Salah satu hal yang bikin super degdegan sebelum berangkat ke
UK, selain nungguin Visa granted dan kepastian akomodasi adalah bayang-bayang
berada di pesawat kurang lebih 15 jam bersama dengan Ken. Yes, ini pengalaman
pertama Ken naik pesawat dan langsung 15 jam saja. Tarik nafas terus waktu itu
ngebayanginnya. Kebayang Ken yang lagi seneng-senengnya jalan dan mulai bisa
ngomong, plus waktu itu, yang nggak doyan makan--harus duduk di pesawat selama
belasan jam.
Sebegitu menyeramkan kah? Yang pasti, sempat frustrasi juga
ngeliat layar yang nunjukkin lama perjalanan kita--*apa sih nama layarnya?*
Perasaan udah dua jam, tapi kok majunya dikit banget~ Kenapa? Soalnya saya
pegel mangku Ken yang lagi tidur karena gagal pakai bassinet *cry*
Tapi eh tapi... Ternyata nggak semenyeramkan itu lho.
Seenggaknya untuk Ken kemarin yang, alhamdulillaah, banyak tidurnya selama
perjalanan. Setengah perjalanan ke Singapur, doi tidur. Setengah perjalanan ke
London, doi tidur lagi. Sungguh pengertian sekali anak ini, ibu bangga, hahaha.
Udah gitu aja ceritanya.
****
Hehehe, nggak deng. Sekarang kita cerita-cerita aja hal yang saya pelajari dari
pengalaman bawa anak (atau toddler sih lebih tepatnya), di long-haul flight.
Persiapan-persiapannya, pelajaran dari kesalahannya, dsb. Mumpung masih ingat.
1. Sounding ke Anak
Ini penting karena anak mengerti. Sedari beberapa bulan sebelumnya. Kami sudah
sounding ke Ken kalau nanti kita akan naik pesawat dengan waktu yang lama.
Minta dia untuk mengerti selama perjalanan, tidak bisa jalan mondar-mandir
kesana kemari, jadi harus duduk anteng. Kalau tidur juga nggak bisa senyaman di
tempat tidur. Nggak banyak yang dilihat lewat jendela. Pokoknya kasih tahu
kira-kira kondisi di pesawat nanti bagaimana. Saya merasa cara ini berhasil
sih. Terbukti, Ken yang super aktif, yang biasanya maunya jalan-jalan terus,
selama perjalanan bahkan nggak merengek minta jalan. Paling berdiri di depan
kursi aja.
Kalau ini belajar dari kesalahan kami. Entah dapat informasi dari mana yang
menyebutkan kalau bassinet di Garuda Indonesia kapasitasnya 14 kilo. Waktu itu,
kita berpikir, aman lah... Ken BB belum sampe 14 kilo kok. Ternyataaaa ketika
sudah di pesawat, pas mau dipasang sama pramugarinya, saya tanya dulu itu
kapasitasnya sampai berapa kilo, karena kelihatan kecil sekali dan kurang
kokoh. Nanti roboh lagi kalau Ken naik. Benar, ternyata kapasitasnya max. 8
kilo saja. Alhasil, bassinetnya nggak jadi di pasang. Saya pun langsung pucat
karena membayangkan harus memangku Ken belasan jam, hehehe... Sebaiknya,
sebelum itu cek langsung ke maskapai ya soal kapasitas baby bassinet ini,
terutama kalau jadi alasan untuk pilih maskapai karena bisa jadi berbeda tiap
maskapainya. Padahal kami udah bela-belain pesan kursi di depan demi bisa pakai
baby bassinet lho.
