Thursday, December 17, 2015

AthaXWening: Intro & Episode 1 (Bahasa 'Kode')


Bismillaah...

Segala sesuatu selain dzikrullah itu permainan dan kesia-siaan, kecuali terhadap empat hal; yaitu seorang suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (dalam permainan panah, termasuk juga dalam berlomba), dan seseorang yang berlatih renang.” (HR. An-Nasa’i. Shahih, kata Muhammad Abdul Halim Hamid).

Suami saya ternyata orangnya lucu. Itu hal pertama yang mungkin akan saya jawab kalau ada yang menanyakan pendapat saya mengenai hal apa yang baru saya ketahui mengenai pasangan setelah menikah. Sebelum menikah dulu, saya mana tahu kalau laki-laki itu bisa sekocak ini (sekocak apa hayoo?). Dulu, saya lebih memandang dia sebagai lelaki idola para wanita (serius, fansnya banyaaaakkkk sampe keselek) yang punya tingkah laku aneh atau kekanak-kanakan di saat-saat tertentu (tapi semua itu dimata saya nggak ada yang dibuat-dibuat, he never tried to amuse anyone by acting childish, it was just a genuine him and that’s why I fell in love with him, ihiy!). Kelucuan suami saya sering kali sukses meluluhkan hati kalau saya lagi kesal. Gimana mau kesal kalau dia ngelucu, walaupun sebenernya saya tahu sih dia kadang nggak niat untuk melucu, tapi tetep ajaaa.

Terus apaan hubungannya sama hadits di atas? Ya jelas ada… Kadang ya kalau suami keseringan becanda, saya kan suka geregetan sendiri ya. Keluar deh kata-kata pamungkas, “aku becanda sayaang… biar kita tetap romantis.” Yaelaaah luluh lagi. Pernah tuh, karena saya protes dia bercanda terus, suami saya pun jadi sok-sokan serius daaan saya ternyata jauh lebih suka dia apa adanya. Serius macam lagi rapat BEM aja, hahah. Terus saya jadi inget hadits di atas, dan emang bener bercanda sama suami itu bikin hati adem ayem, masalah jadi males lama-lama di pikiran—jalan-jalan dulu dia. Hayooo, siapa yang nggak mau kayak gituuu… hihih. Nah, terus saya jadi kepikiran deh buat mendokumentasikan cerita sehari-hari kami berdua dan menjebak mengajak suami buat nulis bareng, bergantian tiap episode. Selain biar nggak lupa karena siapa tahu kan bisa jadi salah satu sumber tawa di senja nanti, dan juga melatih biar terbiasa nulis, dan produktif sedikit lah selain cuci clodi sama main Brave Frontier (paham banget nih kalo yang main. So, please enjoy our first episode of AthaXWening Series.


AthaXWening Eps. 1: Bahasa 'Kode'

Di suatu siang di hari kerja, Ada notif WA dari suami.

Atha : Lagaps?
Wening: Kankan
Atha: Mamas durdur?
Wening: Iya. Ewele. Nangnang terus.
Atha: Nanti malem nonpi yuk.
Wening: Nggak ah, nanti aku tujtuj lagi.
Ada yang ngerti nggak kita ngomong apaan? Hahah. Emang bener ya menikah itu adalah saat dimana kebiasaan menular. Salah satunya ya cara ngobrol yang seperti ini nih. Semenjak menikah, saya mengenal bahasa baru dari suami 1) bahasa anak bunayya (kosan dia jaman kuliah) dan 2) bahasa ‘kode’ kayak di WA tadi. Dua-duanya aneh, tapi lama-lama ketularan aneh juga T,T. Kebiasaan ini nggak cuma muncul kalo lagi watsapan, tapi pas ngomong secara langsung pun sering kali kami menggunakan kata-kata yang terdengar seperti kode itu. Bahasa anak bunayya lebih unik lagi, dimana ada kata “hambet” yang definisinya bisa meluas sesuai dengan konteks pembicaraan. Saya suka roaming sendiri kalo lihat grup WA mereka, kayak ngomong bahasa planet lain. But anyway, kadang saya juga suka ngikutin secara sadar atau nggak sadar, hahah. Saking seringnya berbahasa kayak gitu, kadang saya suka kebawa kalo lagi ngobrol via WA sama temen-temen yang lain dan berakhir dengan pertanyaan “lu ngomong apaan sih?”

Kebiasaan berbahasa kode ini ternyata tidak muncul begitu saja, tetapi karena ada kejadian yang bikin kita keterusan ngomong seperti itu. Kayak ‘Tujtuj’ itu awal mulanya karena saya sering typo ngomong ‘ngantuk’ jadi ‘ngantuj’. Jadi deh, muncul kata baru di KBBI kita ‘tujtuj’ yang artinya ‘ngantuk’. Terus, otak makin kreatif ciptain kata-kata baru lainnya. Kalo kebiasaan menyingkat kata kayak ‘lagaps’ (lagi apa) atau ‘sikgig’ (sikat gigi) belakangan saya baru sadar kebiasaan suami itu datangnya dari keluarganya yang kadang suka menyingkat kata, biar ringkas. Kebiasaan lainnya adalah kalau ngobrol kadang suami bergaya ala-ala Cinta Laura gitu, terus tanpa sadar saya nanggapin dengan gaya yang sama. Hahahah, ngapain sih… aneh banget yak. Kebiasaan ini muncul semenjak tanpa sengaja kami menonton salah satu episode Upin Ipin dimana guru baru di sekolahnya hendak mengenalkan murid baru dan entah kenapa ketika ngomong “murid baru” sang guru bicaranya ala-ala Cinta Laura gitu. Kan kita jadi ngakak dan bingung ya. Jadilah scene itu terkenang dalam lubuk hati kami yang paling dalam.

Kebiasaan ini nggak bisa dianggap remeh. Soalnya, entah udah berapa kali kita ngakak bareng karena baca bahasa nggak jelas, ngomong dengan gaya nggak jelas pula, dan menyadari betapa anehnya diri ini ketika ikut tertular berbahasa seperti itu. Ternyata semua itu menyenangkan! Tapi, tetap dong kami cinta Bahasa Indonesia dan nggak bermaksud menularkan kebiasaan aneh ini ke orang lain. Hahah, jadi serius.

Ok, sekian episode kali ini. Sampai bertemu di episode berikutnya yang insya Allah akan ditulis oleh suami saya (kalau dia nggak mager, wkwk). Kalau kamu, apa kebiasaan unik kamu dan pasangan? Hihih….

Uds ya, mau nyiapin sarpag dulu niccccc….

Salam,

SW

6 comments:

  1. Agagagagagagg. Luc juc kalkal *lidah freeze seketika*

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwk ati-ati mbak kalo belum biasa lidah sama jempolnya bisa keriting

      Delete
  2. Kayanya gue salah deh baca postingan wening pagi-pagi gini, jadi pengen punya suami nih gue,hahaha

    ReplyDelete
  3. Lucu ka :)
    Ewele, nangnang, nonpi itu apa?

    ReplyDelete
  4. wah berarti kalau menikah nanti akan terpengaruh gaya bahasa suami ya ? Makasih sharingnya kak wening :D

    ReplyDelete