Ken pakai baju lebaran tahun lalu |
Lebaran tahun ini tak ada baju baru. Ken pakai baju koko yang persis ia gunakan di lebaran tahun lalu. Saya dan suami memakai baju lama yang kami bawa dari Indonesia. Bukannya tidak mau beli baju baru. Kami mengurungkan niat membeli baju karena satu dan lain hal. Padahal, H-2 lebaran, suami mengajak saya keluar khusus untuk beli baju baru. Katanya, mumpung lagi summer/mid-year sale, diskon besar-besaran di hampir seluruh pertokoan di UK. Sungguh tawaran yang menggiurkan.
Maka, siang itu pun kami keluar rumah, menuju cabot circus (ini nama mall yang ada di Bristol). Hari itu Broadmead ramai sekali. Sepengelihatan saya, lebih dari banyak keluarga muslim yang berjalan-jalan di area perbelanjaan itu sambil menenteng-nenteng tas belanjaan.Tahu dari mana? Tentu saja dari para perempuannya yang mengenakan hijab dan gamis. Dalam hati saya, ini pasti niatnya sama deh kayak saya, beli baju lebaran, hahaha #sotoy. Saya dan suami pun sempat masuk ke beberapa toko, namun berakhir dengan tangan hampa. Untuk urusan beli baju, kami punya kebiasaan yang sama, yaitu sayang mengeluarkan uang untuk beli baju, apalagi kalau nggak naksir-naksir amat.
Intermezzo. Mungkin pola pikir ini akan berubah kalau suatu hari nanti uang kami semakin banyak, sampai nol-nya nggak ada limitnya. Karena saya anaknya suka kebanyakan mikir, apa-apa dipikirin. Saya jadi kepikiran, kalau suatu saat nanti saya tajir melintir, bisa nggak ya saya tetap ada pada pola pikir seperti sekarang. Beli barang nggak perlu mikirin brand, yang penting fungsinya terpenuhi. Beli tas nggak perlu mikirin gengsi, yang penting suka modelnya. Beli sepatu nggak perlu yang ada tanda ceklis atau garis tiganya (paham kan maksud saya, heheh) yang penting nyaman di kaki. Mungkin bisa aja sih, tapi pasti sedikit banyak lifestyle ikut terbawa ya. Secara mau ngeluarin uang udah nggak mikir sisa tabungan lagi. Makanya suka salute kalau ada orang berada yang bisa hidup sederhana. Tapi, kalaupun nggak, ya nggak ada masalah juga selama nggak merugikan orang lain. Tuh kan Wening mah gitu, kayak gini aja dipikirin :'D
Oke, balik lagi ke cerita. Kami pun menutuskan pergi ke grocery untuk belanja mingguan dan mencari kado lebaran buat Ken, untuk dibawa ke acara open house keesokan harinya. Syaratnya, harga kadonya tidak kurang dari £5. Mampir lah kami ke TK Maxx, salah satu toko dengan konsep yang menarik karena barang-barang yang ada di toko ini adalah barang-barang reject atau sisaan season sebelumnya dari toko aslinya. Harganya jauh lebih miring, jauh! Kami mampir ke sini dengan harapan bisa dapat mainan bagus dengan harga ya bersahabat.
Ken yang Pengertian
Ada cerita yang bikin saya terharu saat itu. Selayaknya anak kecil yang lihat mainan yang berjejer di depannya, Ken pun nggak sabar untuk turun dari strollernya dan mengambil mainan-mainan itu. Kebetulan letaknya amat sangat terjangkau buat anak-anak. Kelihatan banget gimana excited-nya Ken, terutama waktu lihat mainan yang bentuknya mobil. Duh, ingin rasanya awak membelikannya untuk Ken, sayang sekali harganya tidak masuk budget kami.
Maaf ya nak. Ken harus belajar kalau nggak semua yang Ken mau itu bisa langsung terpenuhi. Ken bisa dapat apa pun yang Ken mau, tapi nggak semua hal bisa didapatkan dengan mudah, termasuk mainan ini.
Ini adalah salah satu prinsip yang kami ajarkan kepada Ken. Ya, diajarkan sedini ini dan caranya bisa diterapkan dalam segala situasi, biasanya pakai strategi positive reinforcement. Contohnya sesederhana; Ken boleh nonton video, kalau mau makan. Ken boleh mimik, kalau sudah berdoa. Ken boleh main spidol, kalau Ken sudah berhenti menangis, and so on.
Back to the story. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi sudah hampir maghrib, ayahnya Ken yang sedang puasa sudah kecapekan setengah hari keliling toko. Ken masih sibuk mau mengambil mainan sambil berkata, "Ken mau ini. Ken mau pegang yang itu... yang truk. Ken bawa ini ajah..."