3. Dapatkan Kursi di Bulk-Head
Kenapa dapatkan? Kursi ini bisa didapatkan secara gratis kalau otomatis by
system waktu kita check-in. Tapi, kalau kita pesan sebelum waktu check-in, ya
bayar. Kami sudah pesan baby bassinet via call center 2 hari sebelum
keberangkatan, saya otomatis dapat kursi di bulk-head. Suami? Masih nggak tahu
nasibnya duduk dimana karena ternyata jatah bulk-head udah abis di city
check-in dan web check-in (Oiya, kalau bawa bayi, aturannya nggak bisa city/web
chec-in). Jadi, mau nggak mau pilihannya kita check-in duluan di bandara atau
beli kursi. Iya, kena charge karena kelasnya beda (extra legs room). Biar nggak
gambling, akhirnya kami pun rela bayar extra charge 700rb Rupiah di sales
office Garuda Indonesia. Worth it, nggak? Banget. Legs Room yang cukup luas
jadi salah satu senjata kami kalau Ken sudah mulai bosan duduk. Dia bisa
berdiri atau duduk di sana. Kami pun jadi lebih tidak capek karena kaki bisa
selonjoran. Buat kami, poin ini mengurangi rasa lelah dan kewalahan bawa anak.
Meski gagal pakai baby bassinet, nggak apa deh.
4. Ready Changing Station
Biar nggak ribet ambil popok, tissue basah, krim popok, dsb. Saya menyiapkan
tas kecil yang isinya lengkap keperluan Ken ganti popok selama di pesawat dan
di taruh di bawah atau depan kursi. Jangan di bagasi kabin. Jadi, kalau mau
ganti tinggal angkut aja tas kecilnya. Isinya, popok (8 buah); tissue basah;
hand-sanitizer; krim popok; nappy bags; minyak telon. Saya juga menyiapkan 3
stel baju ganti yang udah di kelompokkan per stelnya ke dalam zip-lock bag.
Lebih praktis, nggak usah cari2 baju lagi di tas. Oiya, saya juga bawa satu
baju ganti, jaga-jaga kalau kotor. Tapi, nggak kepakai juga sih akhirnya karena
ngga ada insiden yang mengharuskan saya untuk ganti baju.
5. Siapkan Makanan
Dari awal, saya udah bisa bayangin kalau makanan nggak akan terlalu bisa
diandalkan untuk Ken di pesawat. Secara waktu itu, anaknya nggak hobi makan.
Tapi, saya tetap bawa cemilan-cemilan macam yummy bites, roti, puding atau
biskuit-biskuit, dan susu ultra mimi. Untuk makannya, saya shared makanan saya
di pesawat. Anehnya, kami tidak dapat baby food. Padahal teman yang bawa bayi,
naik Garuda Indonesia juga, dapat tuh. Kami juga nggak minta sih. Udah sih segitu
aja kalau untuk makanan.
6. Jangan batasi waktu menyusui
Kalau biasanya Ken sehari menyusu, saat itu 4 kali saja dalam sehari. Waktu di
pesawat, entah berapa kali ia menyusu. Tak terhitung banyaknya. Ini justru jadi
senjata saya banget kalau Ken mulai bosan dan tidak nyaman dengan tekanan udara
yang ada di pesawat. Walaupun saya yakin banyak kali dimana Ken menyusu karena
butuh kenyamanan saja, bukan karena lapar. Makanya, Ken tidur terus
selama di perjalanan. Itu semua berkat menyusu.
7. Cuek aja!
Ken ini sedang semangat-semangatnya belajar bicara. Apapun yang ia dengar,
hampir selalu diikuti. Begitu di pesawat, kalau sedang bangun, ia tidak bisa
berhenti bicara. Terkadang juga dengan nada tinggi, alias teriak-teriak. Kadang
juga SKSD sama penumpang lain, ada om bule di samping saya dia panggil
"om...om.." begituuu terus sambil nunjuk-nunjuk. Senyum-senyum sama penumpang
lain. Walaupun mungkin agak sedikit mengganggu, kita jangan kebawa stress. Cuek
aja, namanya juga anak-anak. Tentu saja, sambil ditenangkan atau dialihkan
perhatiannya.
