Tuesday, August 8, 2017

Menghidari Melakukan Kekerasan pada Anak

“Bego banget sih! Makan yang bener, Tolol!” 

Kata-kata tersebut pernah saya dengar sendiri keluar dari mulut seorang ibu kepada anaknya. Entah kerjadian apa persisnya yang membuat ibu itu mengeluarkan kata-kata mengerikan kepada anaknya sendiri, yang masih berumur sekitar dua tahun itu. 

*

image frome here
Sebagai orang tua, tentu kita pernah menghadapi masa-masa sulit dalam mengasuh anak. Kejadian seorang ibu menyakiti anaknya sendiri baik secara fisik ataupun verbal bukan lah pemandang yang langka kita temui. Bahkan mungkin kita sendiri pernah menyakiti anak kita sendiri karena perasaan marah atau frustrasi menghadapinya yang sedang sulit diatur. Tentu saja hal seperti itu terkadang tidak dapat dihindari, karena orang tua juga manusia yang emosi negatifnya bisa tersulut sewaktu-waktu. Namun, tahukah kita bagaimana dampaknya pada anak kita kelak?

Untuk lebih memahami pentingnya mengontrol diri kita agar tidak menyakiti anak, kita perlu mengetahui hal apa yang bisa ditimbulkan dari kekerasan tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan kekerasan yang terjadi pada berdampak jangka panjang pada anak. Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan dari kekerasan anak dari berbagai penelitian:

1. Kurangnya kemampuan mengidentifikasi dan mengontrol emosi 
2. Berpotensi menyakiti diri sendiri atau self-harm ketika sudah dewasa 
3. Menimbulkan kecemasan, depresi, sulit berkonsentrasi, dan rendah diri 
4. Berkaitan dengan potensi menjadi korban kekerasan di kemudian hari 


Dr. Dan Siegel (2011) menyebutkan setidaknya ada empat cara praktis yang dapat kita lakukan apabila sedang menghadapi situasi yang sulit saat membersamai anak. Kondisi seperti ini sebenarnya dapat menjadi celah untuk kita, para orang tua, untuk dapat mengembangkan self-regulation atau kemampuan mengelola emosi kita dan anak. 

1. Berusaha untuk tidak menyakiti anak
Ketika sedang menghadapi situasi sulit dengan anak, berusahalah untuk menanah diri untuk tidak berkata kasar dengan menutup mulut. Letakkan kedua tangan kita di belakang untuk menghindari melakukan kekerasan fisik seperti memukul atau mencubit anak. 

2. Menjauh dari anak sejenak
Beri waktu sejenak pada diri kita untuk ‘bernapas’. Caranya dengan meninggalkan atau menghindari anak kita sebentar sampai kita merasa lebih tenang. Beri penjelasan kepada anak agar ia tidak merasa diacuhkan bahwa kita sedang membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk beberapa saat dan akan kembali lagi ketika sudah tenang. 

3.Bergerak!
Ketika kita sedang meluangkan waktu untuk menyendiri, mulai lah mengatur nafas dengan perlahan dan bergeraklah! Penelitian menunjukkan apabila kita bergerak atau melakukan relaksasi, hal itu akan berdampak pada perubahan emosi kita. Contoh sederhananya adalah, ketika kita tersenyum, maka kita akan merasakan lebih senang. Apabila kita mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, kita akan merasa lebih tenang. Bisa juga dengan melompat-lompat, menari atau apapun, asalkan kita bisa merasa lebih nyaman dan lega.

4. Segera perbaiki situasi dengan anak kita
Saat kita sudah tenang, segeralah kembali kepada anak kita dengan menerima sepenuhnya kejadian sebelumnya. Apabila hal yang tidak diinginkan sudah terlanjur terjadi, sebaiknya segeralah meminta maaf dengan anak kita dan sampaikan penyesalan atas apa yang sudah kita lakukan. Lalu, mulailah memahami emosi dan kondisi yang dialami anak, agar baik kita ataupun anak kita kembali pada kondisi emosi yang lebih stabil. Dengan begitu, hubungan antara kita dan anak kita bisa kembali baik.

Semoga kita semakin menyadari dampak buruk dari kekerasan kepada anak dan sebisa mungkin menghindarinya dan semakin sabar ketika membersamainya. Sebab masa depan anak-anak kita kelak, ada di tangan kita sekarang.


Artikel ini dimuat di haisobat.id.

haisobat.id  situs yang berisi info terkait life style, mental health issue, dsb.


Sumber:
Goldsmith, R., & Freyd, J. (2005). Effects of Emotional Abuse in Family and Work Environments: Awareness for Emotional Abuse. Journal of Emotional Abuse, Vol. 5(1).

Siegel, D.J., & Bryson, T.P. (2011). The Whole-Brain Child. New York: Deracorte Press.

Effects of Child Abuse & Neglect. Retrieved from http://www.joyfulheartfoundation.org/learn/child-abuse-neglect/effects-child-abuse-neglect

Vardigan, B. (2017). Yelling at Children (Verbal Abuse). Retrieved from https://consumer.healthday.com/encyclopedia/children-s-health-10/child-development-news-124/yelling-at-children-verbal-abuse-648565.html