Ayah mendekati Ken dan berkata, "Ken beli mainannya tidak sekarang ya. Kita pulang dulu, nanti baru ayah carikan mainan lainnya. Ayah udah capek nih Ken, lagi puasa."
Di luar ekspektasi saya, Ken ternyata menurut tanpa ada perlawanan dan mengembalikan mainannya ke etalase. Ken berjalan menjauhi tempat mainan tadi, sambil sesekali menengok ke belakang dan berkata sambil melambaikan tangan, "bye-bye, mobil..." Masya Allah... Saya lihatnya bangga sekaligus terharu, sungguuuuh :'') Ini kayak lagi lihat adegan seseorang yang harus meninggalkan kekasihnya dengan berat hati, macam di film-film.
Tempo hari juga begitu, waktu Ken mau beli hotweels di Poundland, ibu melarang dan bilang, "kan Ken baru dapat mobil baru dari Tante Ririn. Bagus mobilnya." Lalu, dia berhenti meminta. Memang benar ya, anak itu jangan dianggap tidak mengerti. Mereka menyimak dan menyaksikan apa yang ada di sekitar mereka. Buktinya ada kan anak yang tiba-tiba bisa buka lockscreen hape, atau tiba-tiba tahu banyak kata padahal nggak pernah sengaja dikenalkan, merke hanya sesekali mendengar percakapan orang di sekitarnya. Mungkin benar adanya, salah satu cara terbaik melarang anak adalah dengan menjelaskan alasannya kepada si anak.
Kalau ibu-ibu ada pengalaman serupa kah atau ada trik lain menghadapi kemauan anak?
Kado lebaran untuk Ken: First Matching Game (Usia 2+ tahun)
Keesokan harinya saya izin keluar rumah beli kado untuk Ken. Suami tidak ikut karena sedang berpuasa dan memilih untuk bersama Ken di rumah. Lumayan, bisa me-time sebentar. Sebenarnya, saya sudah ada incaran. Sudah lama saya ingin membelikan Ken Puzzle sederhana, 2 pieces. Kami memang sempat menemukannya di TK Maxx kemarin, tapi urung membelikan karena temanya "animals" dimana, Ken kurang tertarik. Kalau saja ada yang temanya kendaraan, pasti sudah kami bawa pulang.
Yey! Akhirnya dapat mainan yang dimau dengan tema kendaraan. |
Tadinya ingin cepat saja di TK Maxx mencari mainan, tapi untung jiwa emak-emak saya keluar. Jadi, entah berapa kali saya tawaf di toys section sampai akhirnya menemukan mainan yang diinginkan dengan tema "Things That Go"! What a lucky day! Iya, karena di TK Maxx itu barangnya biasanya satu jenis cuma ada satu, jadi telat sedikit bisa jadi saya nggak ketemu sama puzzle ini. Niatnya membelikan mainan yang bisa sambil belajar. Saya udah penasaran banget dengan puzzle ini sebenarnya. Permainan sederhana yang banyak manfaatnya, sekaligus ingin melihat kemampuan Ken. Jadi ibu-ibu, ini bisa jadi pilihan bermain dengan anak ya 👌.
Saya bahas sedikit, hal apa saja yang bisa dipelajari dari mainan ini:
1. Melatih abstract thinking anak dengan membayangkan bagian dari suatu benda
2. Melatih konsentrasi anak saat memasangkan bagian puzzle satu dengan lainnya
3. Meningkatkan kemampuan bahasa melalui interaksi dengan orang tua
4. Melatih koordinasi tangan dan mata (kadang badan juga, kalau anaknya heboh gerak sana-sini)
Saat diberikan, awalnya Ken belum terlalu tertarik, tapi lama-lama akhirnya dia mau juga memainkannya. Ternyata, dia langsung bisa mengerjakan puzzlenya, meskipun terlihat masih belum terlalu tertarik menyelesaikan semuanya. Saya perhatikan, dia akan semangat mengerjakan puzzlenya kalau ibu ikut aktif menyemangati dan bercerita atau bernyanyi tentang gambar yang ada di puzzle. Alhamdulillaah...dapat tema puzzle yang "Things that go" jadi Ken mudah tertarik. Puzzle pertama yang selalu ia buat yang gambarnya balon udara, seperti biasa sambil bersenandung :)
Ada yang lagi ciyus. Ngepasinnya itu lho tantangan tersendiri. |
Sekian dulu sharing ceritanya. Silakan diambil yang baik-baiknya, yang buruk mah ditinggalin aja.
Have a good quality time with our children!
Cheers!
Sawitri Wening