Saturday, March 4, 2017

Ken's Potty Story (Part 1)


Pojok Potty Ken Maruta
Minggu ini, tepatnya 7 hari yang lalu mungkin ya, saya dan suami memutuskan untuk mencoba melakukan "potty training". Sebenarnya, kami sudah tertarik melakukanya semenjak sebulan yang lalu. Tapi, kami pikir kami butuh potty supaya Ken bisa nyaman latihannya. Sebab pernah beberapa kali dia berhasil buang air di toilet, tapi berakhir gusar karena tidak nyaman duduk di toilet seat orang dewasa yang memang tidak cocok dipakai untuknya. But, due to the limited budget, we decided to keep holding on the diapers routine until next month. But then the plan suddenly changed as i found a multistage potty with... the clearance price. Blame my female brain, LOL. Long story short, we got the munchkin potty home before february ends. Yeay! *oke sekian curhatnya*

Sebenarnya sih kami belum benar-benar mau melakukan potty training untuk Ken. Kami hanya berniat mulai sekadar mengenalkan potty atau "buang air pada tempatnya" kepada Ken. Meskipun usia Ken sudah masuk 18 bulan, saya merasa Ken belum saatnya benar-benar harus lepas dari diapers. Tetapi, saya pikir tidak ada salahnya mengenalkan dulu karena peralihan untuk bisa buang air di toilet itu, menurut saya, adalah task yang besar buat seorang bayi, khususnya di jaman sekarang, yang dari orok hampir tidak pernah lepas diapers. Kebayang nggak sih, gimana itu bokong rasanya pakai popok terus dan udah biasa pipis dan pupu dimanapun dia mau. Mungkin akan jadi bebal kali ya. Udah lah daripada nanti makin susah lepasnya, mari kita kenalkan dulu pelan-pelan dari sekarang. Jadi, saya nggak pasang target apa-apa, harus sudah lulus potty train berapa lama dan sebagainya. Selain itu, saya juga menerapkannya jadi lebih fleksibel dan nggak ngoyo. Semacam mendedikasikan diri untuk stay di rumah selama 3 hari atau 7 hari. Hal itu belum saya lakukan. Yang saya lakukan saat ini hanya membiarkan Ken tidak memakai popok di luar jam tidurnya dan saat berada di rumah. Tambahan lagi, kalau emaknya nggak lagi males, hahahah. 

Eh tapi, itu sih rencananya. Eksekusinya? Beuh, saya kebawa suasana. Maksudnya jadi kebawa nggak santai. Dua hari pertama benar-benar kerjaan saya cuma observasi dan nanya pertanyaan yang sama ke Ken, yang cuma pakai celana aja sepanjang hari, eh bahkan nggak pake celana (tanpa popok). Parno bakalan ada insiden "pisang goreng berjatuhan di lantai." Paham kan mak 🙈. 

What to Expect When You Start The Potty Training

Ya berhubung saya belum ada hasil apa-apa, jadi saya mau share sedikit pengalaman saya mempersiapkan dan bagaimana hari-hari pertama menjalankan kebiasaan baru ini, sekaligus progressnya. Siapa tahu ada yang baru mau mulai juga dan jadi ada bayangan. Eh tapi, ini bentuknya lebih ke cerita aja. Oiya, sebelumnya bisa cek kesiapan bayi kita di sini.

Sounding
Seperti biasa, ini adalah hal yang saya lakukan kalau mau mengenalkam suati kebiasaan baru atau kalau akan ada kejadian yang kiranya bakal mengganggu dia. Saya mungkin sudah meinyinggung-nyinggung soal potty sejak usia Ken 15 bulan. Mulai dari menunjukkan bagaimana saya menggunakan toilet (ini kejadian ketika ada masanya Ken maunya ngintilin ibunya bahkan sampai ke kamar mandi). Setiap dia lihat toilet, pasti saya jelaskan "Ken kalau mau eek nanti di sini ya. Ayah sama ibu juga di sini." Begitu terus sampai kalau lihat toilet dia akan otomatis bilang, "eek di sini"
Selain itu saya juga membacakan buku yang bertemakan tentang potty training kayak buku "Pirate Pete's Potty" ini. Menunjukkan video tentang potty training (sampai tahu-tahu dia dengan sendirinya berpura-pura duduk di atas potty padahal yang dia dudukin adalah mainan piano-pianoannya. Awalnya bingung kenapa itu piano dia dudukin, terus dia nyeletuk sendiri "duduk di potty" owalaaah.. he got the point!). Begitu terus diulang-ulang sembari beraktivitas seperti biasanya.

Getting Engaged with The Real Potty
Dari hasil baca-baca, supaya anak excited untuk memulai potty train, bisa tuh ajak doi milih sendiri pottynya. Sebenernya sih menurut saya ini nggak penting-penting amat, jadi kalo diskip juga nggak apa. Kalau Ken sebenarnya ini kejadiannya nggak sengaja. Waktu ke Boots mau beli popok, dia lihat ada potty dan dia teriak-teriak dong mau ambil potty-nya. Kebetulan juga ternyata lagi clearance sale. Ah pertanda apa ini, tanya saya dalam hati. Yaudah, keesokan harinya, setelah diskusi sama ayahnya Ken, kami langsung balik lagi ke Boots. Beruntung bangeeet, karena ternyata potty yang lagi sale itu tinggal sisa satu! Sampai rumah, girang banget dia sambil mainin potty-nya. Dinaikin lah, dicium dan dipeluk lah (serius deh ini...), dijadiin tempat parkir mobil-mobilannya, dan bahkan (ceritanya) jadi tempat eek salah satu mobilnya 😅

