Monday, February 1, 2016

Atha X Wening: Episode 5 (Tentang Suatu Misi)


Setelah menikah, ada satu pertanyaan yang menjadi misteri buat saya dan suami. Sampai-sampai kami sempat googling mencari tahu apakah ada penjelasan ilmiah yang menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan ini sih sebenarnya sudah ada di benak saya, jauh sebelum menikah. Begitu juga dengan suami. Tapi, pikir saya, yah mikirnya nanti saja lah kalau sudah menikah beneran. Baru cari tahu, hahaha.  Pertanyaan ini muncul karena dari hasil pengamatan kami (tsailah… pengamatan banget), fenomena ini kerap terjadi di kalangan laki-laki beristri, dan bahkan sudah menjadi hal yang lumrah untuk sebagian besar orang.Bahkan, bahkan nih ya… banyak orang nyeletuk menjadikan hal ini sebagai salah satu indikator kebahagiaan seseorang. Hal ini juga yang sempat membuat suami saya sempat was-was di awal waktu kami menikah. Eh, tapi waktu awal-awal nikah nggak terlalu dipikirkan sih, maklum pengantin baru. Baru deh beberapa bulan setelahnya hal ini jadi salah satu hal yang memenuhi kepala suami saya. Kalau saya, seiring waktu paham sendiri dan merasa pertanyaan yang selama ini ada di kepala saya terjawab sudah.

Ada yang bisa nebak, apa pertanyaan yang ada di kepala saya dan suami  saya saat itu?
.
.
.
Iyak, dan pertanyaan itu adalah…

“Kenapa setelah menikah laki-laki banyak yang menggendut atau membuncit?”

Iyaaa… ini nih yang sempat meresahkan hati suami saya. Serius, saya sampai googling buat cari tahu dan forward ke dia hasil pencariannya. Sempat menemukan satu artikel yang jawabannya ternyata sesuai dengan tebakan sotoy saya. Perlu dibahas nggak isi artikelnya apa? Nggak usah ya, silakan cari sendiri jawabannya biar seru. Buat yang sudah menikah pasti bisa menebak alasannya, hehe. Jadilah selain bercita-cita mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warrahmah (aamiin…), menjaga badan tetap atletis tak berlemak sampai tua, masuk dalam misi pernikahan yang dibawa suami saya.  Jangan lupa pilih nomor 1 ya! :D #maaplokal

Semanjak saat itu, kebiasaan suami saya bertambah, yaitu hampir SELALU nimbang badan setiap kali melihat timbangan ngejogrok manis di sudut ruangan. Nggak di rumah saya, di rumahnya, di kantor, di rumah sakit… kalau lihat timbangan pasti dunianya teralihkan sesaat hanya untuk mengecek sambil ngarep berat badannya bisa turun 1-2 kilo atau minimal nggak naik. Padahal suami saya nggak gendut lho, cuma emang lebih berlemak sedikit dari jaman kuliah. Eh…mmm.. sedikit apa banyak ya.

Wajar sih, suami saya, sebelum menikah hobi banget naik sepeda berbelas atau berpuluh kilo. Setelah menikah juga sesekali bike to work Depok-Ciputat. Tapi, makin kesini waktu olahraga semakin tergerus dengan kelelahan lainnya, apalagi semenjak saya melahirkan dan pindah ke rumah orang tua saya. Kalau ada waktu senggang ya penginnya istirahat, tidur. Pasti badan terasa bergelambir setelah menikah.

Program menjaga berat badan pun tercetus. Mulai dari lari pagi setiap hari sampai mengikuti tips mengencangkan perut ala jepang. Percakapan-percakapan seperti ini pun kerap terjadi.

#1 Di suatu sore di hari libur…
Suami :  Sayang, pokoknya kamu harus mendukung aku ya. Malam ini, sebelum tidur aku mau push-up 50x, sit up 100x, dsb, dsb.
Saya: Ok. Jangan ketiduran ya.
Malam harinya…
Sang suami pun ketiduran, tanpa “olahraga” dan saya nggak tega ngebangunin. ‘

#2 Di suatu malam, setelah sang suami memperhatikan perutnya…
Suami: Sayang, aku pokoknya harus lari pagi setiap hari
Saya: Hmm.. ok.
Suami: Kamu harus mendukung aku ya lari pagi 5 kali seminggu.
Saya: Lah, katanya setiap hari??
Suami: Mmm… dua hari sekali deh. Eh, seminggu dua kali cukup lah.
Saya: *nahan ketawa* Iya… seminggu sekali juga nggak apa kok.

