Setelah menikah, ada satu
pertanyaan yang menjadi misteri buat saya dan suami. Sampai-sampai kami sempat
googling mencari tahu apakah ada penjelasan ilmiah yang menjawab pertanyaan
ini. Pertanyaan ini sih sebenarnya sudah ada di benak saya, jauh sebelum menikah.
Begitu juga dengan suami. Tapi, pikir saya, yah mikirnya nanti saja lah kalau
sudah menikah beneran. Baru cari tahu, hahaha.
Pertanyaan ini muncul karena dari hasil pengamatan kami (tsailah… pengamatan banget), fenomena
ini kerap terjadi di kalangan laki-laki beristri, dan bahkan sudah menjadi hal
yang lumrah untuk sebagian besar orang.Bahkan, bahkan nih ya… banyak orang
nyeletuk menjadikan hal ini sebagai salah satu indikator kebahagiaan seseorang.
Hal ini juga yang sempat membuat suami saya sempat was-was di awal waktu kami
menikah. Eh, tapi waktu awal-awal nikah nggak terlalu dipikirkan sih, maklum
pengantin baru. Baru deh beberapa bulan setelahnya hal ini jadi salah satu hal
yang memenuhi kepala suami saya. Kalau saya, seiring waktu paham sendiri dan
merasa pertanyaan yang selama ini ada di kepala saya terjawab sudah.
Ada yang bisa nebak, apa
pertanyaan yang ada di kepala saya dan suami
saya saat itu?
.
.
.
Iyak, dan pertanyaan itu adalah…
“Kenapa setelah menikah laki-laki
banyak yang menggendut atau membuncit?”
Iyaaa… ini nih yang sempat
meresahkan hati suami saya. Serius, saya sampai googling buat cari tahu dan forward ke dia hasil pencariannya.
Sempat menemukan satu artikel yang jawabannya ternyata sesuai dengan tebakan
sotoy saya. Perlu dibahas nggak isi artikelnya apa? Nggak usah ya, silakan cari
sendiri jawabannya biar seru. Buat yang sudah menikah pasti bisa menebak
alasannya, hehe. Jadilah selain bercita-cita mewujudkan keluarga sakinah
mawaddah warrahmah (aamiin…), menjaga badan tetap atletis tak berlemak sampai
tua, masuk dalam misi pernikahan yang dibawa suami saya. Jangan lupa pilih nomor 1 ya! :D #maaplokal
Semanjak saat itu, kebiasaan
suami saya bertambah, yaitu hampir SELALU nimbang badan setiap kali melihat
timbangan ngejogrok manis di sudut
ruangan. Nggak di rumah saya, di rumahnya, di kantor, di rumah sakit… kalau
lihat timbangan pasti dunianya teralihkan sesaat hanya untuk mengecek sambil ngarep berat badannya bisa turun 1-2
kilo atau minimal nggak naik. Padahal suami saya nggak gendut lho, cuma emang
lebih berlemak sedikit dari jaman kuliah. Eh…mmm.. sedikit apa banyak ya.
Wajar sih, suami saya, sebelum
menikah hobi banget naik sepeda berbelas atau berpuluh kilo. Setelah menikah
juga sesekali bike to work Depok-Ciputat.
Tapi, makin kesini waktu olahraga semakin tergerus dengan kelelahan lainnya,
apalagi semenjak saya melahirkan dan pindah ke rumah orang tua saya. Kalau ada
waktu senggang ya penginnya istirahat, tidur. Pasti badan terasa bergelambir
setelah menikah.
Program menjaga berat badan pun
tercetus. Mulai dari lari pagi setiap hari sampai mengikuti tips mengencangkan
perut ala jepang. Percakapan-percakapan seperti ini pun kerap terjadi.
#1 Di suatu sore di hari libur…
Suami : Sayang, pokoknya kamu harus mendukung aku ya. Malam
ini, sebelum tidur aku mau push-up 50x, sit up 100x, dsb, dsb.
Saya: Ok. Jangan ketiduran ya.
Malam harinya…
Sang suami pun ketiduran, tanpa “olahraga”
dan saya nggak tega ngebangunin. ‘
#2 Di suatu malam, setelah sang
suami memperhatikan perutnya…
Suami: Sayang, aku pokoknya harus
lari pagi setiap hari
Saya: Hmm.. ok.