What Happened in The First Day
Oke, persiapan udah, sekarang eksekusi. Masa penyesuaian buat kami adalah selama dua hari. Dimana dua hari pertama itu sepanjang hari saya dedikasikan buat mengamati Ken dan rajin banget nanya "Ken, mau pipis? Mau eek?" Rajin banget ngingetin "Ken kalo mau pipis atau eek bilang ke ibu ya." Tapi, hal ini sampai sekarang nggak juga dilaksanakan sama dia, meskipun sebenarnya dia udah bisa bilang hal itu. Sampai akhirnya, karena lelah mesti ajak ke kamar mandi terus-terusan, Ken pun sepanjang hari itu tidak saya pakaikan celana. Fungsinya supaya nggak kecolongan lagi ketika mau ke kamar mandi yang berujung pada cucian numpuk. Iya, jadi lebih cepat ke kamar mandi, nggak usah buka celana dulu. Alasan lainnya, anaknya susah beneeeer dipakein celana lagi, "mau lari ajaa" katanya. Tapi, ini hanya saya lakukan dua hari pertama karena Ken kelihatan sudah mulai paham. 

Di hari pertama ini, mungkin cuma dua kali Ken berhasil pipis di kamar mandi, sisanya ngompol. Jadi, iya benar mesti siap rajin ngepel. Sebisa mungkin bersikap tenang dan tidak memarahi anak sambil diingatkan "Nanti kalau mau pipis lari ke kamar mandi ya." Supaya lebih mudah, saya akhirnya mencatat waktu Ken pipis/pup dengan bantuan aplikasi "Potty Baby". Di aplikasi ini anak bisa dapat satu bintang setiap kali berhasil buang air pada tempatnya. Ken senang banget lihat bintang-bintangnya, hahah. 

Catatan paling atas, bikin heboh dunia persilatan

When He Needed to Wee
Meskipun Ken sudah bisa bicara, entah kenapa ia susah sekali diminta bilang kalau mau pipis/ pup. Awalnya, yang mesti saya lakukan adalah observasi gesture tubuhnya kalau mau pipis, saat dia ngompol itu. Misalnya, mulai pegang-pegang celana atau jadi mematung. Setelah hari kedua, dia udah lebih ngerti. Bukan bilang. Tapi, dia akan langsung mengambil mobil-mobilannya dan berlari ke arah kamar mandi kalau mau pipis. Iya, mesti bangeeeet sambil bawa mobil. Kalau diajak pun, dia akan sibuk cari mobilnya dia buat dipegang baru lari ke kamar mandi. Kan bikin deg-degan yak, sempet banget cari mainan dulu. Tapi, biasanya dia bisa menahan dan baru mengeluarkan pipisnya di kamar mandi. Tapi, yah sering juga masih kecolongan apalagi kalau dia lagi asik main, jadi malas lari ke kamar mandi dia. Nah, udah kebayang kan ngos-ngosannya.

 How about Poo?
 Ken sepertinya lebih gampang dilatih pipisnya dulu. Soalnya sering banget kecolongan dia pup di celana, yang bikin "pisang goreng" bergelundungan di lantai. Dia amazed sendiri lihat poo-nya terus bilang apa coba, "ayaaam!" keseeel nggaaak dia sangka itu ayam goreeeng, LOL. Pokoknya buat saya lebih susah lihat tanda-tanda ken mau pup dibanding mau pipis. Pernah waktu itu berhasil dua kali juga begitu lihat dia mau ngeden langsung dudukin di potty dan berhasil. Terus sengaja saya kasih lihat waktu buang potty-nya ke toilet dan kasih tahu cara flush-nya sambil bilang, "bye-bye, poo poo.." Maksudnya biar dia tahu dimanakah tempat kotoran manusia itu seharusnya berada.
Dia senang banget waktu pupnya di flush. Tapi, setelah itu dia jadi tahu kalau pottynya bisa dibongkar dan keesokan harinya jadi super penasaran sehingga sedikit-sedikit nyamperin potty, bukan untuk pup tapi untuk "bredelin" potty-nya. Oh, my curious baby~


Fake to Wee, Fake to Poo
Ada saatnya Ken pura-pura mau pipis, padahal nggak. Dia lari ke kamar mandi sambil bawa mobil, terus pas udah di kamar mandi dia malah bilang "nggak..." maksudnya nggak mau pipis. Berakhir dengan tutup pintu shower dan tidak mau keluar dari situ sambil bilang "bye, ibu..." *cry*
Pura-pura mau pup, duduk di potty ditungguin sambil ngobrol, baca buku, atau nonton video, tapi nggak keluar-keluar sampe ada kali hampir 20 menit. Selama itu dia terkadang berdiri dari potty, lalu saya tanya "nggak jadi eek-nya?" sesaat kemudian dia duduk lagi di potty sambil bilang " eek.. potty aja." Begitu terus sampai beberapa kali, akhirnya saya sudahi saja. Nggak lama, dia pup di celana *cry*.

Hahaha, seru ternyata ya ngajarin anak buang air pada tempatnya. Seringnya saya dan suami saling tatap-tatapan aja sambil ketawa pahit kalau lihat Ken pup di celana. Apalagi suami nggak tahan banget dia lihatnya, hahah. Jadi, dia kebagian bersih-bersih lantai dan celana, saya kebagian basuhin Ken. Intinya beneeer mesti banyak-banyakin stok sabar. 

Gimana, buibuuu... Ada yang udah mulai potty training juga?


Keep calm and be happy!

Sawitri Wening

2 comments:

  1. ahh jadi inget pas potty training si bungsu. Btw, nama anak pertamaku juga Ken lho mba :)

    ReplyDelete
  2. Seru seru gemes ya Mbak Zataa... Bakalan dikenang terus deh masa2 ini nanti. Waah, samaan ya mbak. Jangan2 ambil dari bahasa Jepang juga 😉😁

    ReplyDelete