8. Siapkan hiburan
Sebenernya, ini juga gagal sih kami lakukan. Tapi, mungkin bisa lebih membantu
kalau disiapkan dengan lebih baik. Kami udah menyiapkan beberapa mainan baru
yang sengaja baru akan kami keluarkan satu per satu di pesawat supaya Ken tidak
bosan. Tapi, tas untuk naro mainannya di bagasi kabin, sulit deh. Jadinya, itu
mainan baru dikeluarin begitu sampai London, meeeh~
9. Jalan-jalan di Aisle/kamar mandi
Serius deh... Momen ganti popok bisa jadi hiburan juga ternyata
kalo sedang perjalanan panjang di pesawat. Jadi kalau anak sudah bener-bener
bosan, bawa aja jalan-jalan (digendong) di aisle atau masuk kamar mandi. Kalau
udah bosan sekali, anak gampang terhiburnya kok. Ken diajak ngaca dan cuci
tangan di wastafel aja udah happy :"D
10. Manfaatkan waktu transit
Kami transit di Singapore selama kurang lebih satu jam saja. Jadi, nggak banyak
yang kami lakukan (termasuk nggak kepikiran buat tukar voucher gratis dari
bandara *cry*). Saya sih memanfaatkannya untuk ke nursery room dan
membiarkan Ken bebas berjalan-jalan semau dia, sambil diawasi. Terus minta
pengertian lagi ke dia kalau perjalanan kita akan lebih panjang.
11. Bawa Stroller & Baby Carrier
Ini opsional sih... Tapi, buat saya bawa stroller sendiri ternyata sangat
membantu mobilisasi. Mengingat cah lanang kami sudah tidak ringan lagi untuk
digendong kesana-kemari dengan waktu yang lama. Selain itu, bagasi stroller
juga sangat bermanfaat untuk meringankan bawaan barang tentengan. Saya sampai
sengaja beli stroller yang bisa masuk kabin waktu itu demi bisa bawa stroller
ke pesawat. Eh, ternyata nggak usah bawa yang bisa masuk kabin juga nggak apa.
Ujung-ujungnya nggak masuk kabin juga, tapi masuk bagasi (dikasih ke mbak
pramugari) tepat sebelum kami masuk kabin. Walaupun, sebenarnya bisa juga kalau
mau masuk kabin kalau dilipat sebelum boarding. Buat stroller nanti saya bikin
cerita sendiri deh.
Untuk baby carrier, waktu itu nggak terlalu terpakai sih. Tapi, buat jaga-jaga
aja kalau di pesawat anak rewel dan cuma bisa tenang dengan digendong atau
untuk kebutuhan lainnya. Oiya, waktu itu, Baby Carrier dipakai hanya pada saat turun
dari pesawat saat transit dan saat sampai, hingga ketemu lagi sama strollernya.
Yang terakhir dan paling penting, tentu saja jangan lupa berdoa
supaya perjalanan kita lancar, sampai dengan sehat, selamat, sentosa. Kalau
kalian, ada tips lain lagi nggak biar bisa survive bawa anak kecil di pesawat?
Salam,
Sawitri Wening
Saya malah bisa belajar dr tipsnya mbak Sawitri :)..senangnya kalau anak bs diajak kerjasama during the long flight ya. Yg dewasa saja bosen.. Thanks for sharing dan salam kenal!
ReplyDeleteSama2 mba.. salam kenal juga.. :)
DeleteSama2 mba.. salam kenal juga.. :)
DeleteHebat ya si kecil nggak rewel, padahal 15 jam perjalanan, duh.. ><
ReplyDeleteNice sharing Mba', salam kenal.. :)
Wah 15 jam
ReplyDeleteSaya pertamakali bawa bayi 8 bulan naik pesawat hanya 4 jam perjalanan, itu juga udah deg2an banget
Hebat Ken, bisa anteng selama perjalanan
Wah kerennya. Hebat si ken anteng banget
ReplyDeleteWahh,,,15 jam? Duhh kebayang gimana bosanya anak-anak saya di dalam sana.Tapi cah lanang anteng yoo.
