Dari hasil pengamatan tiga hari belakangan, saya melihat bahwa gaya belajar Ken dapat berubah-ubah tergantung kegiatan yang dilakukannya saat itu. Dari beberapa sumber yang saya baca juga, gaya belajar dominan seseorang, dalam jangka panjang juga dapat berubah seiring dengan bertambahnya kemampuan dan pengetahuan kita. Saya jadi merefleksikannya pada diri saya sendiri saat masih sekolah. Ada saat dimana mendengarkan guru/dosen saat mengajar sambil mencatat atau membuat rangkuman kecil sebelum ujian, menjadi kebiasaan saya untuk bisa memahami materi yang diajarkan. Di sini, gaya belajar yang saya gunakan adalah kinestetik, yaitu memahami sesuatu dengan lebih baik ketika saya menggerakkan tangan saya (untuk mencatat). Ada pula waktu dimana saya lebih suka memahami suatu materi dengan cara menonton video mengenai materi tersebut. Misal, ketika belajar mengenai gangguan psikologis seseorang dalam mata kuliah klinis kesehatan, saya akan lebih mudah memahaminya setelah menonton film/video mengenai gangguan tersebut. Di sini ternyata modalitas visul saya yang lebih dominan.
Kali ini, saya langsung tulis hasil observasi saya mengenai gaya belajar Ken di hari ke-4 dan ke-5 ya...
Day 4
Di hari ke-4 ini, kegiatan yang saya lakukan dengan Ken adalah mengenalkannya dengan perbedaa ukuran benda. Sebelumnya, Ken sudah bisa membedakan, mana benda yang lebih tinggi, lebih pendek, lebih besar dan lebih kecil. Tapi, ia belum pernah saya ajarkan tentang benda yang lebih berat/ringan. Jadi, sambil bermain pasir kali ini, sekalian deh belajar membedakan ukuran-ukuran benda. Sebenarnya belajar tentang hal ini bisa dilakukan kapan saja, dengan apa saja, dan dimana saja. Tapi, supaya bermain pasirnya lebih terarah, jadi saya manfaatkan untuk belajar hal tadi. Seenggaknya ada waktu dia fokus mempelajari sesuatu, sebelum akhirnya pasirnya dilempar, dituang, yang kadang suka bikin mamak senewen duluan karena jadi berantakan 😂
Kegiatan ini lebih banyak menuntutkan menggunakan visualnya untuk mengobservasi ukuran dari yang besar dan yang kecil. Meskipun, masih butuh bantuan tapi, Ken mulai paham kalau ukuran benda-benda itu bisa berbeda-beda dari yang paling besar ke yang paling kecil. Kegiatan ini kami ulang lagi malam harinya dengan magic beads dan anaknya makin semangat dan takjub sendiri lihat kalau ia bisa membuat tangga dari magic beads! 😊. Ketika diminta membedakan berat bola pasir yang lebih besar dan lebih kecil, Ken juga terlihat surprised karena baru menyadari kalau ternyata beratnya beda ya. Dalam kegiatan ini, modalitas yang banyak digunakan adalah visual dan kinestetik.
Selain itu, saya juga sering menemukan Ken melagukan kata-kata yang ingin disampaikannya. Terkadang terdengar seperti mengarang lagu, padahal mungkin sebenarnya dia senang menyenandungkan apa yang diucapkannya. Misalnya seperti kemarin saat ia mengajak saya ke atas, dia akan menyanyi, “ibu..ibu.. ayo kita ke atas” dengan nada semau dia. Hmm… mungkin lain kali saya akan coba menyanyikan buku yang saya bacakan dan mencatat bagaimana reaksinya dan untuk menstimulasi auditorinya.
Day 5
Ketika sedang menonton berita tentang banjir di TV, Ken duduk di samping saya. Lalu, ia tiba-tiba berkata “Ada huruf W-nya! Ada huruf O-nya!” Saya cukup surprised karena selama ini, saya tidak pernah mengajarkan alfabet secara khusus. Namun, sedikit-sedikit saya kenalkan ketika misal sedang membaca buku atau saat Ken sedang menonton video (saat itu ia tidak terlihat tertarik). Huruf yang ia hapal adalah A, W, dan O.. A dan W karena selalu disebut untuk memberitahu posisi duduk yang benar (A) dan yang salah (W).
Yang bikin saya surprised adalah, ternyata Ken tertarik memperhatikan huruf-huruf di TV (bukan gambar seperti biasanya). Saat itu, bisa dilihat kalau ia sedang menggunakan modalitas visualnya. Sehingga kegiatan yang saya rancang untuk hari ini adalah berkaitan dengan huruf.
Lalu, ada suara-suara yang bilang “kok udah diajarin huruf sih (membaca), dsb.” Buat saya, selama cara mengenalkannya dengan cara yang fun dan tidak membuat anak merasa terbebani, it’s totally fine! Karena sebenarnya, membaca huruf itu sama dengan melihat dan merekam bentuk (buku kognitif manaaa buku kognitif~~~). Yang membahayakan adalah ketika kita memaksa anak untuk menghapal huruf-huruf tersebut sehingga anak merasa terbebani dan akhirnya menganggap bahwa belajar membaca itu tidak fun.
Saya menjadwalkan invitation to play setiap sore, setelah Ken tidur siang. Kali ini, saya mengajaknya membuat playdough dan menempelkan dough itu di pola huruf namanya sehingga menjadi huruf timbul. Senang sekali saat prosesnya, terutama proses menempel dough ke huruf. Ken belajar kerjasama, tekstur, bahkan rasa (karena doi maksa makan terigunya). Setelah itu, Ken diminta tracing huruf-huruf timbul tadi dengan jarinya untuk mengenalkan pola dan juga belajar gerak saat menuliskan benda itu. Kali ini kebutuhan bergerak lah yang diperlukan dan dia terlihat enjoy sambil tertawa-tawa.
Malam harinya, saya coba bereksperimen dengan Ken. Setiap sebelum tidur, seperti biasa Ken akan minta dibacakan buku (kayaknya sih motivasinya supaya waktu mematikan lampunya bisa dipending lebih lama 😂😂😂). Ada kala dimana Ken bisa duduk diam mendengarkan saya membaca, tidak malan tadi… Belum selesai saya membaca, dia sudah melompat turun kasur dan bergerak-gerak kesana kemari.
Lalu muncul bohlam di kepala saya, Aha! Bagaimana caranya supaya anak kinestetik ini mau membaca di samping saya sampai selesai. Saya pun memintanya menirukan apa yang dilakukan tokoh dalam cerita, misal ketika U sedang makan ayam. Ah iya kebetulan buku yang dipilih Ken berjudul “The Origin of My Name” dari Rabbit Hole.. Pasti tahu kan ibu-ibu. Buku ini juga sedikit-sedikit mengenalkan huruf. Yeay… jadi satu tema dengan kegiatan kali ini. Jadi, beberapa kali Ken juga saya ajak menggerakkan jarinya mengikuti bentuk huruf yang ada di buku itu. Dan, Wah.. anaknya ada di samping saya sampai baca bukunya selesai. Strategi belajar kinestetik kali ini berhasil!
Salam dari anak yang girang banget dibikinin jam tangan dari terigu :p |
Besok mungkin saya akan mencoba membaca buku dengan bernyanyi, apakah Ken masih akan tertarik?
Sekian catatannya
Cheers!
Sawitri Wening
No comments:
Post a Comment