Beberapa waktu yang lalu saya di-WA suami katanya ia mendapat undangan acara lamaran salah satu teman dekatnya di kampus. Acaranya di Cimahi, jauh yak... terus suami mengajak saya turut serta kesana, bila saya mau. Tentu saja saya langsung semangat dan menerima ajakannya. Tapi, saya sempat galau lantaran Pak Suami menolak ajakan saya untuk menginap barang semalam di Cimahi, maksudnya biar bisa sekalian jalan-jalan dan supaya Ken nggak capek pulang-pergi naik kereta hampir 3 jam one-way. Lagipula, setelah mencari hotel via online, ternyata alat pencarinya justru mengarahkan tempat penginapan di Bandung kota yang masih lumayan jaraknya dari Cimahi. Pengalaman bermalam di Bandung beberapa waktu yang lalu kurang berkesan karena satu dan lain hal, jadi suami pun mengurungkan niat untuk mengajak saya dan Ken menginap. Lagipula, saat itu tanggal tua belum gajian, jadi ya sudah deh kita irit-irit dulu, heheh.
Suami pun meyakinkan sekali lagi ke saya apakah saya dan Ken
akan baik-baik saja pulang-pergi kondangan ke Cimahi. Saya jawab, Insya Allah
bisa untuk pengalaman pertama naik kereta eksekutif. Heheh, selain Ken, ini
pengalaman pertama saya juga lho naik kereta eksekutif. Terakhir naik kereta
jarak jauh pas Honeymoon ke Jogja cobain naik ekonomi saat berangkat (yang
berujung punggung pegel-pegel karena tempat duduknya tegak banget dan kurang
asyik buat pasangan muda karena harus share space sama penumpang lain, hahaha)
dan bisnis pulangnya. Beruntung, ternyata sedang ada promo dan kami hanya kena
85rb saja tiap kepala dari Jakarta-Cimahi dan sebaliknya. Ken gratis karena
masih bayik. Tapi,.... berangkatnya mesti pagi-pagi buta sebab kami mendapat
jadwal kereta dari gambir berangkat pukul 5 pagi. Emang paling pas karena acara
lamarannya dimulai pukul 9 pagi.
Persiapan perlengkapan Ken pun sama seperti biasa. cek:
diaper bag raid. Kali ini, saya memilih untuk membawa pospak instead of clodi
untuk alasan kemudahan karena kami nggak mungkin cuci-cuci di tempat kondangan
juga, daripada bawa-bawa popok bau kemana-mana dan ada kemungkinan mengganggu
orang lain, jadi yowis kami memilih membawa pospak (But, if you clodi moms, do
have any tips to keep utilizing clodi for this kind of case, please kindly
share... ;)) Jangan lupa juga bawa beberapa baju untuk ganti karena Ken akan
seharian mobile. Yang terpenting, namun terlupakan oleh saya (karena
ketinggalan) adalah make sure there's a blanket in your bag to warm your baby,
because the evening train temperature usually getting lower and it might cause
Ken a bit fussy on our way back home.
So, we woke up very early and took a flash bath, checking
and making up some things. Dealing wih Ken's crying due to the cloth changing.
Drove the car to catch up the prayer time at the station mosque and printed out
the ticket we have bought the days before. Buat yang belum tahu, sekarang di
stasiun sudah ada fasilitas CTM alias Cetak Tiket Mandiri bagi yang sudah beli
tiket via online atau via chanel lainnya, yang memungkinkan kita untuk tidal
perlu antre di loket sekaligus menghindari calo.
Selama perjalanan ke Cimahi Ken bisa dibilang anteng dan
lebih banyak tidur. Kami sampai di Stasiun Cimahi sekitar pukul 8:40, kalau
tidak salah. Ternyata di stasiun ini sudah ada ruang menyusui walau ala
kadarnya, intermezzo. Sesampainya di sana, saya touch up dikit lah karena muka
keliatan kayak bangun tidur dan ganti jilbab. Selesai beres-beres, kami pun
berjalan keluar stasiun. Ken digendong ayahnya dengan carrier andalan kami.
Untuk menuju ke acara lamaran, kami berencana naik taksi. Tapi, ternyata susah
juga cari taksi di Cimahi, alhasil kami pun memilih untuk naik ojek untuk
menuju kesana dam ternyata lumayan jauh. Kebetulan abang ojek yang saya
tumpangi berada di belakang atau tertinggal dari ojek yang ditumpangi suami dan
Ken. Jadi deh tuh abang ojek mengendarai motornya kayak dikejar setan, takut
nyasar mungkin. Untung Ken lagi dibawa ayahnya dan anteng tidur selama di ojek.
Selesai acara lamaran, kami tidak langsung pulang menuju
stasiun. Melainkan mampir dulu ke kedai es krim untul ngadem bareng Kak Catur
dan Dita. Tapi, semua usaha itu gagal karena begitu masuk kedai udaranya lebih
panas daripada di luar #fail. Ken pun jadi rewel, kirain mau minum nggak taunya
kegerahan. Karena nggak ada spot yang memungkinkan saya untuk menyusui Ken di
dalam kedai, saya pun izin numpang menyusui di mobil yang dibawa Kak Catur dan
Dita. Sampe di dalam, Ken menyusu sebentar lalu cengar-cengir. Ternyata dia
cuma mau ngadem.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke stasiun yang hanya
berjarak kurang lebih 15-20 menit. Sesampainya di sana, Ken pup dan kami
terpaksa menggantinya di ruang menyusui yang kurang memadai untuk mengganti
popok. Problematika ibu dan bayinya ketika naik kereta jarak jauh ternyata ada
di sini. Terutama buat Ken yang kalau pup mesti harus langsung diganti karena
rawan terkena ruam. Jadi, mesti pintar-pintar cari tempat dan cara yang pas
buat ganti popok. Entah mau ngerjain ibunya atau bagaimana, saat perjalanan
pergi ke Cimahi dan pulang ke Jakarta, Ken pup di dalam kereta. Haduh, gimana
yaaak gantinya secara di kereta nggak ada nursery room. Daripada Ken kena ruam
dan ayah-ibunya juga udah cium bau semeriwing pup-nya Ken, yaudah aja kami
nanya ke petugas kereta. Eh, ternyata ditawarin ganti di ruang istirahatnya
awak kereta. Alhamdulillaah masih ada tempat, walau sempet nggak enak juga
karena di ruang sempit itu ada awak kereta yang lagi sholat #haduh. Di kereta
menuju Cimahi, saya sempat ketinggalan selimutnya Ken di ruang awak kereta
waktu menggantikan popok T,T.
Perjalanan pertama Ken naik kereta jarak jauh ini bisa
dibilang mulus, alhamdulillaah. Rewel sedikit waktu pulang karena jelang sore,
AC kereta jadi berasa dingin dan selimutnya Ken ketinggalan di kereta
sebelumnya. Jadi, jangan lupa bawa selimut dan jangan ditinggal di kereta ya,
ibu-ibu.
Pengalaman ini cukup seru, meskipun harus sedikit rempong ya
bawa bayi 4 bulan. Nggak sabar deh perjalanan jarak jauh lainnya bareng Ken.
Semoga ada kesempatan lain ya.
Sekian dulu sharing kali ini...
Salam,
SW