Monday, September 7, 2015

Ken's Birth Story

Hi!
So, here I am sitting next to my little son whom just fell asleep peacefully after second round of breastfeeding. Yes world, meet my son… Ken Maruta Rasyadi




Setelah beberapa minggu ini masih beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu, akhirnya tibalah waktu untuk update blog yang sedikit berdebu ini. Jadi, alhamdulillaah saya sudah melahirkan bayi laki-laki yang sudah dinanti-nanti dari minggu ke-37 (karena katanya memasuki usia kandungan tersebut, bayi sudah bisa lahir) dan makin dinanti-nanti setelah beberapa orang teman yang juga sedang hamil sudah duluan melahirkan—anaknya kompetitif, heheh… nggak deng).  
Karena setiap ada yang jenguk minta diceritain kisah kelahirannya Ken, jadi saya tulis aja deh. Biar baca sendiri… (laah~).

Iya, pada akhirnya saya harus menjalani operasi Caesar untuk melahirkan Ken. Di minggu ke-40, posisi ken belum juga turun ke panggul padahal saya dan suami sudah berusaha lebih keras agar si bayi bisa segera turun ke jalan lahir. Atas saran Bidan Jeane, kami diminta untuk konsul ke dr. Yun lagi keesokan harinya (Kamis, 13/08/15) untuk mengetahui apakah perlu dilakukan tindakan operasi. Setelah konsul dengan dr. Yun di kamis sore, saya akhirnya disarankan untuk operasi karena diagnosis awal menyatakan lingkar kepala bayi lebih besar dari lubang panggul (belakangan baru diketahui memang ini penyebabnya) dan plasenta sudah pengapuran. Dr. Yun sempat menawarkan untuk menunggu seminggu lagi—karena siapa tahu bisa turun. Tapi, kemungkinannya kecil karena berat bayi pada saat itu sudah 3,4 kg dan kalau menunggu seminggu lagi bisa-bisa bayi makin besar dan makin sulit turun. Jadi, saya dan suami pun menyetujui untuk dilakukan operasi. Karena kami ingin ditangani oleh dokter yang sudah tahu riwayat kehamilan saya, kami pun menanyakan kapan dr. Yun bisa menjadwalkan operasi. Ternyata pilihannya keesokan harinya (tapi, pagi…) atau selasa minggu depannya. Dalam hati, waduh… pengin cepet sih tapi masa besok pagi banget… :’’D

Alhamdulillaah… semua proses dimudahkan. Kamis malam, saya dan suami pulang ke rumah orang tua di Jatinegara untuk mengurus surat rujukan keesokan paginya. Sekitar pukul 10 pagi kami sampai di rumah sakit. Begitu sampai, ternyata kamar untuk saya sudah disiapkan dan saya sudah dijadwalkan tindakan setelah sholat jumat. Meskipun ini pengalaman pertama saya operasi dan melahirkan, anehnya perasaan saya saat itu damai sekali dan pasrah. Setelah jarum infus dan kateter di pasang, saya dibawa ke depan ruang operasi ditemani dengan ibu, suami, dan mama. Setelah menunggu sekitar setengah jam, tibalah waktunya saya diantar ke ruang operasi.

Sebelum proses bius dimulai, saya diberitahu apa yang mungkin akan saya rasakan setelah dibius. Seperti rasa mual dan kebas. Dokter anastesi pun menyuntikkan bius melalui tulang punggung saya, selang oksigen dan “kabel-kabel” lainnya di pasang ke tubuh saya. Tangan saya terbuka lebar. Selama proses operasi saya bisa dengan jelas mendengar percakapan tim dokter, pinggang terasa lepas dari tubuh saya. Selama itu, saya memutuskan untuk memejamkan mata dan berzikir sepanjang operasi. Sekitar 10 menit setelah operasi dimulai dan setelah seorang dokter membantu mendorong bayi dari perut atas saya, suara tangisan melengking itu pun terdengar. Saya nggak bisa menahan tangisan haru, apalagi setelah dokter mengatakan, “Alhamdulillaah… sudah lahir ya bu anaknya sehat, tidak ada kelainan bawaan. Itu dengar… yang nangis itu suara anak ibu.” Langsung ngucur air mata, masih dengan mata terpejam dan dalam hati mengucap syukur… Allahuakbar!


Sebelum bayi dibawa ke ruang bayi, saya sempat ditunjukkan bayinya dan diminta untuk menciumnya. Sementara itu saya merasa teler banget, sehingga mungkin ini yang menyebabkan pihak rumah sakit ini tidak melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada ibu yang menjalani operasi Caesar.

Selama di rumah sakit, saya selalu sekamar dengan Ken. Perawat mengambil Ken setiap pagi dan sore untuk dimandikan. Saat pertama kali menggendong Ken, saya pun langsung diminta untuk menyusui Ken. Hihih… waktu itu rasanya sedikit nggak percaya karena bayi kecil ini hidup (dan suka heboh) di dalam perut saya, sekarang ada di tangan saya. Bersyukur sekali rasanya, walaupun gagal melahirkan secara normal, tapi saya yakin Allah lebih tahu yang terbaik. Kalau katanya Bidan Jeane, Ken pengin keluar lewat jendela, bukan lewat pintu. Ya, dia memilih sendiri caranya untuk lahir ke dunia.

Sekarang, perjalanan baru dimulai lagi. Perjalanan yang ternyata sudah terasa amat berbeda dari sebelumnya, yang mengubah ritme hidup kami. Bagaimanapun, kami sangat bersyukur karena sudah diberikan kepercayaan ini oleh Allah.

Bismillaah… semoga saya dan suami diberi kesabaran dalam membesarkan dan mendidik Ken menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada orang tua. Semoga Allah berkenan kembali mengabulkan doa dan harapan kami ini, Aamiin…



Dear Ken… Let’s make this world smile even bigger by the present of you  :*

- SW-

1 comment:

  1. waaah berarti udah setaunan ya sekarang ken nya,.,btw salam kenal ya,.,kalau ngomongin proses persalinan aku pasti langsung tertarik karena akupun sudah 2 kali ngrasain proses itu dengan 2 kondisi yang berbeda tapi tetap sama2 normal,.,i'm 30 years old now,.,luar biasa ya perjuangannya, aku malah belum sempet berbagi pengalaman soal yg satu ini di blog,.,anyway mampir ya ke blogku http://saniadaffa.blogspot.co.id/

    ReplyDelete