#3 Di malam lainnya…
Suami: Sayang, aku punya cara gampang buat ngecilin perut?
Saya: Gimana? Gimana? (semenjak menyusui saya jadi ikutan penasaran)
Suami: Nih… begini doang sayang 15 menit aja udah lumayan (seraya berbarign, mengganjalkan handuk di bawah pinggangnya dan menarik tangannya ke atas kepala. Lalu bertahan di posisi tersebut)
Saya: -__-‘ hoax ya?
Suami: Beneran… Coba ya abis aku.
Saya: (saya pun ikut mencoba, 15 menit)
Suami : Gimana? Udah berasa belum?
Saya: Nggak berasa apa-apa.
Suami: #fail

Begini posisi yang katanya bisa mengecilkan perut

 #4 Tapi, diantara semua percakapan itu yang paling sering sih yang ini
Suami: (Habis nimbang) Sayang, masa aku naik 2 kilo.
Saya: Salah kali timbangannya. Masa makan segitu doang langsung naik 2 kilo.
Suami: Serius, sayang… aku gendutan ya?
Saya: Nggaaak.
Suami: Beneran nih aku nanya.
Saya: Nggak gendut, sayaaang.
Suami: Tapi, gendutan ya?
Saya: Iya gendutan dari jaman kuliah.
Suami: (cemberut)
Saya: Udah lah sayang. Bapak-bapak gendut itu banyak kok (Nggak bikin lega, hahah).
Suami: Ah, aku nggak mau jadi bapak-bapak gendut pokoknya.
Saya: Yah, walaupun kamu gendut aku tetap sayang kooook (Cailaaaah… *dilempar pembaca*)

#5 Dan hal ini juga terjadi sama saya, setelah lahiran, setelah menyusui Ken berbulan-bulan…
Saya: (tak bisa berkata-kata, habis coba celana nggak ada yang muat)
Suami: Nggak ada yang muat ya?
Saya: (Memble…) Aku gendut, huhu…
Suami: Nggak kook.
Saya: Bohong yaaa…
Suami: Yaah, gendut sedikit nggak apa lah. Lagian, kamu mau gendut atau kurus yang penting sehat.
Saya: Nanti kamu nggak suka lagi kalo aku gembrot (drama…)
Suami: Kamu mau gimana juga aku tetap sayang.

Kalau ditanya saya senang atau nggak, senaaang banget. Walaupun terkesan gombal, tapi perkataan suami saya tadi sukses bikin saya nggak ambil pusing dengan perubahan fisik saya pasca melahirkan.
 
Ternyata, menikah itu bukan cuma menerima kelebihan dan kekurangan suami/istri juga. Tetapi juga menerima perubahan yang akan terjadi pada pasangan kita kelak. Saya pernah mendengar bahwa tak ada hal yang menetap, semuanya berubah seiring berjalannya waktu. Pasangan yang kita kenal pada saat menikah, belum tentu sama dengan ketika ia sudah menua. Persoalan istri menggendut setelah melahirkan dan suami membuncit karena jarang olahraga hanya lah segelintir dari perubahan itu. Bukan cuma soal fisik, tapi juga soal pemikiran, kebiasaan, bahkan mungkin juga sifat. Saya sendiri sudah merasa menjadi orang yang berbeda dari sebelum menikah, bahkan di usia pernikahan yang baru menginjak bulan ke-15. Masih panjang perjalanan dan nggak tahu perubahan apa ya yang nanti akan kami temui lagi.

Jadi, misinya gagal? Bukan gagal, tapi belum berhasil selama suami saya MASIH menanyakan saya sambil berkaca melihat perutnya, “Sayang, aku gendutan ya?”


Salam,

SW

Cek episode AthaXWening lainnya di sini

2 comments:

  1. wah kak atha juga khawatir soal nambah gendut ya? hana kira soal khawatir nambah gendut ini cuma masalah perempuan/istri aja..

    Makasih Kak Wening sharing nya :D

    ReplyDelete