Sunday, February 5, 2017

Hal Baru Ketika Berada di Bristol (Part 2)




Halo! 

Kali ini saya mau sharing lagi tentang hal-hal baru apa yang saya temui ketika tinggal di Inggris, atau lebih tepatnya di Kota Bristol. Heheh, part sebelumnya, judulnya sengaja saya ganti soalnya ternyata kebiasaan satu kota dengan kota lainnya bisa berbeda-beda. Contohnya saya rasakan sekali waktu saya ke London, di mana sistem transportasi di sana sudah terkoneksi satu dengan lainnya, moda transportasi dan pembayarannya pun agak berbeda dengan yang ada di Bristol, dan mungkin masih banyak lagi perbedaan lainnya. Jadi, ini beberapa hal baru lainnya yang menurut saya berbeda dengan apa yang saya biasa temui di Jakarta.

1. Self-Check Out di Supermarket
 Di mini market ataupun supermarket di sini, tersedia yang namanya mesin "self-check out" dimana pembeli bisa melakukan pembayaran tanpa melalui kasir. Jadi, kita scan sendiri barangnya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik sendiri (ini bisa memilih, mau beli plastik atau tidak). Karena self-service biasanya pembayarannya hanya bisa menggunakan kartu. Tapi, ada juga sih yang bisa menggunakan cash, tapi hanya menerima nominal uang tertentu. Self-service semacam ini juga diterapkan perpustakaan, dimana pengunjung bisa meminjam dan mengembalikan buku tanpa melalui petugas. Menurut saya, ide ini bagus sih. Membuat waktu berbelanja lebih efisien karena melayani sendiri, jadi proses transaksi jadi lebih cepat. Proses belajar dibawah aja yang bikin lama, tapi kalau udah biasa lumayan menghemat waktu.



 2. All day Ticket Bus
 Biaya transportasi di sini mahal, saudara-saudara. Berasa banget kalau diconvert ke rupiah. Kalau di Jakarta naik bus hanya sekitar Rp 5000-12000 atau bahkan bisa lebih murah dengan ojek online. Di sini, kalau naik bus minimal kita mesti mengeluarkan uang £1 (atau sekitar 17 ribuan) untuk 3 stops pertama. Mungkin jumlah itu nggak seberapa untuk sebagian orang, tapi untuk kami, percayalah jumlah segitu lumayan berasa apalagi kalau naik bus terus-terusan bisa bikin budget bulanan defisit karena memang alokasi budget per bulan kami nggak banyak. Oke sekian curhatnya. Nah, enaknya kita bisa beli one day ticket itu sekitar £4 bisa dipakai ke mana aja sampai puas dalam satu hari itu (kalau untuk yg outer area kalo nggak salah sekitar £6.5). Kalau mau berhemat lagi ada yang namanya tiket mingguan atau bulanan. Bahkan kalau student bisa dapat diskon lagi. Tapi, terbayar lah ya jumlah segitu dengan fasilitas yang nyaman dan pengelolaan transportasi yang profesional dan bersih. Bisa nggak ya transportasi di Indonesia bisa senyaman ini. Yang sudah mulai terasa sih kereta ya, menurut saya. 

3. Nggak ada Susu UHT
Serius selama saya di sini, belum pernah sekalipun nemu susu UHT yang satuan gitu lho kayak macam ultramilk. Ini penting banget lah buat ibu beranak satu yang usianya udah di atas satu tahun, buat minuman rekreasional. Alhasil, Ken kalau lagi iseng aja ikut minum susu cair pasteurisasi ayah-ibunya atau makan yoghurt atau susu almond. Nggak masalah sih, tapi aneh aja karena di Indonesia super gampaaang cari susu uht kotak, ya kan?

 4. Suitable for Vegetarian/Halal Food 
Kalau di Indonesia, yang saya lihat kalau beli makanan adalah label bundar berwarna hijau bertuliskan "halal" dari MUI, di sini yang di lihat adalah label bundar dengan tulisan "suitable for vegetarian". Label ini banyak, banyaaak banget ada di kemasan makanan. 

 6. Rawan Maling Sepeda
Beberapa waktu lalu, suami saya kehilangan seped yang di parkir di depan rumah, huhu. Memang kalau nggak mengalami sendiri nggak akan tahu seberapa rawannya kasus maling sepeda di sini. Pantas saja di jalan-jalan sering ada tulisan untuk para pesepeda harus berhati-hati dengan pencurian sepeda. Malah menurut berita ini paling tidak ada 5 sepeda yang hilang setiap harinya di Bristol. 


7. Midwife Visits (post-natal)
Di Bristol, setiap ibu yang habis melahirkan akan mendapatkan kunjungan bidan, kalo nggak salah selama 10-14 hari (source: nhs.uk). Fungsinya apa? Selain memantau perkembangan bayi kayak berat badan, cek jaundice, dsb. Kunjungan bidan ini juga memperhatikan kondisi ibu pasca melahirkan. Jadi, kita nggak usah capek-capek ke klinik cukup duduk anteng aja di rumah, dan bidan akan datang untuk membantu. Menurut saya program ini baguuuus banget karena seperti yang kita tahu, ibu pasca melahirkan itu umum mengalami masalah-masalah seperti baby-blues, puting lecet, pusing, lelah berlebih, dsb. Kebayang kan betapa bermanfaatnya kunjungan ini untuk membantu menjaga kesejahteraan jiwa dan kesehatan ibu. 

