Huaaah.. Nggak berasa sebentar lagi Ken udah mau dua tahun. Artinya, waktunya menyapih Ken pun sudah semakin dekat. Sejujurnya saya agak deg-degan memulai prosesnya nanti karena makin kesini Ken malah makin mimik banget anaknya. Saya sampai senewen sendiri karena setiap mau tidur, Ken masih kudu wajib mimik dulu dan sekarang gayanya bolak-balik minta pindah mimik kanan-kiri, "Ken mau mimik satu lagi." Beberapa menit kemudian, dia akan bilang begitu lagi sambil nyuruh ibunya pindah, "ibu suruh sebelah sini aja, Ken sebelah sini." Ya Allah, nih anak udah bisa ngatur-ngatur 😅. Kayaknya sih, kayaknya, ini karena produksi ASI saya udah nggak mumpuni lagi alias tinggal sedikit, apalagi bulan puasa kayak sekarang. Duh, badan rasanya udah kayak tinggal tulang sama kentut gini, masih harus jadi gentong susu pula. Jadi, dia semacam nggak puas gitu mimik di satu sisi, dan akhirnya bolak-balik minta pindah dan jujur, saya lelaaah karena kejadian kayak gitu bisa berlangsung sampai 1-2 jam lebih, baru dia beneran tidur *encok buk*
Ken sebenarnya kalau dalam rangka nggak tidur, dia nggak akan minta mimik lagi. Kecuali kalau lagi drama, misalnya dia kesakitan karena jatuh/kejedot atau kecapekan... Biasanya dia akan otomatis nyebut, "mimik!". Jadi, mimik itu semacam pain relief-nya dia atau untuk cari kenyamanan aja ataaaau sering kali hanya untuk ngegodain ibunya. Saya kasih nggak? Nggak. Biasanya dipuk-puk atau dipeluk dan dicium aja sebenarnya masalahnya udah beres. Kalau dia maksa, saya akan bilang "Kan kalau nggak mau bobok, nggak mimik." dan dia akan mengerti sendiri sih biasanya. Untuk saat ini, begitu kesepakatan antara saya dengan Ken.
Tapi, ada kejadian waktu datuk dan mbah utinya datang berkunjung, Ken kok jadi seriiing banget minta mimik pas lagi bangun. Waduh, pusing sendiri saya karena nggak biasa-biasanya seperti itu. Habit yang udah dibentuk sekian lama, seperti menghilang begitu saja. Mmmh.. menurut saya ini wajar sih karena anak ibaratnya 'dipaksa' menjalani rutinitas baru karena selama dapat kunjungan kan kerjaan kita adalah jalan-jalan dari satu tempat ke tempat yang lain, setiap hari. Ken pun jadi tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Kalau ini jadi liburan buat orang tuanya, buat Ken belum tentu. Akibatnya, Ken jadi cepat capek, bosan juga karena harus duduk lama di stroller, dan terakhir baru ketahuan gigi taringnya mau numbuh yang bikin dia nggak mau makan. Lengkap banget ya. Pantes aja dia rewel dan ujung-ujungnya minta mimik. Nah semenjak saat itu, saya merasa intensitas mimik Ken jadi lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Walaupun setelah kembali ke rutinitas awal, kebiasaannya juga ikut kembali meski tetap aja terasa beda. Yang tadinya nggak bangun tidur tinggal bangun, sekarang mesti didahului sama mimik dulu baru benar-benar bangun. Kalau nggak, nangis drama.
Saya masih bersyukur sih karena PR-nya tinggal gimana caranya mengurangi intesitas mimiknya Ken saat mau tidur dan saat tidur. Ini mah sleep-training aja atuh... Iya, udah pernah coba juga kok semalem, terus saya kibar-kibar bendera putih. Nggak tega pisan lah lihat anak nangis kejer sampai badannya dikaku-kakuin gitu. Pending dulu deh pending... Meskipun banyak yang bilang, emang begitu prosesnya. Ibu harus tega. Tapi, saya belum siaaap dan nggak baik juga kalau segala sesuatunya dilakukan dengan terpaksa kan. Lagian Ken belum genap dua tahun juga, jadi yasudah nanti aja lah. Iyaa ini alasaaaan 😂.
