? Again, those questions came out and i started to call the dr. google. Well, I will share this story in a particular post. But, at the end what i did for him is doing belly massage and Alhamdulillaah... it works on him.

Lesson learned: If your baby crying for hours and breastfeeding couldn't calm him/her down, maybe he/she got colic. It is not dangerous to your baby, a doctor said.


So, this is what they called as baby blues??
A colic baby just made me a bit stressed out, as at that time i still trying to follow the unusual biological time of an infant. My husband got sick and however need more attention from her wife, while i still learning to be a mom for Ken. Some kind of those situation made my mood down and i cried once or twice for the unclear reasons. Alhamdulillaah... i can control my emotion and it didn't come to be dramatic. Since i felt exhausted at that time, i think it's good for me to release my emotion--and keep it under control. 

Lesson learned: It's okay to release your negative emotion in a positive wayduring the hard situation. Tell your husband or significant others if you feel something not okay. 


Everyday I'm falling in love
I often wondering why so many new parents really, really like to post picture of their newborn/babies to social media, every day. Now i know how it feels like to be a new parents and i know exactly why they expose the pictures of their babies. Because everyday is a new story for a new parents. You can't help yourself not to take a picture of him/her and tell the world that you're really happy right now, For a new mom, looking a tiny person on her arm and remembering she had through the 40 up-and-down 40 weeks of pregnancy feels like miracle :)

I do really enjoy my routine with Ken, Greet him every morning with a big smile, talking to him while i massage him before taking bath, breastfeeding him until he fell asleep, playing around with him with the rattle, soft book, white teddy bear, and the DIY baby mobile, rock the bouncer to entertain him, sometimes falling asleep with him while breastfeeding him in laying-down position or carrying him around the room while he a little bit (or more) cranky. Ah, can you feel the love of it? 

Many people say to be a parent means challenging your patience, i also agree with them. Babysitting is not an easy thing to do, if we don't do it with love. And it just already going for 6 weeks of forever. Thanks Allah for this precious chance and this sweet responsibility. Hope we can be the best parents we can be.. Aamiin...

- SW -