Suami: Kamu harus mendukung aku
ya lari pagi 5 kali seminggu.
Saya: Lah, katanya setiap hari??
Suami: Mmm… dua hari sekali deh.
Eh, seminggu dua kali cukup lah.
Saya: *nahan ketawa* Iya… seminggu
sekali juga nggak apa kok.
#3 Di malam lainnya…
Suami: Sayang, aku punya cara
gampang buat ngecilin perut?
Saya: Gimana? Gimana? (semenjak
menyusui saya jadi ikutan penasaran)
Suami: Nih… begini doang sayang
15 menit aja udah lumayan (seraya berbarign, mengganjalkan handuk di bawah
pinggangnya dan menarik tangannya ke atas kepala. Lalu bertahan di posisi tersebut)
Saya: -__-‘ hoax ya?
Suami: Beneran… Coba ya abis aku.
Saya: (saya pun ikut mencoba, 15
menit)
Suami : Gimana? Udah berasa
belum?
Saya: Nggak berasa apa-apa.
Suami: #fail
Begini posisi yang katanya bisa mengecilkan perut |
Suami: (Habis nimbang) Sayang,
masa aku naik 2 kilo.
Saya: Salah kali timbangannya.
Masa makan segitu doang langsung naik 2 kilo.
Suami: Serius, sayang… aku
gendutan ya?
Saya: Nggaaak.
Suami: Beneran nih aku nanya.
Saya: Nggak gendut, sayaaang.
Suami: Tapi, gendutan ya?
Saya: Iya gendutan dari jaman
kuliah.
Suami: (cemberut)
Saya: Udah lah sayang.
Bapak-bapak gendut itu banyak kok (Nggak bikin lega, hahah).
Suami: Ah, aku nggak mau jadi
bapak-bapak gendut pokoknya.
Saya: Yah, walaupun kamu gendut
aku tetap sayang kooook (Cailaaaah… *dilempar pembaca*)
#5 Dan hal ini juga terjadi sama
saya, setelah lahiran, setelah menyusui Ken berbulan-bulan…
Saya: (tak bisa berkata-kata,
habis coba celana nggak ada yang muat)
Suami: Nggak ada yang muat ya?
Saya: (Memble…) Aku gendut, huhu…
Suami: Nggak kook.
Saya: Bohong yaaa…
Suami: Yaah, gendut sedikit nggak
apa lah. Lagian, kamu mau gendut atau kurus yang penting sehat.
Saya: Nanti kamu nggak suka lagi
kalo aku gembrot (drama…)
Suami: Kamu mau gimana juga aku
tetap sayang.
Kalau ditanya saya senang atau
nggak, senaaang banget. Walaupun terkesan gombal, tapi perkataan suami saya
tadi sukses bikin saya nggak ambil pusing dengan perubahan fisik saya pasca
melahirkan.
Ternyata, menikah itu bukan cuma
menerima kelebihan dan kekurangan suami/istri juga. Tetapi juga menerima
perubahan yang akan terjadi pada pasangan kita kelak. Saya pernah mendengar
bahwa tak ada hal yang menetap, semuanya berubah seiring berjalannya waktu.
Pasangan yang kita kenal pada saat menikah, belum tentu sama dengan ketika ia
sudah menua. Persoalan istri menggendut setelah melahirkan dan suami membuncit
karena jarang olahraga hanya lah segelintir dari perubahan itu. Bukan cuma soal
fisik, tapi juga soal pemikiran, kebiasaan, bahkan mungkin juga sifat. Saya
sendiri sudah merasa menjadi orang yang berbeda dari sebelum menikah, bahkan di
usia pernikahan yang baru menginjak bulan ke-15. Masih panjang perjalanan dan
nggak tahu perubahan apa ya yang nanti akan kami temui lagi.
Jadi, misinya gagal? Bukan gagal, tapi belum berhasil selama suami saya
MASIH menanyakan saya sambil berkaca melihat perutnya, “Sayang, aku gendutan ya?”
Salam,
SW
Cek episode AthaXWening lainnya di sini
wah kak atha juga khawatir soal nambah gendut ya? hana kira soal khawatir nambah gendut ini cuma masalah perempuan/istri aja..
ReplyDeleteMakasih Kak Wening sharing nya :D
Hahah iya, sama-sama, Hana..
Delete