ReplyDeleteMakasih sahringnya ya, gak kebayang juga bawa dua anak besok jogja-turki! Semangatttt
ReplyDeleteSemoga lancar perjalanannya, mbaa...
DeleteWah 15 jam
ReplyDeleteSaya pertamakali bawa bayi 8 bulan naik pesawat hanya 4 jam perjalanan, itu juga udah deg2an banget
Hebat Ken, bisa anteng selama perjalanan
Catet dulu. ^_^
ReplyDeleteTerimakasih sharingnya, Kak Sawitri.. ^_^
Wah 15 jam ya,keren. makasih sharingnya mbak :)
ReplyDeleteTernyata ga cuma org dewasa tp buat anak2 juga ya... Kmr mandi/waatafel bisa buat ngusir kebosanan. Hihihi. Dan Ken pinter ya ga rewel 15 jam d pesawat.
ReplyDeletePengalamannya menarik banget mba, proud of you.. Nggak kebayang deh pergi sendiri berjam-jam dalem pesawat aja keselnya minta ampun apalagi ada baby yaa hihii
ReplyDeleteWalah, wonder woman banget 15 jam dipesawat. Aku 2 jam di bus aja rasanya kiamat. Huhuhu
ReplyDeleteSalut, mba Sawitri. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar ya. Aku terlama bawa anak berdua naik pesawat hanya tiga jam. Masalanya, aku takut naik pesawat, kecuali kepepet :p
ReplyDeleteNggak ada pilihan soalnya mba. Jadi, sebenernya sih pasti survive aja mau gimana juga. hehehe. Btw, aku juga ga suka naik pesawat~
DeleteKak, saya bawa bayi 2 bulan naik mobil 15 jam kak. Tangan ketumpahan air termos buat susu gara2 mobilnya nyalip truk muahahahah. Kangen kak wen! Sehat2 disana yaa
ReplyDeleteAamiin.. makasih, Niiis.. jahahaha... keren euy belum pernah hamil, udah ngasuh bayi. Istri idaman ini mah.
DeleteOooh jadi baby bassinet tiap maskapai ini beda2 ya kapasitasnya. Noted, trims mba info dan tipsnya.
ReplyDeleteso far, perjalanan pnajang anakku itu baru 2 jam doang pas ke brunei.. tp feb 2017 nanti diakita ajak k Jepang dan korea, dan itu lamanya sktr 6 jam.. belum tau deh ntr bakal gmn :D.. kalo utk yg rute eropa, aku msh blm mau ajak anak2 mbak, ntr aja kalo udh gedean... skr ini biar papi maminya berdua aja kalo ke eropa jd ga pusing bawa si kecil :D
ReplyDeleteMba Fanny asik banget sih jalan2 teruuuus.. hihih. Iya mba.. seruu plus rempong ya bawa anak kecil kalo perjalanan jauh.
Deletekalau aku bawa bayi paling lama 8 jam di pesawat, alhamdulillah gak rewel juga, harus bisa mengalihkan perhatiannya kalau udah mulai bosan
ReplyDeleteBetul, mba.. Yang penting jago mengalihkan perhatian ya
DeleteBetul, mba.. Yang penting jago mengalihkan perhatian ya
DeleteKen hebaaat.. Iya ya Mba, sounding itu ternyata penting juga. Kadang kan kita menganggap anak2 belum mengerti apa yang kita maksud.
ReplyDeleteDuh, Ken keren deh.. Aga aja nangis2 waktu perjalanan Jogja-Makassar. :)
asyik ya mbak si kecil sdh bisa diajak jalan-jalan apalagi sampai london
ReplyDelete