Sekarang perasaan saya gimama? Antara mau udahan aja menyudahi profesi jadi gentong susu-nya Ken, tapi sekaligus nggak rela kehilangan waktu ndusel-ndusel Ken lagi. Biasa, ibu-ibu kan gitu suka ribet sendiri. Iya lho, saya sampai mellow sendiri karena kepikiran nanti kalau Ken udah nggak mimik, doi masih mau nggak ya peluk-pelukan sama saya lagi. Soalnya sekarang aja saya udah sering dapat penolakan kalau mau cium dan peluk dia 💔. Ken masih akan cari-cari saya lagi nggak ya kalau saya tinggal ke kamar mandi. Kan jadi galau...
Saya jadi kepikiran buat nunda menyapih Ken sampai dia menyapih diri sendiri atau istilah kerennya Weaning With Love (WWL). Kalau suami sih setuju-setuju aja, tapi saya bilang males ah nanti diomong-omongin orang lagi. Hahah, gemes ya the real problem jadi ibu itu sebenarnya bukan di mengasuh anaknya, tapi ada di ketakutan dijudge orang lain. Pengin nulis tentang ini deh kapan-kapan. Kata suami, "yailah, nggak usah lah dengerin omongan orang. Capek sendiri nanti." Iya sih, ibu saya aja udah menerapkan WWL jauh sebelum hal itu hits seperti sekarang. Ibu saya menyusui kakak saya sampai usia kakak saya 5 tahun, sampai minta berhenti sendiri dan nggak ada masalah tuh. Iya, nggak salah baca kok... sampe 5 tahun, sampe anaknya TK. Saya disapih dini karena ibu saya hamil, mungkin kalo nggak saya bakal WWL juga atau apapun itu istilahnya.
Well, sepertinya saya akan memikirkan lagi bagaimana rencana selanjutnya. Intinya mah, seperti yang udah-udah... saya akan jalani senyamannya saya dan anak saya lakukan. Buat saya, yang lebih penting sekarang adalah melakukan sleep training untuk Ken. Pelan-pelan mengurangi ketergantungannya terhadap mimik saat tidur. Kalaupun nanti dia akan menyapih diri setelah lulus sleep training, itu akan jadi bonus. Mari fokus dulu ke sleep training dulu,.... setelah lebaran atau setelah siap. Doakan saya ya!
Cheers!
Sawitri Wening
Haha betul Wening, kita ga bisa nerapin satu teori parenting yang sama di semua orang. Begitu juga toilet training *tetep!* hahaha semangat ya Keeeeeeen semoga bisa WWL
ReplyDeleteThank you, makwo.. Hahah.. kita lihat nanti deh.. semoga anaknya kooperatif.
Deleteanak ke2 saya jg gitu mbk. skitar 1bln sebelum waktu sapih (umur 23an bln), dia udah dikasi tau kalau sebentar lagi, 1bln lg, adek udah gk boleh ngemik. stiap dia dibilangin gitu, pasti ngamuk2. en intensitas ngemiknya jg bertambah. tpi ternyata pas udah hari H (saya n suami udah siap2 'perlengkapan perang' krn pengalaman kakaknya dulu), ee malah ternyata lebih gampang. waktu dia mnta mik tinggal ganti dg minuman lain (beri pilihan). mngkin karena udah srg dikasi tau sebelumnya ya. atau emang stiap anak beda2. hehehehee
ReplyDeleteIya betul mbak.. Setiap anak beda2 ya. Wah, Alhamdulillaah pas udah eksekusi malah gampang ya. Semoga anak saya nanti jg lancar prosesnya.
Delete