8. Wajib Vaksin Flu
 Kalau di Indonesia, Vaksin flu itu ibaratnya hanya vaksin tambahan aja atau nggak wajib. Di sini vaksin flu itu wajib terutama kalau udah masuk winter karena virus flu lebih bisa bertahan di suhu dingin, di tambah saat winter sinar matahari berkurang (karena siang yang lebih pendek dan biasanya lebih sering mendung). Ken yang juga termasuk jarang flu atau kalau flu biasanya sembuh dalam seminggu, sebelum dapat vaksin, dia meler atau ingusan terus selama berminggu-minggu. Setelahnya, Alhamdulillaah sehat wal afiat. Oiya sekadar informasi, di sini umunya vaksin flu untuk anak itu diberikan lewat hidung. Tapi, setelah saya cari tahu, dimention juga di web nhs, nasal flu vaccine ini mengandung porcine gelatine (gelatin babi). Jadi, untuk Ken kemarin saya request untuk injeksi saja. Vaksin di sini gratis dan kalau mau ambil mesti bikin appointment dulu, umumnya nunggu selama 2 minggu. 

9. Charity Shop/Second-Hand Stuff
Hal baru lainnya adalah tentang charity shop. Saya kurang familiar dengan istilah ini saat di Indonesia. Nah di sini, saya menemukan cukup banyak toko-toko yang menjual barang dimana hasil penjualannya digunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Biasanya yang dijual adalah barang-barang secondhand. 


10. Banyak Older Workers 
Di sini, sering sekali lihat orang tua masih bekerja. Usianya semuanya mungkin sekitar di atas 50 tahun. Bekerja sebagai penjaga kasir di toko besar, sebagai petugas admin di perpus, tukang bangunan, petugas klinik, dsb. Hal yang menurut saya cukup jarang ditemui di Indonesia, apalagi untuk pekerjaan frontliner. Saya sendiri takjub waktu lihat banyak nenek-nenek jadi kasir di Primark. Tapi, kalau dilihat sekilas memang kebiasaan di sini membuat para older people lebih sehat, contohnya aja dengan jalan kaki. Saya seriiiing banget lihat orang tua yang sudah jompo, masih jalan-jalan sendiri naik-turun bus hanya dengan bantuan trolley, tanpa ada orang lain di sampingnya. Dari hasil baca-baca, kenapa banyak orang tua yang tetap mau bekerja walau udah masuk usia pensiunnya, salah satunya (selain mungkin karena uang ya) adalah untuk menjaga well-being. Banyak yang merasa dengan mereka tetap produktif, mereka akan merasa lebih sehat fisik maupun mental karena tubuh tetap diminta untuk bekerja. Mempekerjakan older people ini juga diatur sama ketenagakerjaan di UK, jadi employer tetap mesti memperhatikan waktu dan beban kerja yang diberikan. Such a good thing, isnt it?

Okay, sekian dulu sharingnya ya. Mungkin nanti akan ada part-3 nya karena saya yakin masih banyak banget yang bisa dieksplor. Mmm, kalau lagi ngomongin ini pasti suka iri sendiri deh sama negara maju yang memang apa-apa terasa lebih nyaman. Saya suka ngobrolin hal ini sama suami saya tentang kapan ya Indonesia bisa semaju di sini. Fasilitas di sini memang bisa di bilang lebih baik, tapi semua itu nggak akan jadi nyaman kalau warganya nggak sadar untuk ikut mejaga. Contohnya, nggak coret-coret bus, budaya mengantri, nggak buang sampah sembarangan, dan yang penting adalah kejujuran.

Cheers!

Sawitri Wening






Sumber:

1. http://m.bristolpost.co.uk/bikes-day-stolen-bristol/story-28594497-detail/story.html
2. http://sitn.hms.harvard.edu/flash/2014/the-reason-for-the-season-why-flu-strikes-in-winter/ 
3.https://www.google.co.uk/amp/s/amp.theguardian.com/lifeandstyle/2015/aug/01/still-working-aged-in-70s-80s-90s
4. http://www.expertslikeyou.com/wp-content/uploads/2015/09/welcome-to-bristol.jpg
5. http://riyadhconnect.com/wp-content/uploads/2013/09/self-service-counter.jpg

6 comments:

  1. Hampir mirip kayak di sini juga mbak ..banyak older workers...terutama di toko second hand..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Dewi kalo nggak salah di Denmark ya. Iya keren euy.. udah tua tp masih produktif.

      Delete
  2. Nice sharing Wit dan suka bacanya, hampir semua negara maju Ada self check out nya ya.. even di kota kecilnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mba Sari.. Iyaya.. Jd lebih efisien waktu kalo dipikir2.

      Delete
  3. Gak nyangka yaa di negara maju ternyata masih banyak maling sepeda hehe:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah iya, Mba Muti... Emang yabg diincer sepeda2 yg macam road bike gitu. Lumayan sih kalo dijual lagi.

      Delete