Friday, July 21, 2017

Belajar dari Kematian


Rasanya setengah nggak percaya waktu suami saya bilang tadi pagi kalau Chester Bennington meninggal karena bunuh diri. Rasanya sedih deh dan makin sedih ketika baca artikel tentang apa yang bikin vokalis band Linkin Park ini memutuskan untuk menyudahi hidupnya. Berita itu bikin saya merenung malam ini dan ingin menumpahkan semuanya di sini.

Saya inget banget waktu SMP suka banget sama Linkin Park karena ketularan teman sebangku, namanya Vika, yang udah ngefans duluan sama Linkin Park. Beli kaset Meteora dan hapal mati semua lagu-lagu di album itu. Entah karena apa, saya pun tidak terlalu mengikuti perkembangan band ini lagi. Sampai jaman kuliah, kalau karaokean sama temen, wajib kudu nyanyi lagu Faint dan sukses bikin temen-temen saya bengong karena nggak nyangka Wening pernah yak punya selera musik kayak begini, sambil nge-rap ala Shinoda lagi, heheh. Masih inget banget tampang mereka yang nggak percaya, sambil geleng-geleng kepala. Haduh, walaupun singkat, tapi ngena banget di hati. 

Sekarang pemilik suara melengking dan khas itu sudah tiada :'(. Mungkin cerita ini nggak sekali dua kali kita dengar, tentang public figure yang popularitas dan materinya mungkin sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Ternyata ada hal yang nggak bisa dibeli dengan semua itu. Chester had been struggling with the beast called depression and decided to take his own life.

Kita mungkin nggak benar-benar bisa tahu apa yang dialami dan dirasakan orang-orang yang sedang mengalami depresi. Dari salah satu berita yang saya baca, ternyata Chester punya pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan dan saya sedih banget waktu tahu hal itu :(

“I was getting beaten up and being forced to do things I didn’t want to do. It destroyed my self-confidence,” he told the British music site Team Rock in 2014. (dailytelegraph.com.au)
“Like most people, I was too afraid to say anything. I didn’t want people to think I was gay or that I was lying,” he said. (dailytelegraph.com.au)

Satu hal yang bisa saya pelajari, bahwa ternyata pengalaman masa kecil seseorang itu bisa sangat membekas dan berpengaruh besar dalam membentuk pribadi seseorang nantinya. Lagi-lagi pengingat buat kita semua tentang pentingnya membersamai anak dan menjaga anak-anak kita dari hal-hal yang buruk. Bahkan, untuk seseorang yang punya 'akses' seperti Chester pun, hal ini bukan hal yang mudah untuk dihindari. 

Saya nggak tahu bagaimana rasanya mengalami kekerasan seperti yang dialami Chester. Pasti berat. Tapi, saya bisa cerita kalau saya pernah punya trauma masa kecil yang sampai saya besar, terkadang masih suka teringat, terutama kalau emosi saya lagi nggak stabil. Masa-masa senggol-bacok pas pms gitu, kadang masih suka teringat. Padahal waktu itu saya hanya melihat sesuatu yang nggak menyenangkan untuk saya, bukan merasakan kekerasan fisik... Tapi, ternyata apa yang saya lihat nggak baik untuk mental saya dan terkubur di alam bawah sadar saya karena sengaja saya supress. Yang membantu saya untuk mengurangi dan menghilangkan 'bayang-bayang' itu adalah dengan bercerita ke orang lain, apa yang saya rasakan alias curhat.

Jadi, buat siapa pun yang merasakan ada beban di pundaknya yang begitu berat atau ada hal yang susah banget lepas dari pikiran dan hati, dan kamu merasakan hal itu membuat kamu nggak nyaman, please, please, please talk to someone. Cerita sama siapapun yang bikin kamu nyaman. Ke sahabat kamu, ke orang tua kamu, atau kalau memang kamu merasa nggak bebas berbicara dengan orang yang kamu kenal, pergi lah ke psikolog. Mereka adalah orang-orang yang belajar dan dilatih untuk membantu menangani masalah seperti ini. 

Saya kurang tahu apakah di Indonesia ada suicide hotline yang aktif (mohon dibantu infonya ya kalau ada), tapi bagi siapapun yang butuh bantuan, silakan menghubungi: 

Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI 
Telp: (021) 78881150
E-mail: klinikterpadu@yahoo.com

Kita juga bisa membantu orang yang mengalami depresi dengan membawanya ke tenaga ahli, apabila mendapati tanda-tanda ini pada orang di sekitar kita:
image from here

Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan mohon dikoreksi kalau ada yang salah ya.


Chester, thanks for the lesson.. you'll never be forgotten. RIP.

11 comments:

  1. Aaah...sediih jadinya. Meski nggak hafal lagu2nya LP, tapi aku menikmatinya...
    Salam kenal mb Wening ;)

    ReplyDelete
  2. Iyaaaa, waktu baca tg masa kecil chester, duuhhh, sedih,
    RIP Chester
    Pelajaran dan pengingat bgd bwt kita ya mbk, sbg orgtua,
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak... kematian mmg sebaik2nya pengingat ya.

      Delete
  3. Iya bun sedih. Semoga dengan adanya layanan klinik terpadu fakultas UI dapat membantu mereka yang membutuhkan. Ijin share ya bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan Mba Erysha.. Sebenarnya akan lebih membantu dgn adanya nomor hotline ygvbisa diakses 24jam. Tp, saya blm dpt infonya kalau di Indonesia

      Delete
  4. Duh ngeri yaa.. kebanyakan orang terkenal dunia showbiz suka stressed begini yaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banyak faktor yg bisa buat org depresi. Gangguan ini bisa menghantui siapa saja. Mudah2an kita selalu dilindungi dr hal2 negatif ya.

      Delete
  5. Masa remaja saya juga diwarnai dengan lagu-lagu Linkin Park, mbak. Sempat nonton konsernya juga di GBK. Sedih dan kehilangan banget :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhu, patah hati bgt ya mba wina... aku dengernya jg gak percaya. Masa remaja tumbuh sama LP bgt.

      Delete
  6. Berasa ga percaya pas dgr berita ini.. Salah satu grub band kesayanganku :( .. Yg lagu2nya slalu nemenin pas belajar :( .. Intinya Jgn pernah nyepelein temen yg mungkin keceplosan pgn bunuh diri.. Orang2 biasanya suka ga anggab yg begitu serius yaa.. Dipikir hanya becanda :(

    ReplyDelete